The World Of The Twins

Anisah Ani06
Chapter #8

Chapter #8 - Lima Bersaudara

“Hem…. Aroma wangi apa ini?. Aromanya membuat ku lapar.”

Kata Pangeran Elang dari balik pintu dapur istana, Yang disambut lirikan serempak oleh saudari-saudarinya yang sudah terlebih dulu berada di ruang makan dapur istana, Bercengkrama sambil di temani kue hangat yang baru masak.

“Haaa… Ka Elang…..”

Kata Putri Anggini saat melihat Pangeran Elang sambil berlari mendatangi Pangeran Elang yang kini hendak duduk di salah satu kursi yang masih kosong dekat dengan Putri Andin.

Sedang Putri Andin tersenyum menyapa Pangeran Elang yang duduk di sebelahnya.

Tak lama Pangeran Elang duduk di kursi, Putri Andin menyadari ada sesuatu yang hinggap di pundak sebelah kiri Pangeran Elang dan Putri Andin pun hendak bertanya pada Pangeran Elang namun tidak jadi karna keburu di beri kode oleh Pangeran Elang berupa anggukan kecil yang nyaris tak terlihat serta sebuah senyuman kecil namun cukup membuat Putri Andin mengerti agar tetap diam dan bersikap seperti biasa saja.

Sedang Pangeran Patra hanya tersenyum terduduk sambil bersandar di kursi sembari memegangi perutnya.

“Ka Elang tadi bersembunyi dimana? Tadi kami sangat kesulitan untuk menemukan ka Elang.”

Tanya Putri Anggini pada Pangeran Elang.

“Ya benar. Kami sampai kelaparan tauuu ka.”

Pangeran Patra menambahkan.

“Emmm maaf deh. Tadi kaka bersembunyi di…”

Sebelum Pangeran Elang menyelesaikan kalimatnya, Putri Malika berkata.

“Ka Elang. Habis bersembunyi pasti lapar kan? Nih kebetulan tadi ka Andin dan Malika habis membuat roti yang sangat enak ka. Ini ka silakan di cicipi roti buatan kami. Pasti kaka suka deh.”

Kata Putri Malika sambil memberikan sepiring roti yang sangat lezat ke hadapan Pangeran Elang.

Yang tentu saja menggoda Peri Lalu yang kini berada di pundak Pangeran Elang yang sudah sangat kelaparan.

Dan akhirnya Peri Lalu mencubit pipi Pangeran Elang sebagai kode kalau Peri Lalu kelaparan dan ingin roti yang ada di hadapannya kini.

Pangeran Elang pun mengangguk kecil yang nyaris tak terlihat pertanda mengiyakan.

“Wahhh… sepertinya enak sekali roti ini..”

“Benar ka. Enak banget tau ka. Aku aja sampai nambah dua. Coba deh ka Elang lihat tuh si Dik Patra aja sampai nambah dua piring loh ka.”

Putri Anggini mengiyakan.

“Benarkah? Wah kamu Patra sampai ke kenyangan ya… Untung saja jatah ka Elang tidak di makan Dik Patra ya…”

Kata Pangeran Elang sambil melihat Pangeran Patra yang ke kenyangan yang sedang bersandar di kursi sambil merasa kantuk.

“Ahhh ka Elang. Tadinya roti ka Elang ingin Patra makan juga tapi gak jadi…..”

Pangeran Patra menimpali sambil menahan kantuk.

“Loh. Kenapa?”

“Habisnya tadi di larang ka Andin dan ka Malika si.”

Protes Pangeran Patra masih dalam keadaan terkantuk-kantuk.

“Kan tadi kamu sudah makan terlalu banyak dik.”

Kata Putri Andin sambil tersenyum.

“Dan sekarang kau terkantuk kantuk karna kekenyangan kan Patra. Kalau jatah roti ka Elang kamu makan juga. Bisa-bisa perut mu meledak tuh.”

Tambah Putri Malika dengan nada sedikit menggoda.

Pangeran Patra pun tersenyum malu.

Sedang saudari-saudarinya tertawa.

Sedang Peri Lalu yang sedari tadi hanya menyimak sambil menahan lapar hanya bisa menepuk jidat kecilnya di saat ke empat bersaudara itu tertawa riang.

Dan Peri Lalu pun terbang hinggap membisikan sesuatu pada Pangeran Elang.

Hayy Pangeran… Aku lapar. Aku ingin memakan roti itu…

Bisik Peri Lalu.

Pangeran Elang pun membalas dengan bisikan pula.

Iyaaa saya tau. Tunggu sebentar lagi ya. Sekarang apa boleh kamu bersembunyi di bawah meja.

Peri Lalu pun menurut dan terbang dengan segera bersembunyi di bawah meja.

Sedang Putri Malika yang sempat melihat Pangeran Elang tengah berbicara sendiri merasa aneh dan bertanya pada Pangeran Elang.

“Ka Elang.. Kenapa ka Elang berbicara sendiri? Apa ada yang sedang ka Elang fikirkan?”

Tanya Putri Malika.

Pangeran Elang pun sedikit panik dan berusaha mengelak sembari mencari peluang untuk memberi Peri Lalu sepotong roti.

Yang kini Pangeran Elang menjadi pusat perhatian ke empat saudarinya.

“Eh.. Tidak ko… Hanya saja. Eeeh…. Coba deh lihat ada merpati yang sangat indah hinggap di jendela itu lohhhh….”

Elak Pangeran Elang mengalihkan Perhatian Saudarinya.

Yang tentu membuat ke empat saudarinya seperti di komandoi serempak melihat ke arah jendela yang Pangeran Elang tunjuk.

“Dimana merpatinya ka?”

Kata Putri Anggini masih melihat ke arah jendela.

Dengan secepat kilat Pangeran Elang pun mengambil sepotong roti dan memberikan ke Peri Lalu yang tengah bersembunyi di bawah meja.

Yang tentu saja di sambut gembira oleh Peri Lalu yang sedari tadi menunggu kelaparan.

Peri Lalu langsung mencicipi roti pemberian Pangeran Elang.

“Haaaa Akhirnya. Nyammmm Nyammmm Nyammmm Roti ini memang sangat enak sekali.”

Kata Peri Lalu kegirangan.

“Tidak ada merpatinya.”

Kata Putri Malika keheranan.

“Emmmm.. Benarkah? Padahal tadi ada lohh merpati di sana. Oh mungkin merpatinya sudah terbang kembali.”

Pangeran Elang memberikan penjelasan. Yang langsung di percayai oleh kedua saudarinya itu.

“Oh… Betul juga.”

Kata Putri Anggini dan Putri Malika nyaris bersamaan.

Lihat selengkapnya