Masih memeluk Putri Anggun, wajah pangeran elang yang tadinya terbenam di pundak sang putri perlahan mulai bangkit karena mendengarkan suara langkah kaki yang sangat cepat menuju tempat ia berada kini.
Seketika itu juga Pangeran Elang mengurai pelukannya dan kini berganti dengan meraih tangan sang putri yang saat ini tengah ia ajak bersembunyi menjauhi area taman. Mereka bersembunyi menuju ruang rahasia yang ada di balik pohon besar, di belakang pohon itu ada sebuah lubang yang tersembunyi di antara guguran daun.
Pangeran Elang langsung membuka lubang itu, setelah lubang terbuka sepenuhnya Pangeran langsung menyuruh Putri Anggun untuk bersembunyi duluan baru setelah itu Pangeran Elang yang menyusul Putri Anggun bersembunyi, ruangan itu sangat gelap sekali sehingga membuat Putri Anggun takut akan tetapi masih bisa ia tahan ketakutannya itu barulah setelah lubang persembunyian ditutup kembali oleh sang pangeran, secara reflek Putri Anggun memeluk Pangeran.
“Tenang. Ada saya disini. Kau jangan berisik ya putri. Tunggu sebentar.”
“Tunggu Pangeran!!! Kau mau kemana?”
Putri Anggun semakin erat memeluk Pangeran, ia tak mau pangerannya pergi meninggalkannya sendiri. Hingga suara Pangeran terdengar lagi seraya nyalanya pelita yang entah datang dari mana. Setelah melihat ada sumber pencahayaan Putri Anggun pun sedikit melonggarkan pelukannya.
“Saya tidak akan meninggalkanmu. Kau jangan takut ya Putri. Saya tidak akan meninggalkanmu sendirian.” keduanya saling memberi senyuman satu sama lain.
Hening sesaat……
***
Sedangkan tak lama lubang persembunyian tertutup rapat disaat itu juga Putri Andin dan Peri Lalu sampai di tempat tadi, tempat pangeran elang berlatih pedang. Putri Andin tampak bingung karena merasa salah mengira ia termenung sejenak sedangkan Peri Lalu hanya terbang menyisiri sekitar tempat berharap kalau sang pangeran sedang bersembunyi di sekitar sana.
“Tidak ada Ka Elang disini. Tapiii…” gumam sang putri, tatapan Putri Andin lekat pada sebuah pedang yang tersandar di pondasi batu yang ia tahu pedang itu ialah punya kakaknya lalu pandangnya bergantian menatap kepada teko teh dan sepasang gelas kaca yang dimana satu gelas masih terisi penuh oleh teh dan satunya lagi hanya sisa setengah isi tehnya.
“He… Disini tadi ada seseorang. Aku yakin.” putri andin tersenyum seolah menyadari sesuatu sedangkan Peri Lalu masih terlihat kebingungan karena tak bisa menemukan Pangeran Elang dimana-mana.
Sedangkan yang Peri Lalu lihat, putri andin hanya termenung dan sesekali bergumam sendiri. Peri Lalu pun memanggil sang putri tetapi tidak langsung ditanggapi.
setelah panggilan ketiga putri andin baru menoleh ke arah Peri Lalu, baik peri lalu maupun putri andin kini secara bersamaan saling menghampiri hingga bertemu di pertengahan tempat latihan Pangeran Elang.
“Apa tuan putri yakin? Pangeran tidak ada disini.”
“Saya sangat yakin. Tadi Ka Elang memang ada disini kok. Lihat lah ini.” putri andin memperlihatkan sebuah pedang yang ia bawa lalu kembali berbicara setelah melihat respon Peri Lalu yang kebingungan tidak mengerti akan maksud putri andin yang memperlihatkan sebuah pedang. “Ini itu pedang Ka Elang Peri. Coba lihat itu….” lalu putri andin mengarahkan Peri Lalu untuk memperhatikan perangkat teko dan sepasang gelas kaca yang tadi ia lihat. “Saya yakin tadi sebelum kita sampai sini. Ada seseorang disini Peri.” putri andin pun seolah berpikir.
Peri Lalu hanya terdiam saja karena bingung. Ia bergumam dalam pikirannya.
Kalaupun Pangeran Elang seharusnya ia tidak bersembunyi kan. Ahhh pangeran kau dimana sih. Semoga saja kau tidak dalam bahaya.
***
Sedangkan Pangeran Elang yang kini berada di tempat persembunyian bersama Putri Anggun tengah menyusuri lorong rahasia, pangeran elang menggenggam tangan kiri sang putri seolah tidak mau kalau sang putri sampai tersesat atau yang paling ia tak suka ialah sang putri terpisah darinya. Sementara itu sang putri hanya bisa mengikuti Pangeran Elang, entah akan kemana mereka, sang putri juga tidak tau lorong yang sedang mereka terusurin akan berakhir dimana.
Semakin ditelusuri di setiap dinding lorong persembunyian terdapat pelita yang berjarakan seratus sentimeter sehingga sang putri dapat melihat lorong-lorong yang seperti labirin di bawah tanah.
“Apa kau tau jalannya Pangeran? Aku takut kita tersesat.” suara sang putri tampak meragukan Pangeran Elang.
“Tenang saja. Saya tahu kok. Mana mungkin saya nyasar di rumah sendiri.”
“Betul juga.”
Pangeran Elang hanya tersenyum, ia masih terus berjalan dan tanganya masih tak mau lepas menggenggam tangan Putri Anggun, menuntunnya dengan sabar, pandanganya masih fokus mencari jalan keluar mengikuti lorong yang terasa masih panjang.
“Pangeran.”
“Hemm.”
“Bukankah yang barusan itu adikmu? Putri Andin.”
“Lalu?”
“Kalau benar yang tadi itu adikmu kenapa kita sembunyi disini pangeran? Pasti adikmu saat ini sedang mencarimu.”
Pangeran yang sedari tadi mendengarkan keluhan sang putri kini menghentikan langkah kakinya, ia berbalik badan untuk memandangi sang putri sebelum menjawab pertanyaan dari sang putri. Sedangkan Putri Anggun hanya terdiam sejenak ikut menatap yang menatapnya sangat dalam, ia penasaran dengan Pangeran Elang yang malah memilih pergi sembunyi-sembunyi dari pada menemui adiknya sendiri.
“Saya tahu kalau yang tadi itu Andin. Kalau saya bertemu dengannya disana sudah pasti saya langsung ditariknya ke kamar saya kembali dan menyuruh saya istirahat lagi. Saya sudah cukup banyak beristirahat. Lagi pula…” sengaja sang pangeran menggantungkan kalimatnya.
“Lagi pula?”