Enam masuk. Tiga keluar.
Langkah Raka dan Laras berat, menyeret tubuh Jawak Pedang yang berlumur darah menyusuri lorong Candramaya yang sepi dan menggema.
Di ambang gua, rintik hujan menyambut mereka. Langit kelabu menggantung rendah. Lumpur menelan jejak kaki mereka, dan bau besi darah masih melekat di pakaian.
Napas tersengal, mata liar mencari harapan. Seakan baru kembali dari perut kematian.
Tersisa dua yang sadar.
Laras penuh luka—memar dan bekas bakar menghiasi kulitnya.
Satu lagi tubuh yang remuk tapi masih menyimpan nafas tersisa, digendong di punggung Raka.
Mereka tidak menang.
Mereka hanya selamat luar dari gua yang penuh mala petaka.
Rintih hujan mengiringi langkah pertama mereka keluar, seolah mengubur jejak kelam yang telah terjadi.
Tanpa berkata apa-apa, Raka melangkah melewati gerbang pos jaga. Para penjaga menoleh heran. Petualang lain yang berjaga di luar gua mulai berdatangan, mengerumuni mereka.
tanya penjaga dengan nada tajam.
“Astaga… itu tim Pangrengan Sagara Bhuana kan? Bukannya mereka masuk untuk pembasmian tingkat dua dan kenapa hanya dua orang yang keluar?”
ucap salah satu petualang berpakaian tebal, mata membelalak.
"Gua itu memang berbahaya..karna tim expedisi sebelum mereka juga tak kunjung kembali"
Penjaga lain membalas.
Di tengah kerumunan, Raka meletakkan jawak pedang muda itu di atas tandu darurat, lalu duduk di pojok tanpa berkata sepatah kata pun.