The World of Crime : Fate

Arzen Rui
Chapter #23

23

Carol dan Albert mengangguk.

Di lantai dua, di depan kamar Sonya, ada Jeny yang berdiri bersandar di pintu kamar Sonya. Dave lantas mendekatinya.

“Kau belum tidur?” tanya Dave.

Jeny menoleh. Arah matanya langsung mengarah ke wajah Dave. Tepatnya ke arah lebam itu berada.

Jeny menyentuh pipi Dave. “Sakit?”

Dave meraih tangan Jeny yang berada di pipinya, lalu tertawa kecil. “Tentu saja.”

Jeny ikut tertawa. “Maaf.”

“Bukankah itu pertanyaan retoris?”

“Iya, iya. Aku minta maaf.”

“Kau sengaja menungguku?”

“Ya, begitulah. Nah, kau sendiri juga melemparkan pertanyaan retoris padaku.” Kata Jeny.

“Ah, maaf.” Ucap Dave, lalu menatap mata Jeny. “Apa aku membuatmu malu?”

“Karena apa?” Mata Jeny masih mengikuti gerak tangannya yang kembali ke pipi Dave yang lebam.

“Karena ketahuan menungguku.”

“Memangnya apa yang salah dengan menunggumu?”

“Itu artinya aku tidak perlu memastikan lagi perasaanmu padaku.” Mata Jeny bertemu dengan mata Dave. Sekejap jarak antara wajah Jeny dan Dave menjadi sangat dekat.

“Tidak boleh ada ciuman.” Kata Jeny tersenyum sambil mendorong wajah Dave. “Masih di bawah umur.”

“Aw,” Dave memegang bagian wajahnya yang lebam. “Umurku tujuh belas tahun.”

“Umurmu, bukan umurku. Wee.” Jeny menjulurkan lidah meledek Dave dengan wajahnya yang manis. “Sudah, aku kembali ke kamarku dulu. Kalau ketahuan masih di sini oleh ibumu atau ayahmu, bisa diinterogasi nanti aku.” Kata Jeny, kemudian pergi. Turun ke lantai satu, kembali ke kamarnya.

“Apa hubungannya ciuman dengan umur? Bukankah dia seumuran denganku?” gumam Dave.


Lihat selengkapnya