“Bang,” ucap Denis yang ingin berbicara dengan Rayhan. Keduanya saat ini berada di kamar. Rayhan sedang belajar di meja belajarnya sedangkan Denis sedang bersantai di kasur sambil menatap langit kamar. Ini sudah sepekan dari hari itu.
“Iya,” ucap Rayhan tanpa bergerak dari tempatnya. Ia masih fokus belajar mengerjakan tugas fisika tetapi ia juga berfokus untuk mendengarkan adiknya itu.
“Mungkin gak sih untuk Ayah dan Ibu bersama lagi?” kali ini terlontar juga pertanyaan itu dari mulut Denis setelah sekian lama ia tahan untuk mengutarakan isi hatinya itu kepada abangnya. Ingin tau saja bagaimana pendapat abangnya itu karena menurutnya alasan perpisahan kedua orang tuanya itu hanya masalah waktu saja dan ada kemungkinan untuk rujuk kembali walaupun kemungkinannya kecil.
Rayhan berhenti sejenak dari belajarnya. Ia berpikir harus menjawab apa. Ia memutuskan untuk kembali mengikuti skenario ayahnya. Ia berbalik menghadap adiknya yang masih berbaring namun adiknya sudah fokus melirik dirinya.
"Abang rasa sulit dek," denis kini terduduk dari pembaringan karena terduduk. Ia tidak berkata apa-apa tetapi mimik wajahnya menggambarkan kalau ia terkejut dengan jawaban abangnya dan meminta penjelasan lebih lanjut.
"Sebenarnya Ibu sudah menikah lagi. Tiga tahun yang lalu dengan pribumi disana (Oslo). Setelah menikah Ibu terlihat sangat bahagia. Ibu juga melahirkan anak kembar yang sangat manis."
Jangan tanya seberapa terkejutnya Denis dengan penjelasan itu. Hingga Denis bertanya dengan binar mata yang seolah tak percaya bercampur kecewa, "Kenapa baru bilang sekarang?"
Rayhan terdiam sejenak. Sebenarnya ia tidak mau mengatakan hal itu karena perkataan yang barusan ia katakan bukanlah yang sebenarnya. Tetapi ia sudah terlanjur untuk menuruti skenario yang disusun ayahnya itu dengan mendetail dan teliti.
Awalnya Rayhan juga tidak langsung setuju tetapi setelah ayahnya mengatakan kalau ini semua demi kebaikan adiknya jadinya ia turuti saja. Lagi pula ayahnya juga sudah berjanji akan mengatakan yang sebenarnya benarnya kepada Denis suatu hari nanti walaupun belum tahu kapan pastinya hari itu tiba.
"Bukan Abang gak mau kasih tau Denis. Karena Abang nunggu waktu yang tepat buat bicara ini ke Denis. Awal-awal Abang datang ke sini juga Denis seperti tidak suka dengan abangkan? Bisa jadi kalau Abang kasih tau hari itu. Denis malah makin gak suka sama abang. Jadi Abang tunda dan mungkin hari ini hari yang tepat untuk mengatakannya."
"Ya. Tapi kan," denis menarik nafasnya dan menghembuskan lagi. Ia jadi bingung sendiri harus mengelak bagaimana karena bagaimanapun yang dikatakan abangnya ada benarnya. Ia akan semakin sulit menerima Rayhan dan bisa jadi Denis akan menyalahkan abangnya karena membiarkan ibu mereka menikah kembali. Meskipun itu demi kebaikan ibunya sendiri.
Akhirnya Denis memilih untuk berbaring kembali bahkan ia membelakangi abangnya yang masih duduk menghadapnya. Tanpa mengatakan sesuatu. Sehingga Rayhan paham akan rasa kesal yang Denis rasa karena dua tahun ini Rayhan seakan merasakan koneksi yang kuat dengan Denis. Seolah ia bisa merasakan apa yang sedang Denis rasakan saat ini. Seperti ikatan batin yang semakin kuat apalagi setelah Denis bisa menerimanya.