“Diamlah Dave, aku sedang berkonsentrasi di sini.” Kata Sonya mengambil pensil alisnya dan kembali menggambar garis tajam di alis Jeny.
Hari semakin gelap saat Sonya sibuk merias wajah Jeny. Langit jingga hampir pudar bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Sudah dua jam lebih Sonya dan pengasuhnya bermain merias wajah. Sayangnya Sonya jadi ketagihan dan sampai sekarang masih sibuk meratakan bedak di wajah Jeny meski Sonya sudah melakukannya sedari tadi.
Sementara itu, Dave hanya duduk di samping mereka berdua dan melihat-lihat ke sekitarnya. Kadang mengecek ponselnya. Kadang juga berjalan-jalan di pinggir rumah kaca. Dave tidak lagi berani mengganggu Sonya karena takut diinjaknya lagi. Ia pun dengan senang hati menikmati apa yang sedang dilakukan Sonya pada Jeny.
Jam kerja Jeny tidak lama. Karena hanya mengasuh Sonya, selain tidak lama, pekerjaannya juga tidak sulit. Asal Jeny tidak terlalu memaksa Sonya, pekerjaannya mengasuh Sonya akan semudah bernapas. Berdasarkan jadwal yang diberikan Carol kepada Jeny, jadwal bekerjanya dimulai dari pukul lima pagi sampai pukul enam sore.
Pukul lima sore adalah jam di mana Albert dan Carol pulang kerja. Itulah kenapa Jeny hanya bekerja sampai jam enam saja. Mungkin penetapan jam kerja Jeny cukup bijak bagi Albert dan Carol yang ingin tetap menjaga hubungannya dengan Sonya. Mungkin. Tapi di sini, ada orang lain yang juga memiliki pendapat serta pemikiran yang berbeda dari Albert dan Carol.
Sonya tidak membenci Albert dan Carol selaku kedua orang tuanya. Sonya juga mengerti kesibukkan kedua orang tuanya itu. Dan tentunya Sonya juga tidak peduli dengan jam berapa Albert dan Carol pulang ke rumah. Dia tak terlalu mempermasalahkannya selama ada Dave di sisinya. Selama masih ada kakak yang perhatian di dekatnya.
“Omong-omong Dave,” kata Sonya sambil meletakkan bedak di meja persegi panjang yang ada di depannya. “Tadi ada pria kekar yang mengembalikan ranselmu.”
“Benarkah?”
“Ya, Jeny juga melihatnya. Ya kan?” Sonya mendekatkan wajahnya ke wajah Jeny.