“Jadi seperti itu,” ucap Arumi usai Rayhan menceritakan mimpi yang baru saja ia alami.
Ia tau kalau sebetulnya Arumi hanya ingin menjadi pendengar yang baik dan entah mengapa Rayhan selalu nyaman kalau bercerita dengan Arumi. Rayhan juga tak lupa untuk menegaskan kepada Arumi saat setiap kali menceritakan mimpi yang ia alami adalah sebuah bunga tidur saja. Arumi pun juga menganggap demikian. Sebagai bunga tidur saja atau hanya imajinasi dari Rayhan sendiri, mengingat bahwa Rayhan itu memang kelewat cerdas bisa saja karena kecerdasan Rayhan. Rayhan jadi berimajinasi sampai kadang terbawa hingga ke alam mimpi. Sekiranya begitulah yang berada di benak Arumi.
“Itu hanya bunga tidur. Dah jangan terlalu dipikirkan,” ucap Arumi lagi karena menangkap raut wajah Rayhan yang seolah masih terbebani akan mimpi itu. Arumi masih ingat kalau tadi saat bercerita Rayhan sempat meneteskan air matanya meskipun berujung dengan Rayhan yang pura-pura kuat dan berusaha menahan tangisnya sekuat mungkin. Arumi seolah tau kalau Rayhan bisa saja menangis sejadi-jadinya kalau saja tidak malu dengan dirinya dan pada siswa lain yang kadang berlalu lalang. Mereka masih di perpustakaan.
Lalu Rayhan tersenyum saat Arumi mengembangkan senyum kepadanya. Entah mengapa senyuman Arumi selalu berhasil melempar Rayhan seolah kembali ke ingatannya saat Rayhan masih di dunianya yang sedang memandangi Anggun tersenyum karena mendengar cerita konyol dari Rayhan. Mungkin karena wajah Arumi dan Anggun yang sangat mirip bagai buah pinang dibelah dua atau karena ini merupakan efek dari rasa rindu yang mulai membelenggunya.
Arumi sadar akan tatapan Rayhan yang tak biasanya. Ia langsung secepat kilat menyadari akan satu hal. Sebuah nama dari seseorang yang pernah Rayhan ceritakan akan kemiripan wajah yang sama seperti dirinya.
“Ray … Apakah kau sedang mengingat A-Anggun. Yang katamu sangat mirip dengan ku,” kata Arumi yang langsung membuat Rayhan kembali tersadar. Kini Rayhan bingung harus mengatakan apa hingga Rayhan tertolong dengan suara bel yang menjadi pertanda kalau jam istirahat telah usai. Mereka harus kembali ke kelas masing-masing.
“U-Udah bel. Balik yuk,” pintanya yang langsung dituruti oleh Arumi walaupun Arumi sempat kecewa karena perkataannya yang barusan diabaikan oleh Rayhan. Tetapi karena Arumi mengingat kalau ia ada ulangan harian Ekonomi di jam akhir ia langsung setuju untuk kembali ke kelas.
***
Kali ini Rayhan pulang seorang diri tanpa dijemput oleh ayahnya karena kebetulan saat ini beliau sedang mengisi sebuah seminar di kampus tempat beliau mengajar sedangkan Denis masih sibuk dengan berbagai rangkaian seleksi agar masuk club bola basket nasional, kemungkinan Denis akan pulang sore sekali karena sebelum pulang Rayhan sempat berpapasan dengan Denis. Denis mengatakan kalau ia akan pulang telat dan menyuruh Rayhan untuk pulang sendiri menggunakan ojek online bahkan Denis sempat mengajari Rayhan untuk memesan ojol hingga Rayhan mendapatkan ojol yang akan ia tumpangi.
“Tunggu aja di depan gerbang. Nanti juga dateng abangnya,” ingatan Rayhan kembali mengingat sesaat setelah notif terlihat dalam layar ponselnya yang memperlihatkan peta perjalanan disana juga terdapat gambar replika sepeda motor yang sedang berjalan menuju titik jemput yang tepat berada di depan gerbang sekolahnya.
Setelah merasa sudah beres. Denis pergi meninggalkan Rayhan untuk kembali gabung dengan teman-temannya yang tengah berada di lapangan bola basket.