“Disini bukan tempat mu.”
Rangga kembali teringat akan perkataan Paman Arjuna lima belas menit yang lalu. Saat ini Ia masih terdiam dalam posisinya yang berada di area bermain yang ada di taman. Ia tak menghiraukan langit yang sudah menjadi gelap. Suara serangga malam pun turut terdengar tetapi Rangga sibuk dalam lamunannya. Kembali mengingat percakapan ia dan Paman Arjuna beberapa waktu yang lalu.
“Seharusnya kau kembali. Tak seharusnya kamu berada disini.”
“Memangnya kenapa paman? Rangga disini juga punya misi penting. Rangga kesini tak sedang iseng berkelana hingga nyasar sampai ke negeri ini.”
“Paman tau. Tapi paman tetap melarangmu untuk berada disini. Ini demi kebaikan mu sendiri. Kau sudah tau kan akan keberadaan keponakan ku disini. Kau pasti paham alasan kenapa paman ingin kamu meninggalkan negeri ini.”
Sejenak Arjuna mengajak kembali Rangga untuk mengingat masa lalu yang tidak menyenangkan yang saat itu Rangga nyaris saja mencelakai Pangeran Elang kalau saja Penasehat Jong tidak datang menggagalkan kala itu. Kala itu Rangga seperti kerasukan monster yang sangat sulit untuk dikendalikan yang memiliki ilmu hitam tingkat tinggi. Kejadian itu sudah sangat lama berlalu.
“Rangga tau. Rangga paham. Tapi Paman tenang saja. Justru Rangga disini bukan untuk mencelakai Elang. Rangga disini untuk menggagalkan rencana Ayah Rangga yang ingin mencelakai Elang lewat wanita berjubah merah. Paman tahu. Wanita berjubah merah itu dulunya pelayan Ratu Malataka. Wanita itu sangat berbahaya Paman.”
Rangga berkata seolah untuk meyakinkan kembali Paman Arjuna agar mau percaya kepadanya. Tetapi tanggapan Arjuna tak bisa diubah. Ia mempunyai firasat yang sangat kuat yang tak pernah sekali pun meleset.
“Paman tau kamu anak yang baik. Tapi Paman tetap memintamu untuk kembali. Apa kau pernah berpikir kalau bisa saja ayahmu menginginkan kamu disini dan mengulang kejadian yang sama dengan rencana yang jauh lebih matang.”
Rangga terdiam saat itu juga. Sebelumnya tak Rangga pikirkan sampai kesana. Bisa saja kedatangannya ke negri ini merupakan salah satu dari bagian rencana yang disusun oleh ayahnya. Bila di pikir-pikir bisa jadi yang dikatakan oleh Paman Arjuna ada benarnya juga. Pikiran Rangga seolah berdebat tetapi tak lama Rangga kembali berpositif thinking seolah mengabaikan ketakutan dari Paman Arjuna yang mungkin saja bisa terjadi.
“Tidak mungkin Paman. Sudahlah paman. Kali ini justru Rangga yang akan jadi penyelamat Elang. Paman tenang saja. Hal yang buruk tak akan terulang untuk kedua kalinya,” rangga berusaha pede saat berkata padahal sebetulnya perasaannya saja masih tak karuan tak menentu. Kepikiran juga sama pendapat Paman Arjuna.
“Seyakin itu?”
“Iya. Yakin. Rangga yang akan menjaga Elang. Paman tenang saja.”
“Apa benar ya. Kalau benar berarti Aku harus lebih berhati-hati. Jangan sampai teledor lagi. Ayah gak boleh ambil kendali atas diriku lagi seperti dulu,” rangga menegaskan kepada dirinya sendiri.
***
“Ini untuk mu,” ucap Rayhan kepada Denis sambil menyodorkan sebuah susu kotak, saat ini Denis tengah melihat rekan timnya tengah latihan untuk penyaringan babak selanjutnya untuk resmi menjadi bagian klub nasional.
Rayhan sudah tau kalau Denis tidak lolos kabar itu pun ia dengar dari Arumi tadi di ruang perpustakaan. Setelah mendengarkan kabar dari Arumi Rayhan langsung mencari keberadaan Denis dan ia menemukan Denis tengah duduk sendirian di tepi lapangan.
"Sudah jangan sedih melulu. Masih banyak yang bisa kau lakukan," sambung Rayhan lagi setelah duduk disamping Denis.
Denis masih terdiam tetapi ia tak bisa menahan keingintahuannya tepatnya ia masih penasaran dengan keluarga baru ibunya. Ini sudah sepekan berlalu saat Raja Denian berkunjung ke rumah mereka membawa serta Pangeran Patra. Pikiran itu selalu mengganggunya hingga ia gagal konsentrasi saat babak penyisihan sehingga melakukan kesalahan-kesalahan yang membuat ia tereliminasi.