The World of Crime : Fate

Arzen Rui
Chapter #26

26

“Itu buah-buahan.”

“Mm? Kenapa repot-repot membungkusnya dengan kantong plastik?”

Jeny tertawa.

“Tidak, ini bukan dari dapur. Ini kubeli tadi pulang sekolah.”

“Kenapa kau membelinya? Kita ‘kan punya banyak di dapur?”

“Ini seperti deja vu.” Gumam Dave.

“Mm?”

“Tidak apa-apa, aku hanya mau membelinya saja. Dan memberikannya padamu dan Jeny. Itu saja.”

“Apa Jeny sedang mengidam? Itu sebabnya kau harus memberinya buah yang dari toko bukan dari dapur?”

“Me-mengidam?” Dave terkejut dengan perkataan Sonya yang tiba-tiba.

“Eh?” Jeny juga tampak sama terkejutnya dengan Dave.

“Ayo ke halaman belakang, aku bosan di kamar terus.” Sonya melangkah pergi sambil menenteng kantong plastik yang berisi buah itu.

Dave dan Jeny saling tatap.

“Ayo.” Jeny berjalan lebih dulu.

Sonya sampai lebih dulu di halaman belakang, sedangkan Jeny yang terakhir sampai. Karena Jeny berbelok menuju dapur untuk mengambil piring dan pisau sebelum pergi ke halaman belakang.

Sonya mengeluarkan semua buah-buahan yang ada di dalam kantong plastik itu. Dibantu Dave, semua buah-buahan itu ditata di meja.

“Aku rasa kita harus mencucinya dulu.” Kata Sonya.

“Ya, kau benar. Aku sampai lupa.”

“Dave, kau tidak mengganti seragammu dulu?” tanya Jeny, sambil meletakkan piring dan pisau di atas meja.

“Besok tidak kupakai lagi, besok jadwalnya aku memakai seragam yang satunya.” Jawab Dave, lalu menyusul Sonya menuju keran yang ada di rumah kaca.

Dave dan Sonya kembali setelah menghabiskan lima menit untuk mencuci semua buah-buahan itu.

Duduk membelakangi meja, Jeny terlihat sedang mengupas satu buah apel. “Sudah?”

Dave mengangguk.

“Waktunya makan!” Seru Sonya bersemangat.

Dave dan Jeny saling melempar senyum sambil menikmati buah-buahan yang ada di meja. Semua buah sudah dicuci bersih, sudah diiris untuk buah-buahan seperti apel dan pir. Ditemani oleh pemandangan matahari yang setengah tenggelam. Mereka bertiga duduk manis menyantap buah-buahan di bawah langit sore yang indah.

Angin berhembus, menyapu dedaunan dan menusuk tubuh mereka bertiga yang hangat. Udara semakin dingin seiring menghilangnya matahari. Langit yang cerah memperlihatkan pergerakan awan yang bergeser karena hembusan angin yang kuat. Sekarang mereka tidak lagi bisa menyantap buah-buahan dengan pemandangan yang indah, yang tersisa sekarang adalah satu kali hembusan kencang udara dingin agar membuat mereka bertiga masuk ke rumah.

“Kenapa anginnya dingin sekali!” seru Sonya, kemudian berlari kencang masuk ke rumah. “Aaaaa!” Sonya berteriak histeris.

“Biar kubantu.” Dave mengambil piring dan plastik berisi sampah.

Jeny berlari kecil menyusul di belakang Dave.

“Sudah lama udara tidak sedingin ini.”

Lihat selengkapnya