Peri Lalu terbang mendekati Rayhan yang tengah berbaring di ruang UKS. Wajahnya tampak pucat bahkan ada keringat di dahinya. Tadi lima belas menit yang lalu Peri Lalu menemukan Rayhan pingsan di salah satu lorong kelas dekat dengan ruangan laboratorium. Peri Lalu belum tau pasti apa yang baru saja terjadi pada tuannya itu hingga berakhir seperti ini. Untungnya tak lama kemudian ada dua orang murid yang melewati lorong itu sehingga Rayhan dengan segera di bawa ke ruang UKS.
“Pangeran,” gumam Peri Lalu setelah lama menunggu Rayhan yang hanya terdiam dalam pingsannya. Peri Lalu sempat menangkap gerakan kecil pada jari tangan Rayhan sehingga Peri Lalu beranggapan kalau Rayhan akan segera siuman.
“Hemm,” gumam Rayhan yang membuat Peri Lalu bernafas lega adalah kelopak mata Rayhan yang mulai bergerak membuka matanya secara perlahan. Rayhan tampak masih lemah sekali sehingga Peri Lalu melarang Rayhan yang hendak bangkit dari tidurnya.
“Aku disini lagi?” rayhan menyentuh pelipisnya karena merasa sedikit pusing, “Ada apa dengan ku?” gumamnya lagi dengan suara kecil yang bisa di dengar oleh mereka berdua saja.
Tak lama Petugas UKS pun datang menghampiri Rayhan setelah menoleh dari tempatnya yang tak cukup jauh dari tempat berbaring Rayhan.
“Nak Rayhan. Sudah siuman. Coba sini saya periksa,” petugas UKS pun mengecek kondisi Rayhan dari suhu tubuh hingga mata dan cara bernafas Rayhan yang sedikit agak berat, “Baiklah. Panasnya sudah menurun. Pupil matanya juga mulai normal.
“Ada apa dengan saya pak?”
Petugas itu pun menyentuh kedua bahu Rayhan dan berbicara, “Rayhan hanya kelelahan. Untuk saat ini kondisi Rayhan mulai membaik tetapi saya sarankan untuk Rayhan beristirahat disini dulu sampai jam pulang berbunyi.”
“Tapi. Saya ada ulangan harian Pak. Ada kuis juga di jam akhir,” rayhan memelas seolah tetap meminta ijin untuk diperbolehkan kembali ke ruang kelasnya. “Saya sudah baik kok. Sudah sehat,” tambah Rayhan agar diberikan ijin.
Petugas itu tampak menimbang keputusannya sebelum kembali berujar, “Kesehatan Rayhan lebih penting saat ini tapi jika Rayhan tetap bersikeras mari kita lihat sepuluh menit kemudian. Sampai suhu tubuh rayhan normal. Masih sedikit panas,” petugas itu mengatakan sambil sesekali mengecek suhu badan Rayhan dari dahinya Rayhan.
Rayhan hanya terdiam dengan senyumnya. Tentu saja ia setuju. Ia merasa tanpa menunggu sepuluh menit ia bisa mengembalikan suhu normal tubuhnya dengan kekuatannya. Petugas itu pun kembali ke tempatnya lagi usai mengatakan permintaannya.
***
“Pangeran. Kau baik-baik sajakan?’
“Kenapa tadi Pangeran bisa pingsan di lorong itu?”
“Bukannya tadi terakhir kali Pangeran menghilang Pangeran berada di area lapangan?”
Rayhan yang saat itu sedang mengerjakan soal ulangan harian pun hanya menanggapi pertanyaan Peri Lalu lewat kekuatan pikirannya. Ia juga memijat pelan pelipisnya karena merasa pusing mendengarkan ocehan Peri Lalu.
“Lalu. Tolong jangan bertanya sekarang. Biarkan aku fokus dengan ulangan ku dulu. Nanti saat di rumah akan aku jelaskan.”
“Pangeran aku begini yang karena aku khawatir. Tapi Pangeran menghilang kemana? Kenapa tidak mengajakku? Apa ada yang aneh? Cerita kepada ku Pangeran?”