Saat itu Raja Denian sempat berbicara banyak dengan kawan lamanya, Rayen yang kini telah berganti nama menjadi Riyan. Ayah kandung dari Elang. Dulunya Rayen merupakan bagian dari Pelindung Negri Fanah yang sangat berpengaruh serta dapat diandalkan dan sangat akrab dengan Raja Denian bahkan sebelum sang raja mendapat gelar raja. Tetapi karena satu hal Rayen memilih pensiun dan lebih memilih untuk mengasingkan diri ke sebuah negeri yang ia kehendaki untuk menetap hingga nafas terakhir.
Saat itu pembicaraan mereka membahas tentang keadaan Negeri Fanah karena rupanya selama ini Rayen sangat merindukan negeri kebanggaannya itu. Sempat ia berpikir untuk kembali tetapi dengan cepat pula ia mengingat permintaan terakhir istrinya yang memintanya agar tetap di negeri ini bersama anak mereka, Denis. Kala itu Rayen hanya menuruti apa yang diminta oleh istrinya itu tanpa tau kalau permintaan itu ialah permintaan terakhir sekalipun terakhir kali Rayen melihat istri tercinta.
Tak berhenti disitu. Raja Denian juga menyampaikan apa yang ia telah tau dari Elang mengenai istri mereka, ralat istri Rayen. Sebetulnya Ratu Larisa hanya menyandang sebagai istri dari Raja Denian sebatas formalitas saja dan Raja Denian selalu dianggap sebagai kakak oleh Ratu Larisa.
Kala itu keadaannya sangatlah membingungkan. Ratu Larisa berperan sebagai penyeimbang kestabilan negeri Fanah karena Permata yang beliau miliki ialah pertanda betapa berartinya kehadirannya untuk kestabilan Negeri. Ratu Larisa yang kala itu baru saja melahirkan anak kembar harus meninggalkan salah satu dari mereka karena salah satu diantaranya mewarisi aura kekuatan besar sang ibu yang mana anak itu hanya akan aman jika tetap berada di negeri paralel, jauh dari jangkauan Raja Kegelapan yang diyakini masih terperangkap di kastil hitam.
Akan sangat berbahaya jika Raja Kegelapan mengincar keduanya apalagi mengambil darah anak itu untuk bisa meloloskan diri dari kekangan mantra terkutuk yang selama ini menguncinya.
Kembali ke pembicaraan Raja Denian dan Rayen yang sangat serius berbicara membahas wanita yang sama-sama mereka cintai. Meninggalkan Denis dan Rayhan yang mengambil alih bermain bersama Patra di ruang tengah. Mereka memainkan permainan petak umpet dengan Rayhan yang mendapat giliran untuk mencari kedua saudaranya yang bersembunyi. Sedangkan Peri Lalu yang diberi tugas oleh Rayhan untuk mencuri dengar pembicaraan kedua ayahnya tengah bersembunyi di tempat yang menurut Peri Lalu aman sebagai persembunyian yang aman, di balik hordeng yang berada di ruangan kerja Rayen.
***
"Risa yang menyuruh Rayhan untuk menyerah. Apa itu berarti. Istriku telah tiada?" Ucap Rayen setelah Raja Denian menceritakan kembali apa yang telah ia dengar dari Elang.
"Tidak demikian. Tapi bisa jadi demikian. Kita harus pasrah menerima kenyataan ini. Saya tau ini sangat berat untuk mu selaku seseorang yang sangat dicintai Risa. Saya tau betapa besar cinta kalian. Maka dari itu. Saya meminta maaf atas semua yang telah terjadi walaupun sudah sangat terlambat …. " Entah sejak kapan pembicaraan mereka menjadi mengharu biru. Samar-samar masih bisa terdengar suara tawa Pangeran Patra dari balik pintu yang tertutup rapat sedikit mengaburkan perhatian Raja Denian tetapi juga menyadarkan ya mulia akan satu kesalahan yang tanpa sadar telah ia lakukan sehingga membawa ia ke dalam jurang penyesalan.
"Kalau saja saya tidak membawa Larisa dan Elang pergi dari mu. Pasti kalian akan memiliki banyak waktu sebagai keluarga kecil bahagia selayaknya kehidupan keluarga di dunia ini pada umumnya. Saya. Saya sangat menyesali tindakan saya waktu itu. Maaf. Maafkan saya Rayen. Maafkan temanmu ini."