“Menjelang tahun terakhir menetap di negeri paralel akan semakin sering cobaan yang akan datang. Akan sangat sulit untuk bisa kembali dengan selamat tanpa ujian di tahun terakhir merupakan hal yang sangat mustahil bagi penjelajah yang sebenarnya juga sudah menentang takdir secara tidak langsung.”
Sepenggal kalimat itu lah yang akhir-akhir ini sering bergema di kepala Rayhan. Apa lagi akhir-akhir ini ia juga merasakan yang demikian. Efek samping dari menjelajah waktu juga mulai sering ia rasakan, rasanya semakin sulit saja cobaan yang datang silih berganti. Ia juga sempat merasa kenelangsaan yang turut membawanya kepada pemikiran apakah selama ini Ibundanya juga merasakan yang demikian. Mengingat fakta kalau ibunya ialah penjelajah waktu.
“Apa nantinya aku akan terjebak di ruang waktu seperti ibunda,” sekiranya begitulah yang sampai sekarang Rayhan yakini. Kalau ibundanya selama ini terjebak di ruang waktu dan tersesat untuk menemukan jalan pulang. Terperangkap.
Rayhan seakan masih ragu dengan penglihatannya beberapa waktu silam melalui mimpi yang entah itu sebagai isyarat kalau ibundanya masih hidup atau bahkan fakta yang berbeda kalau ibundanya telah tiada. Selalu sering gelisa dan ragu-ragu akan fakta baru yang ia dapatkan hingga Rayhan berpikir apakah keragu-raguan itu muncul karena efek Portal Kasat Mata.
***
Saat ini Rayhan tengah terperangkap akan kungkuhan Penyihir Merah yang kini tengah menahannya di dalam sebuah ruang waktu. Ternyata akhir-akhir ini Penyihir Merah memang sering mengikutinya dari sering mengikutinya dengan menyamar sebagai murid biasa di sekolah yang semula Rayhan juga tidak menyadari akan keberadaan penyihir itu hingga penyihir itu mulai menyeret dirinya sesuka hati ke dalam lubang dimensi yang hanya terdapat mereka berdua saja di dalamnya.
Penyihir merah hanya melakukan penyerangan selama berada di ruang waktu itu karena hanya di ruang waktu saja ia bisa bebas melakukan apa pun tanpa diawasi Rangga yang setiap saat mengawasinya.
Ruang dimensi yang di miliki Penyihir merah cenderung berbeda dari ruang waktu biasanya. Terkadang ruang waktu itu tidak terikat oleh waktu sehingga siapa pun tidak bisa mengira kalau Penyihir merah sempat menghilang selama beberapa waktu dari intaian mereka tetapi juga bisa dimakan waktu sehingga si pengintai bisa menyadari atas menghilangnya Penyihir Merah.
Ruang dimensi itu cenderung berwarna putih tapi kali ini mereka muncul di sebuah ladang rumput yang luas dengan angin yang sesekali menerpa dengan lembut. Suasananya sangat tenang hanya ada mereka berdua di sana.
“Apa kau sekarang percaya dengan ku sofia?” ucap Rayhan sesaat setelah mereka baru sampai ke ladang melalui Portal kasat mata yang dibuka dengan mudah oleh Sofia. Ada penegasan saat Rayhan menyebutkan nama asli penyihir yang kini berada di hadapannya hingga membuat Sofia terkejut tetapi hanya sebentar saja Sofia tidak terlalu mengambil pusing nama aslinya itu yang kini baru Rayhan saja yang mengetahuinya.
Karena sejujurnya Sofia sempat melupakan nama aslinya karena ia lebih sering memakai nama Ordos sebagai nama samarannya sekaligus pengingat kalau ia merupakan seorang penyihir terakhir yang masih tersisa.
“Apa kau yakin ingin menerima tawaran ku?” Sofia terkekeh seakan mengejek. “
“Kau masih bisa merubah keputusanmu Pangeran. Aku tidak akan memaksamu. Aku tinggal mengambil darah mu lalu memberikannya kepada tuanku. Ralat kepada ayahku,” saat mengatakan kalimatnya Sofia berbicara dengan santai tetapi dalam lubuk hatinya tak berhenti berdebar.