Rombongan dari masing-masing Kerajaan besar satu demi satu telah mencapai Kerajaan Dendilian dengan selamat. Dimulai dari rombongan Kerajaan Anyilir, setelah itu Kerajaan Maradanu dan Kerajaan Dahlina.
Yang kedatangan dari setiap rombongan Kerajaan yang datang langsung di sambut oleh Raja Denian Patraja beserta petinggi-petinggi Kerajaan Dendilian dengan penuh keramah tamahan.
Raja Denian Patraja menyuruh Pelayan-pelayan istana membawa tamu-tamunya ke ruang istirahat yang telah di siapkan jauh-jauh hari. Yang di tempatkan di Pavilion Tamu Istimewa yang bernama Pavitawa.
Setiap Rombongan yang datang di beri Pelayanan terbaik.
Kabar kesehatan Pangeran Mahkota pun di sembunyikan dari penduduk Negri Fanah dan dari tamu-tamu istimewa yang kini berdatangan hadir ke Kerajaan Dendilian. Hanya keluarga inti istana dan orang-orang kepercayaan Raja Denian Patraja sajalah yang di beri tahu akan kabar dari Pangeran Mahkota.
Hal ini di lakukan, agar menghindari segala sesuatu yang buruk, yang dapat datang membahayakan keselamatan dari Pangeran Mahkota.
****
Siang itu di Kerajaan Dendilian.
Raja Denian Patraja dan Rekannya yaitu Raja Hayung Diha, Raja Baga Sra, Raja Pati Arjuna dan Ratu Rang Gina. Tengah berkumpul di ruang rapat Kerajaan Dendilian.
Mereka tengah membahas dan berdiskusi ringan mengenai perkembangan masing-masing Kerajaan. Di mulai dari keadaan musim sampai tumbuh kembang anak-anak mereka yang merupakan penerus Kerajaan Besar mereka.
Semula Raja Denian Patraja selalu menyimak dan mendengarkan cerita demi cerita dari sahabat-sahabatnya dengan penuh antusias dan berwibawa, namun pada saat pembahasan membahas tentang “Pewaris” atau “Putra Putri”, Raja Denian Patraja teringat akan kondisi dari Pangeran Elang yang belum membaik, masih tertidur pingsan, yang semakin membuat Raja Denian Patraja kawatir, beliau belum tahu jelas apa penyebab dari Pingsannya sang Pangeran Mahkota. Yang di ketahui oleh Raja Denian Patraja hanyala pendapat dari tabib istana yang merawat Pangeran Mahkota. Kalau Pangeran Mahkota mengalami kelelahan.
Tak jarang di sela-sela kebersamaan Raja Denian Patraja bersama Sahabat-sahabatnya, beliau bertelepati kepada istrinya, Ratu Patmala, yang kala itu masih bersama Pangeran Elang di kamar Pangeran Elang.
Dinda… kau mendengar ku? Aku ingin menanyakan bagaimana keadan putra kita, Pangeran Elang?
Raja Denian Patraja menanyakan kabar dari Pangeran Elang kepada Ratu Patmala dan berharap kalau Ratu Patmala memberikan kabar baik ke padanya. Mengenai siumannya Pangeran Elang dari tidur panjangnya.
Namun sayang kabar yang Raja Denian Patraja dapatkan selalu sama. Pangeran Elang masih tertidur pulas dan belum mau untuk membuka kedua matanya.
Maafkan aku suami ku, Putra kita masih dalam kondisi tak sadarkan diri. Tapi jangan terlalu cemas suami ku. Putra kita pasti akan kembali pulih. Pasti akan kembali sadarkan diri. Tidak lama lagi.
Ratu Patmala berusaha menghibur Raja Denian Patraja walaupun saat ini kondisi nya pun tak kalah menghawatirkan keadaan Pangeran Mahkota.
Bulir air mata sembunyi-sembunyi keluar dari sisi sudut mata Raja Denian Patraja, air mata itu keluar terlalu tipis dan dengan segera di hapus oleh Raja Denian Patraja sehingga sahabat-sahabatnya yang kala itu duduk bersamannya, tak mengetahui kalau ia sedang menangisi kondisi Pangeran Mahkota.
Kesedihan Raja Denian Patraja memang ia sembunyikan dari Sahabat-sahabatnya yang kala itu masih tampak serius dengan pembahasan-pembahasan mereka.
Namun sepandai pandainya Seorang Raja menyembunyikan perasaan tulusnya. Ada saja yang merasakan perasaan itu walaupun sang empunya rasa tak memberi tahu.
Gelagat berbeda yang di sembunyikan oleh Raja Denian Patraja tak bisa di sembunyikan pada sepasang sahabatnya yang berasal dari Kerajaan Dahlina, yaitu Raja Pati Arjuna dan Ratu Rang Gina. Yang kala itu menangkap gelagat yang berbeda dari Raja Denian Patraja.
Ratu Rang Gina sempat ingin menanyakan hal apa yang mengganggu fikiran dari Raja Denian Patraja kepada Raja Denian Patraja sendiri. Namun di halangi oleh Raja Pati Arjuna, suami dari Ratu Rang Gina sendiri.
Raja Pati Arjuna tak ingin membuat sahabat-sahabatnya yang lain ikut merasa kawatir kepada Raja Denian Patraja dan menahan Ratu Rang Gina melalui suara batinnya agar dirinya sajalah yang bertanya kepada Raja Denian Patraja sendiri tapi nanti di waktu yang tepat di saat berbincang berdua dengan dirinya.
Jangan istri ku! Biar nanti aku saja yang menanyakan langsung ke pada sahabat ku Raja Denian Patraja.
Yang tentu saja di turuti oleh Ratu Rang Gina dengan anggukan kecil yang nyaris tak terlihat.
****
Sedangkan di kamar Pangeran Mahkota. Ratu Patmala masih bersedih di samping Pangeran Elang sembari terus menggenggam tangan kanan Pangeran Mahkota.
Butir demi butir air mata tak henti-hentinya membasahi pipi Ratu Patmala. Sedang seorang Tabib dan kedua asistennya pun tak henti-hentinya merawat Pangeran Mahkota dengan cekatan dan lihai, segala perawatan telah di coba guna membangunkan Pangeran Mahkota dari tidur panjangnnya.
“Bangunlah!! Bangunlah putra ku… Bangunlah…”
Lirih Ratu Patmala dengan sedih hati yang melihat kondisi Putra tertuannya yang masih menghawatirkan.
“Maaf Ya Mulia Ratu. Hamba sudah berusaha semaksimal hamba. Namun tubuh dari Pangeran Mahkota menolak pengobatan yang hamba berikan.”
Kata tabib istana dengan penuh penyesalan.
“Lalu.. apa yg harus kita perbuat tabib? Aku tak mau kehilangan putra ku!”
“Maaf, Ya Mulia Ratu. Untuk saat ini hamba akan mencoba mencari tau perihal obat yang mujarab untuk Pangeran Mahkota. Melalui meditasi. Hamba mohon pamit Ya Mulia.”
Lalu Tabib istana beserta kedua asistenya pun pergi dari sana. Bergegas melakukan meditasi.
Ratu Patmala memandang lirih Pangeran Mahkota yang masih tertidur, yang tampak pucat serta dengan kondisi yang masih menghawatirkan.
Ratu Patmala pun memeriksa kening Pangeran Mahkota yang masih terasa hangat menjelang panas yang tak setabil.