Sebetulnya Raja Denian sudah mengijinkan Pangeran Elang untuk mengikuti permintaan dari Ratu Larisa. Hanya saja sebagai ayah, raja Denian belum siap untuk melepaskan putranya itu.
Walaupun secara biologis Pangeran Elang bukanlah anaknya, Raja Denian sudah menganggap Pangeran sebagai putranya sendiri.
Terlepas semua itu, sang raja juga menyimpan ketakutan yang lain, beliau takut kalau pangeran Elang tak kunjung kembali dari petualanganya itu seperti istrinya, ratu larisa. Ia takut tak bisa bertemu dengan pangeran lagi apa lagi saat ini hubungannya dengan pangeran Elang sudah baik-baik saja. Tanpa permasalahan yang berarti seperti persoalan yang sudah lampau.
Pangeran Elang juga sudah lebih bisa terkontrol tidak terlalu sering berberontak apa lagi mengikuti kehendaknya sendiri tanpa berpikir panjang, sebetulnya semua rasa kekhawatiran yang selalu dirasakan oleh sang raja tidak lebih hanya ketakutan seorang ayah kepada putranya sendiri. Meskipun sebetulnya rasa kekhawatiran itu seharusnya tidak ada.
***
Setiap pulang dari tugasnya Pangeran Elang selalu menyempatkan waktu untuk berdiam di dalam perpustakaan kerajaan, bukan hanya untuk membaca buku saja melainkan untuk menunggu kedatangan Peri Lalu yang sudah ia beri tugas untuk mengawasi dan mengikuti ayahandanya selama dirinya tidak berada di kerajaan.
Awalnya Peri Lalu menolak perintah dari pangeran karena ia merasa terlalu lancang untuk mengamati pergerakan seorang raja besar yang disayangi oleh rakyatnya apa lagi raja itu adalah ayahdanya pangeran Elang sendiri.
"Yang benar saja Pangeran. Aku tak mau. Itu bukan tugas ku," ujar Peri Lalu disaat Pangeran Elang tengah bersiap untuk bertugas, dialog ini terjadi beberapa hari yang lalu pada saat Pangeran Elang sudah sangat baik kondisinya pasca penyembuhan.
"Ayolah Lalu. Kumohon. Kau harus mau. Ini demi kebaikan ku juga tau. Kau kan peri penjaga ku. Apa salahnya kau menuruti perintah ku."
Ucapan pangeran Elang berhasil membuat peri lalu berfikir seolah menimbang kembali apa yang diinginkan oleh pangeran Elang.
"Iya.. Tapi bukan begitu juga konsepnya pangeran. Aku memang peri penjaga mu tapi aku tak suka disuruh-suruh dan kau tahu itu kan pangeran."
"Apa kau tega melihatku terus-terusan penasaran. Apa susahnya kalau hanya memata-matai saja. Aku tidak meminta mu untuk pulang ke Perpustakaan Alam Semesta kok."
"Ya. . Jangan. Nanti aku dimarahi ka Lula. Tapi.. Apa kau tega untuk mengusir ku pangeran. Selain tak sabaran kau juga suka mengancam rupanya."
Pangeran Elang terus membujuk Peri Lalu hingga sampai pangeran mengancam dengan sesuatu diluar dugaan Peri Lalu.
"Begini saja. Kalau kau terus tidak mau maka izinkan aku untuk mengatakan sesuatu hal kepada Peri medis yang waktu itu bersama mu. Emmm siap namanya ya. Aku lupa…" pangeran Elang mengatakan dengan nada penuh penekanan di awal kalimat dan di akhir kalimat sengaja di perlambat untuk melihat reaksi dari Peri Lalu yang mulai cemas.
"Kenapa begitu? Kau tak boleh membawa Peri Lisa dalam urusan ini,"protes peri Lalu yang tak habis pikir dengan pangeran.
Berbanding terbalik dengan Pangeran yang kini merasa senang karena peri Lalu berhasil ia pancing.
"Iya namanya peri Lisa. Makanya kau harus mau. Ini gak sulit kok. Hanya mengawasi ayahandaku saja. Emmmm aku ingin tau bagai mana reaksi Peri Lisa ya?" pangeran Elang malah membuat peri lalu semakin penasaran.
"Apa? Kau ini pangeran. Kenapa jadi menjengkelkan. Jangan asal berbicara dong," protes peri lalu lagi karena mulai paham akan maksud ancaman pangeran Elang.
Kali ini Pangeran Elang ingin memanfaatkan perasaan peri Lalu kepada peri Lisa tanpa pangeran ketahui kalau kedua peri itu memang berjodoh tapi peri lalu lebih suka terlihat cuek saja ia tidak mau perasannya diketahui oleh si yang ia suka.
Hingga jadilah saat ini Peri Lulu benar-benar menjalankan permintaan dari pangeran Elang dan kini tengah terbang melewati lorong koredor menuju tempat biasa mereka bertemu. Peri lalu sudah dengar kabar kalau saat ini Pangeran Elang sudah kembali ke istana dan seketika itu pula peri lalu pergi dari tempat pertemuan Raja Denian untuk melaporkan pergerakan sang raja kepada pangeran. Di sepanjang perjalannya Peri lalu tak hentinya membual.
"Seharusnya aku tidak melakukan ini. Hu kenapa anak itu harus menyebalkan seperti ini," oceh Peri lalu dengan kecepatan terbang yang sangat cepat.
Tanpa Peri lalu sadari ocehanya juga terdengar oleh Ratu Malataka yang saat itu tengah berada di salah satu koridor yang baru saja peri lalu lewati. Ratu Malataka tersenyum penuh arti pandangan matanya tak hentinya menatap tubuh kecil Peri lalu yang perlahan menghilang menjauh.
"Pelayan. Ambilkan aku teh hangat sekarang," perintah ratu Malataka kepada pelayan setianya.