Rayhan benar-benar dibawa ke rumah sakit oleh ayahnya untuk mendapatkan perawatan. Tetapi untungnya tidak sampai menginap dikarenakan Rayhan yang kekeh gak mau di rawat.
Hingga Rayhan merasa kalau benar yang dikatakan oleh Denis saat di ruang UKS dan Rayhan juga mengakui kalau Denislah yang lebih tahu watak ayah mereka.
"Rayhan," panggil Pak Riyan yang membuat fokus Rayhan yang sedari tadi terdiam menatap ke luar jendela mobil hingga Rayhan berfokus kepada ayahnya, "Iya ayah. Ada apa?"
"Bisakah kau berikan Arlojimu," pinta Pak Riyan sembari masih fokus menyetir sedan hitamnya. Rayhan agak kaget pasalnya bagaimana ayahnya tahu soal arloji. Rasanya selama ini Rayhan tidak pernah memberitahu apalagi mengatakan sesuatu tentang arloji itu.
"Arloji apa yah?" tanya Rayhan yang pura-pura tidak tahu. Ia masih berharap kalau arloji yang saat ini dibahas oleh ayahnya itu bukanlah arloji pemberian pamannya.
"Arloji pemberian pamanmu. Kembalikan kepada ayah. Arloji itu milik ibumu. Ayah yang meminta pamanmu agar memberikan arloji itu kepada mu nak. Karena ayah tak bisa kembali ke negri fanah."
"Baik ayah," rayhan hanya menurut, ia lantas memberikan arloji yang ada di dalam tasnya itu kepada ayahnya. Tanpa bertanya lebih lanjut lagi.
"Ayah tau. Kamu sering menggunakan ini. Ayah curiga karena ini kesehatanmu menurun," ucap Pak Riyan setelah arloji sudah berada di tangannya. Lantas beliau menyimpan arloji itu ke dalam penyimpanan mobil yang terletak di sisi dekat stir.
"Tapi yah. Bukan karena itu Rayhan sakit. Rayhan sudah terbiasa sakit seperti ini selama di negri fanah karena memberikan hawa murni. Ini tidak ada kaitannya dengan arloji itu."
Mendengar penjelasan itu. Pak Riyan jadi menepikan mobilnya ke bahu jalan. Lalu ia menghentikan mesin mobil sebelum berbicara lagi kepada putranya itu.
"Untuk apa? Untuk apa Rayhan menyalurkan hawa murni? Apa Rayhan dalam masalah?" ucap Pak Riyan yang khawatir bahkan sampai berpikiran yang bukan-bukan.
Pak Riyan memang sudah tahu akan kekuatan spesial yang dimiliki oleh Rayhan untuk menyembuhkan sesuatu hanya dengan menyentuhnya saja dan tidak perlu memerlukan waktu yang lama. Tetapi kekuatan itu mempunya kelemahan atas kesehatan si pengguna yang akan menurun bila terus menerus digunakan.
“Ray. Tidak dalam bahaya kok yah. Rayhan hanya ingin menyembuhkan minus mata teman Ray. Kasihan dia. Jadi Rayhan ingin sekali membuat matanya sehat kembali karena selama ini teman Ray udah baik banget ke Ray. Ray hanya ingin membalas kebaikannya.” terang rayhan memberikan penjelasan sehingga Pak Riyan paham akan niat baik yang dimaksud oleh Rayhan.
Pak Riyan pun mengelus rambut putranya itu sembari berkata dan tersenyum bangga, “Putra Ayah yang satu ini memang baik hati sekali. Seperti ibumu. Dulu Ayah sering berdebat karena Ibumu itu suka sekali membantu orang-orang hingga lupa akan kesehatan diri sendiri,” dalam artian secara tidak langsung Pak Riyan memberi tahu kepada Rayhan kalau ibunya itu memiliki kekuatan yang sama dengan yang dimiliki Rayhan hanya saja kekuatan ibunya itu tidak sehebat yang dimiliki oleh Rayhan.
“Benarkah Ayah?” tanya Rayhan penuh antusias. Pak Riyan hanya tersenyum mengangguk membenarkan. Lalu kembali melajukan sedan hitamnya hingga menuju rumah mereka.
***
Denis sudah kembali ke dalam ruang kelas lima belas menit yang lalu. Saat ini ia masih mendengarkan penjelasan Pak Guru yang sedang menerangkan.
Denis sesekali menoleh kepada Arumi yang menjadi teman sebangkunya. Ia tau kalau Arumi itu sangat dekat dengan abangnya jadinya ia putuskan untuk memberitahu kabar terkini tentang abangnya meskipun ia tau kalau Arumi enggan untuk bertanya langsung padanya tetapi Arumi juga sempat sesekali melirik Denis sehingga Denis menyadari akan kekhawatiran Arumi, "Abang gue baik-baik aja. Em. Sekarang mungkin udah sampai di rumah sakit buat di periksa," ucap Denis dengan pandangan yang tetap memperhatikan guru namun ia seolah mendekatkan wajahnya kepada telinga Arumi untuk berbisik.
"Benarkah. Alhamdulillah. Eh. Kenapa ke rumah sakit? Kata mu. Ray baik-baik aja? Kenapa di bawa kesana?"