Setengah hari penuh Pangeran Elang menghabiskan waktu berpatroli di keramaian Pasar Negri Fanah sembari berharap bisa menemukan Pengemis Tua yang tempo hari ia jumpai.
Begitu banyak teka teki yang tersimpan di benak Sang Pangeran, Hingga membuat Pangeran Elang sedikit pusing dan akhirnya Pangeran Elang ingat akan seorang Pengemis Tua di sudut Pasar Fanah. Hingga Pangeran Elang berfikir sekirannya Pengemis Tua itu bisa membantunya memecahkan teka teki.
“Kemana lagi harus ku cari?”
“Kemana perginya paman itu?”
Keluh Sang Pangeran.
Sedang tak jauh dari keberadaan Pangeran Elang, Penasehat Jong mengawasi dari kejauhan dan mengamati gerak gerik dari Sang Pangeran. Tak jarang Penasehat Jong bertelepati dengan Raja Denian Patraja guna memberi informasi kepada Raja Denian Patraja mengenai Sang Pangeran Mahkota.
“Sebenarnya apa yang hendak Pangeran Mahkota kerjakan? Kenapa sedari tadi Pangeran Mahkota hanya berpindah-pindah tempat seperti berpatroli. Apa Pangeran Mahkota memang hanya berpatroli sendirian saja? Tapi tetap saja aku harus terus mengikuti Pangeran Mahkota pergi. Aku tak mau kecolongan lagi seperti tempo hari.”
Penasehat Jong berbicara sendiri dan sedikit mengingat kembali saat-saat ia lalai menjaga Pangeran Mahkota sehingga nyaris kehilangan Pangeran Mahkota.
“Tunggu!! Mau kemana lagi Pangeran Mahkota?”
Penasehat Jong pun melenyapkan memori buruknya, dan lanjut mengikuti Pangeran Elang yang mulai melangkah lagi, pergi menyelusuri keramaian Pasar Negri Fanah.
Di keramaian Pasar, Pangeran Elang sempat berpapasan dengan seorang Pengemis Tua dan Pengemis Tua itu pun sempat memandang Pangeran Elang cukup lama namun Pangeran Elang hanya tersenyum ramah dan berlalu meninggalkan Pengemis Tua itu dengan keramah tamahannya karna Pangeran Elang merasa bukan Pengemis Tua itu yang sedang ia cari. Pengemis Tua itu buta mata sebelah kanannya.
“Elang.”
Kata Pengemis Tua itu dengan suara yang nyaris tak terdengar mengenali Pangeran Elang.
Sedang Penasehat Jong yang kala itu cukup dekat dengan Pengemis Tua itu dapat mendengar Pengemis Tua itu dengan jelas mengatakan nama Pangeran Mahkota. Namun karna Penasehat Jong sedang terburu-buru mengejar Pangeran Elang takut kehilangan jejak Pangeran Elang sehingga tidak terlalu menghiraukan perkataan dari Pengemis Tua itu.
***
Di Kerajaan Dendilian. Putri Andin tengah berkeliling istana di temani Peri Lalu yang tengah terduduk di pundak sebelah kanan Putri Andin. Tak jarang Putri Andin dan Peri Lalu berbincang-bincang.
“Untung saja aku di titipkan oleh Pangeran Elang ke diri mu Putri. Kalau tidak bisa saja aku di tinggal olehnya sendirian di kamarnya yang membosankan itu.”
Peri Lalu gembira lalu mengeluh.
Putri Andin pun menimpali.
“Iyaa.. Peri Lalu. Aku juga senang ko. Kalau ternyata ka Elang mempercayakan diri mu kepada ku, Jangan salah Peri Lalu. Kamar Ka Elang itu sangat sepesial tau.”
“Hahhahahah Sepesial apanya Putri. Kamarnya biasa-biasa saja tau. Hanya ada Ranjang, Kursi, Meja, Cerminnnn, Lemari Pakaian, Lemari Buku…. Apa coba yang sepesial??”
Putri Andin pun menimpali lagi sembari tersenyum ramah kepada Peri Lalu.
“Kamar Ka Elang itu menghadap ke arah Pegunungan yang sangat indah pemandangannya dan ada juga tau Ruangan Rahasia sama seperti di Kamar ku tapi Ruangan Rahasia punya Ka Elang itu Luar biasa dehhh..”
“Ahhh masa sihhh.”
Peri Lalu meledek.
“Ya sudah kalau tak percaya.”
Putri Andin sedikit merajuk.
Sedang Peri Lalu hanya terdiam dan melamun seolah sedang memikirkan sesuatu.
Begitu juga dengan Putri Andin yang mendadak terdiam.
Hening………..
Peri Lalu pun mulai bersuara lagi.
“Emmm Putri boleh aku bertanya?”
“Iyaa.. Bertanya saja?”
Putri Andin sedikit penasaran dengan pertanyaan yang akan di tanyakan oleh Peri Lalu.
“Aku lapar bisa kah kita makan dulu..”
“Haaaaa. Dikirain aku kau ingin bertanya apa. Tentu saja ayuu kita makan. Em.. Tapi kita ke Perpustakaan aja ya.”
“Lohhh ko ke Perpustakaan? Bukan kah kalau lapar ya ke dapur?”
“Heeee tenang dulu Peri. Aku dan Ka Elang punya tempat khusus di Perpustakan lohhh.”