The World of Crime : Fate

Arzen Rui
Chapter #4

4

Reno cengengesan mendengar jawaban Lyra. Memang begitu pemikiran Reno sejak mengenal Lyra. Satu-satunya orang kaya yang berada di lingkaran pertemanan Reno.

Septi masih menatap Dave meskipun suasana sudah berubah lebih ceria berkat dialog antara Reno dan Lyra. Dave atau yang sekarang, Daffa. Sebagaimana Dave mengaku. Masih belum diketahui kenapa dia tidak mau dipanggil Dave walau status sosialnya sudah diketahui. “Sebenarnya aku hanya mau bertanya saja, bisa kita bicara berdua?”

“Tentu saja.” Adrian mengiyakan. “Nah, teman-teman, permisi sebentar. Aku ada urusan.”

Adrian berjalan mengikuti Dave, mereka berdua berjalan sedikit menjauh dari posisi Reno, Septi, dan Lyra berada. Keluar dari jalanan, mendekat ke salah satu tumpukan sampah yang tampak seperti bukit.

“Kita sudah cukup jauh dari teman-temanku, jadi apa yang mau kau tanyakan padaku, hm?”

“Di mana kau bertemu dengan adikku kemarin?”

“Hanya itu?” Adrian bertanya balik. “Aku yakin kau tidak berpikir kalau aku ini seorang penculik. Aku bertemu dengannya di perempatan di lingkungan rumah mewahmu. Jalan kecil yang kau lewati tadi. Kita tidak bertemu di gerbang, jalan mana lagi yang langsung mengarah ke tempat ini jika bukan jalan-jalan kecil yang biasa dilewati penjahat.” Adrian kemudian tertawa. Melirik Dave melalui ujung matanya.

“Ya, jalur yang sering dilewati penjahat. Terkadang kita harus berpikir seperti seorang penjahat agar bisa menemukan kecerobohan polisi.”

“Aku merasa kau ini orang yang pintar. Jika kau tidak punya maksud lain, datanglah lagi. Mungkin ada beberapa pemikiran yang bisa kita satukan.” kata Adrian tersenyum ramah.

Setelah menepuk pundak Dave lembut, Adrian kemudian kembali pada ketiga temannya dan menghilang dari pandangan Dave setelah masuk ke sebuah gang yang sebelumnya tak disadari Dave.

Pukul sebelas Dave kembali ke rumah sambil membawa makanan, sebuah oleh-oleh untuk Sonya, salah satu makanan kesukaannya.

Keringat membasahi tubuh Dave ketika masuk ke ruang bermain. Ruangan yang memang dibuat untuk bermain, layaknya taman bermain. Ruangan itu dibuat sejak Dave masih berada di dalam kandungan ibunya. Sudah sangat lama. Hanya saja, beberapa mainan dan desainnya selalu disesuaikan pada gender anak yang akan bermain di ruangan itu. Bisa dibilang disesuaikan pada jenis kelamin anak pemilik rumah yang akan menggunakan ruangan itu. Dan Dave adalah anak yang pertama kali menggunakannya.

Dave menghampiri Sonya yang sedang sibuk sendiri di ruangan itu. Berjalan mendekat dengan perlahan agar tak mengganggu Sonya yang tampak asyik sekali bermain di ruangan itu. Terlihat Sonya memainkan berbagai jenis mainan, Sonya juga beberapa kali menggunakan fasilitas bermain yang sudah disediakan seperti; ayunan dan perosotan.

“O.” Sonya terkejut ketika melihat Dave sampai-sampai mulutnya membentuk seperti huruf O. Sonya berlari ke arah Dave dengan riang. “Kak Dave!”

“Berhenti di sana wonder woman.” kata Dave menghentikan Sonya yang hendak memeluknya. “Aku penuh keringat seorang pejuang saat ini, jangan memelukku.” kemudian Dave memberikan makanan yang tadi dibelinya pada Sonya. “Ini, aku ada oleh-oleh untukmu. Kau pasti suka, dan aku yakin sekali kau akan menyukainya.”

“Hmm, aku penasaran sekali.” Sonya bertingkah seperti perempuan yang paling imut sedunia. “Aaaa... bubur ayam. Mm....” Sonya berteriak kegirangan lalu mengendus makanan yang dipegangnya. “Dari baunya sepertinya lezat, aku jadi makin tidak sabar memakannya.” Sonya melirik Dave.

Lihat selengkapnya