Setelah lima menit Denis pun sudah kembali dengan mengenakan baju seragam putih bersihnya yang tak lagi basah. Denis pun duduk di salah satu sofa. Denis hanya memasang wajah juteknya seolah ia menjelaskan kalau ia tak suka akan kehadiran Rayhan disini. Terlebih karena insiden tadi. Karena ini merupakan kali pertama ayahnya tidak mau mendengarkan penjelasan darinya. Denis merasa kalau ayahnya itu lebih sayang kepada Rayhan yang katanya adalah abangnya.
Mulai timbul pertanyaan lain yang kini muncul di pikirannya Denis. Tetapi tak sampai Denis utarakan. Denis juga agaknya masih meragukan Rayhan walaupun ia tau jelas akan kemiripan wajah mereka yang seperti pinang dibelah dua.
"Em. Elu apa bener Abang gue? Terus kalau bener lu Abang gue kenapa Mama gak ikut datang? Kenapa cuma lu sendiri yang ke sini? Dan lu datang dari mana sih? Perasaan pintu rumah masih terkunci deh. Lu masuk dari mana?"
Rayhan jadi bingung sendiri mendapat banyak pertanyaan seperti itu. Masalahnya Rayhan jadi tau kalau selama ini Denis, adiknya tidak tau akan masalah keluarga mereka selama ini. Rayhan gak mau salah bicara lagi pula ia juga bingung harus menjelaskan dari mana dulu.
Hingga Denis pun kembali berkata karena tidak sabar mendengarkan penjelasan dari abangnya itu, "Kok lu diem? Ngomong dong. Katanya lu Abang gue. Pertanyaan gampang aja gak bisa lu jawab. Gimana sih."
"Gini …. " untungnya baru juga Rayhan ingin buka suara ayah mereka sudah datang dengan membawa dua gelas susu.
"Gitu dong akur. Ray. Ayah buatkan susu hangat saja ya. Ayah sudah lama tidak mengkonsumsi teh madu jadinya tidak ada stock madu di lemari pendingin," ujar ayah mereka sambil meletakkan segelas susu di meja depan kedua putranya. Ayah mereka duduk di sebelah Rayhan. Karena sofa yang di duduki oleh Rayhan berukuran lebih panjang hingga muat untuk tiga orang beda dengan sofa yang diduduki oleh Denis yang merupakan sofa tunggal.
"Tidak apa-apa Ayah. Maaf Ayah Ray jadi merepotkan Ayah."
"Tidak kok. Ayah malah senang karena ada Rayhan di sini. Mulai sekarang Rayhan akan tinggal bersama Ayah dan Denis kan?"
Mendengar kalimat terakhir ayah membuat Denis yang tadinya sedang meminum susu sambil menyimak jadi tersedak dan untuk kedua kalinya seragam putihnya itu basah. Kali ini disebabkan oleh susu yang tinggal setengah gelas itu tumpah oleh Denis sendiri yang syok.
"Apa?" gumam Denis yang masih syok.
"Iya. Mulai sekarang Rayhan akan tinggal bersama kita. Kamu kenapa sih Denis. Bajumu basah lagi kan. Cepat ganti seragam mu."
"Tapi kemeja putih Denis sudah tidak ada yah."
"Gunakan seragam yang ada di lemari dekat jendela. Disana ada seragam. Pakai itu dulu."
"Ha …. " Denis sempat bingung pasalnya selama ini ia tidak pernah menyentuh satu lemari yang ada di jendela itu. Ia juga tidak tau kalau disana juga terdapat kemeja putih tapi karena tidak mau ayahnya marah lagi jadilah Denis menuruti, "Baik Yah," Denis pun beranjak dari duduknya tetapi Denis jadi kembali duduk dan kembali berbicara lagi. Kali ini ia menanyakan langsung kepada Ayah perihal pertanyaan yang belum abangnya jawab, "Tapi yah. Kenapa Mama tidak ikut tinggal di sini juga? Kenapa cuma Bang Rayhan aja?"