The World Of The Twins

Anisah Ani06
Chapter #23

Chapter #23 - Bukan Mimpi Biasa

   "Kau harus segera kembali putraku. Di sini bukanlah tempat mu."


   Pangeran Elang makin bingung, "Apa maksud ibunda? Apa ibunda ingin pergi lagi? Kalau begitu Elang ikut bunda."


   "Racun yang ada di dalam tubuh mu sudah bunda netralkan. Bunda harap tidak ada lagi racun yang kau minum nak. Baik yang di sengaja atau tidak sengaja. Kamu bisa menolak jangan selalu menurut nak …. "


   "Bunda. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Elang harus pergi? Bukannya ini rumah Elang juga."


    "Disini bukan tempat mu nak. Maafkan ibunda yang tidak bisa menemanimu lebih lama lagi. Waktu bunda tidak banyak disini. Ibunda berharap suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi. Bisa menghabiskan waktu bersama lebih lama lagi .... " di pengakhir kalimat tiba-tiba saja tubuh dari Ratu Larisa seolah terkikis terbang tertiup angin sedikit demi sedikit bagai pasir yang tertiup angin. 


   Melihat hal itu membuat Pangeran Elang panik bercampur bingung, "Bunda. Ibunda kenapa? Ibunda …. "


   Ratu Larisa pun tersenyum, beliau belum sepenuhnya tertiup angin, "Ibunda tidak apa-apa nak, Ibunda senang bisa melihatmu nak. Tolong jaga Adikmu untuk bunda ya nak. Bunda harap kalian jangan bertengkar dan bisa saling menjaga walaupun jarang bertemu. Tidak. Kalian belum pernah bertemu. Ini salah ibunda. Maafkan ibunda nak. Tapi satu hal yang pasti. Ibunda akan selalu sayang pada kalian berdua nak. Ibunda pergi dulu. Kamu jaga diri baik-baik," di kalimat terakhir Ratu Larisa sudah menghilang sepenuhnya terbawa angin membuat Pangeran Elang yang sedari tadi menahan tangis tak kuasa menahannya lagi. 


   "Ibunda jangan pergi bunda. Ibunda," teriak pangeran elang yang lirih memanggil debu ibundanya yang semakin jauh terbang mengangkasa hingga berakhir tak terlihat lagi menukik masuk ke dalam perairan negri.


   "Ibunda. Ibunda kenapa kau pergi lagi bunda. Kenapa bunda tidak membawa Elang juga. Ibunda," gumam pangeran elang yang kini tak hentinya menatap permukaan air tempat terakhir ia bisa melihat debu Ibundanya. Tatapannya sangat lirih. 


   Tetapi entah mengapa semakin lama pandangan memudar dan mengabur tetapi setelah Pangeran Elang memaksakan untuk tegar kembali dengan cara mengucak matanya setelah membuka kelopak matanya kembali Pangeran Elang malah sudah kembali seperti semula yang menghadap ke cermin di ruangan rahasia ayahandanya. 


   "Ibunda," gumam pangeran elang yang sudah tersadar setelah melamun cukup lama.


   "Putra ku. Kamu sudah kembali," ujar Raja Denian yang sedari tadi berada di sisi Pangeran Elang.


   "Pangeran. Akhirnya kau sadar juga," ucap peri lalu yang kegirangan karena sedari tadi ia sangat mencemaskan keadaan Pangeran Elang.


   "Ibunda. Dimana ibunda," ucap pangeran setelah sadar kalau dirinya kini telah kembali. Ia bingung karena di dalam cermin tidak ada lagi bayangan Ibundanya bahkan setelah ia berusaha untuk fokus kembali ia juga tak bisa melihat keberadaan ibundanya di dalam cermin itu.


   Raja Denian yang melihat kondisi putranya tidak stabil akhirnya memutuskan untuk membawa putranya duduk di ruangan pribadinya. Menjauh dari ruang rahasia. Pangeran Elang hanya menurut meskipun tak jarang pandangannya selalu teralihkan menatap pintu masuk ruangan rahasia itu.


   "Kepala pelayan. Tolong ambilkan teh hangat madu ke ruangan saya," pinta raja Denian yang melakukan telepati.


   Sambil menunggu teh datang Raja Denian hanya memperhatikan putranya yang kesadarannya mulai kembali.

Lihat selengkapnya