“Mengawal secara diam-diam? Apa kalian ini sebuah kelompok mata-mata?” Dave tertawa meremehkan.
“Kami saling menjaga satu sama lain. Orang seperti kami harus bersatu untuk melawan penjahat berdasi.” Ujar Adrian. “Bukankah kau sudah menyadarinya, orang-orang seperti kami sering tak berkutik jika melawan tumpukan uang.”
Dave diam tak menanggapi.
Angin kencang menerpa dedaunan. Helai demi helai daun berjatuhan di sekitar Dave dan Adrian, beberapa diantaranya jatuh di kepala Dave dan yang lainnya jatuh di pundak Adrian.
“Jangan khawatirkan kami Dave. Mengkhawatirkan kami sama saja dengan mengekspos kami. Jangan jadikan kami sebagai alat untuk memperbaiki citra mereka.”
“Cukup banyak kau menggunakan kata ‘kami’. Kau yakin kata ‘kami’ yang kau ucapkan itu merujuk pada semua orang yang tinggal di sini? Apakah mereka semua setuju dengan pemikiranmu itu?” Dave menendang batu kecil di dekatnya.
Adrian bangkit. “Yang dibutuhkan hanyalah waktu untuk memulai. Kalau mereka tidak setuju, mereka hanya harus mulai setuju.” Adrian kemudian melangkah pergi. “Pulanglah! Jangan buat khawatir orang yang menunggumu di rumah!” Teriak Adrian dari kejauhan.
Tak ada lagi alasan bagi Dave untuk tetap di sana. Dave maju beberapa langkah ke depan. Ke pinggir jalan. Mencari sebuah angkutan umum yang mengarah ke rumahnya. Dilihatnya kanan dan kiri, Dave lalu mengangkat tangannya menyetop sebuah angkutan umum yang terlihat sedang menghampirinya. Tujuan yang tertulis di kaca depan menunjukan angkutan itu akan melewati kompleks perumahan di mana rumahnya berada.
Dave sengaja memilih jalan memutar dibanding lewat jalan pintas, jalan kecil yang biasanya digunakan Dave untuk masuk ke tempat kumuh itu. Ada sesuatu yang hendak dibeli Dave. Dan dijual dekat jalan masuk ke kompleks perumahan.
Jarum jam sudah berada di angka lima ketika Dave sampai di rumah. Saat itu, kedua orang tua Dave juga sampai tak lama setelah Dave membuka gerbang. Seorang satpam datang menghampiri Dave, membantu membuka gerbang untuk jalan masuk mobil milik kedua orang tuanya.
Dave masuk melalui pintu belakang. Lagi-lagi. Dave pergi ke dapur sambil menenteng kantung plastik berwarna putih di tangan kanannya. Jeny dan Sonya ternyata tidak bermain di halaman belakang. Setelah menaruh kantong plastik itu, Dave mencari Sonya dan Jeny. Tepat sebelum meninggalkan dapur Dave menitipkan kantong plastik itu pada salah satu pembantu. Dave kemudian pergi ke ruang tamu setelah melempar senyum pada pembantu itu. “Terima kasih.”