Lyra tersenyum manis di depan kelas. Beberapa murid laki-laki terpesona dengan senyumannya, tapi tidak untuk Dave. Tidak untuk Dave yang malah menatap Lyra dengan curiga. Dave melirik ke barisan belakang. Untungnya kursi di belakangnya sudah tidak ada lagi yang kosong. Begitu juga dengan kursi-kursi di sekitarnya.
Wanita berpenampilan elegan itu tampak sedang berbicara dengan guru yang sedang mengajar. Sedang membicarakan sesuatu. Si guru yang sedang mengajar itu terlihat mengangguk dengan senyum ramah di hadapan wanita itu. Setelah itu, dengan percakapan yang tidak diketahui oleh seluruh murid, wanita itu pun pergi meninggalkan Lyra di kelas.
Suara sepatu yang bergemeretak heboh terdengar lagi, namun kali ini semakin mengecil dan semakin menjauh.
“Ya, anak-anak. Aku minta perhatiannya sebentar. Hari ini, kalian mendapat teman baru. Teman sekelas baru. Nah, kau bisa memperkenalkan diri.” Pak guru itu mempersilakan Lyra memperkenalkan diri.
“Halo semuanya. Maaf jika kedatanganku mengganggu kalian.” Lyra tersenyum lalu membungkuk meminta maaf. “Omong-omong, namaku Lyra. Lyra Kenin Joule. Tapi aku harap kalian memanggilku Lyra. Terima kasih.” Begitu perkenalan singkatnya di kelas.
Pak guru kemudian menyuruh Lyra duduk di samping Dave. Di satu-satunya kursi yang kosong. Dave tidak pernah mengira ada seseorang yang akan duduk disampingnya. Dia pikir semua guru paham kenapa kursi itu selalu kosong. Sebelum memutuskan bergaul dengan teman sekelasnya, Dave adalah orang yang tidak terlalu peduli dengan yang namanya bersosialisasi. Dia tidak anti-sosial, dia hanya malas bergaul. Sudah sangat lama sekali Dave memiliki teman sebangku. Terakhir ada seseorang yang duduk di sampingnya adalah pada saat kelas satu SMA.
Kini, Lyra duduk di sampingnya. Di luar perhitungannya, Lyra akan menjadi teman sebangku Dave. Orang yang dicurigainya sekarang duduk di sampingnya. Bertemu dengannya dari Senin sampai Sabtu.
“Hai, Dave.” Sapa Lyra.
Mendapat lawan jenis sebagai teman sebangku bukanlah hal yang baru dan patut diperbincangkan. Di SMA tempat Dave bersekolah, duduk bersebelahan dengan lawan jenis sudah biasa dan banyak dilakukan oleh kebanyakan murid di sana. Para guru tidak serta merta melepas mereka begitu saja. Ada dua kamera pengawas yang diletakkan di setiap ruang kelas. Dan bukan hanya di ruang kelas. Ruang kepala sekolah, ruang guru, kantin, dan tempat-tempat lainnya yang berpotensi dijadikan sarana untuk melakukan sesuatu yang terlarang.
Kamera pengawas yang diletakkan di ruang kelas jumlahnya ada dua, dipasang di depan kelas dan di belakang kelas. Dengan jangkauan yang cukup luas, dua kamera sudah lebih dari cukup untuk mengawasi para murid.
“Suka menyendiri huh?”
Dave menoleh. “Kantin ini luas, kau tidak harus duduk di dekatku.”
“Terkejut?”
“Ya, tentu saja. Apa yang kau rencanakan?” Dave menyeruput es teh.