Rayhan baru saja membuka kedua matanya. Ia terbaring di bangkar rumah sakit. Ada Denis yang sedari tadi menunggunya. Denis tertidur di dekat Rayhan. Rayhan tersenyum ia pun mengelus rambut adiknya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Denis dari tidurnya.
"Maaf setelah ini kau akan mengalami kesulitan," gumamnya seketika ia menyadari dan mulai merasakan sekujur tubuhnya lemas bagai diremuk dan dihantam benda keras. Samar-samar ingatanya kembali pada detik-detik Sofia membuka kembali portal kasat mata tepat di tengah jalan raya dan pada detik ke lima ada mobil box yang menyambar tubuhnya hingga Rayhan terpental ke tepi trotoar.
“Wanita itu benar-benar,” ingin rasanya Rayhan protes dengan tindakan Sofia yang menyeretnya keluar dari ruang waktu begitu saja setelah Sofia menyetujui permintaan yang diinginkan oleh Rayhan.
Meski begitu entah kenapa Rayhan tidak marah dengan tindakan Sofia terhadapnya justru seakan pasrah karena kini Rayhan sibuk memikirkan hal apa yang akan ia lakukan selanjutnya ia kembali memikirkan apakah keputusan yang ia ambil itu sudah benar.
Hingga Rayhan tidak sadar akan Portal kasat mata yang kembali terbuka tepat di dekat jendela yang menghadap keluar lalu waktu pun seakan berhenti terlihat dari balik kaca jendela rumah sakit ada sosok burung kecil yang seolah tergantung tak bergerak dari posisinya yang mengudara dan daun yang ingin turun ke tanah seakan kehilangan tekanannya sehingga tetap tergantung di udara seperti burung kecil itu.
Sofia keluar dari portal itu dengan santai seraya menyapa Rayhan dengan santai tanpa merasa bersalah sedikit pun, “Bagaimana keadaanmu? Kendaraan itu hanya mencium kulitmu sajakan.”
Rayhan tak bisa menahan dirinya lagi. Entah mengapa kini ia merasa punya hubungan yang akrab dengan Sofia setelah kesepakatan intensnya beberapa waktu lalu. Rayhan merasa dirinya berhak protes bahkan mengadu kepada Sofia atas apa yang Sofia lakukan kepadanya.
“Jika cuma dicium saja tulang-tulang ku tak akan terasa remuk seperti ini.” Rayhan merutuki kondisinya yang kini di balut akan perban yang membalut tubuhnya. Hanya tangan kirinya saja yang bisa ia gerakan sedangkan yang lainnya seolah mati rasa.
“Kau sungguh tega Sofia. Apa begini caramu memperlakukan ku? Jika hidup bersama pasti aku akan tiada lebih cepat dari waktu yang ku punya.” entah kenapa kalimat itu yang malah keluar dari mulut Rayhan tetapi Rayhan segera tersadar akan perkatanya, “Ralat bu-bukan itu maksudku,” imbuhnya seakan mengoreksi.
Sejujurnya Sofia hanya mendengarkan ocehan Rayhan dengan santainya tanpa merasa tersinggung. Ia terlihat lebih bebas tanpa raut takut diawasi. Mungkin karena Sofia mengaktifkan mode penghentian waktu total jadi ia tidak merasa takut kalau setiap gerak geriknya akan diketahui oleh ayah sambungnya. Begitupun oleh Rangga yang Sofia lihat sedang menyamar sebagai pengunjung pasien yang berjarak dua bangkar dari Rayhan. Rayhan tidak menyadari itu.
“Kau masih bisa berubah pikiran kalau kau mau,” ucap Sofia singkat setelah duduk di salah satu sisi bangkar dengan senyum yang ia tujukan kepada Rayhan. Kali ini senyumannya cukup dingin hingga membuat Rayhan tersadar lagi untuk tidak melanjutkan candaannya.
“Baiklah. Anggap saja yang tadi itu bercanda.” Rayhan pun kembali mengontrol nafasnya dan berusaha untuk biasa-biasa saja menuju mode serius, “Lalu sekarang apa lagi? Kenapa kau mengembalikan Aku. Bukannya kau ingin membawaku pergi?”
“Apa kau tidak mau berpamitan dulu.”
“Setidaknya kepada adikmu ini. Kalian belum lama menghabiskan waktu bersama rasanya akan sangat tidak baik untuk melenyapkan kebersamaan kalian itu tanpa ada salam perpisahaan.” Sofia kembali menatap Rayhan dengan tatapan yang tak bisa diartikan setelah memalingkan perhatiannya kepada Denis yang masih tertidur pulas serta Peri Lalu yang juga sedang tertidur pulas yang turut terkena dampak dari penghentian waktu olehnya.
“Lagi pula aku memerlukan sekiranya tiga puluh menit untuk menyiapkan diri sebelum menciptakan ilusi permanen itu dengan sangat teliti. Permintaanmu sangat banyak. Tapi sekiranya itu harga yang sebanding yang harus ku bayar.”
Rayhan yang semula hanya terdiam menyimak seketika menjadi tersipu tetapi juga ada perasaan lain seperti sesak dan sedikit penyesalan setelah tersadar akan takdir yang nantinya akan Rayhan coba ubah melalui kekuatan spesial Sofia.
“Baiklah. Terima kasih karena sudah memberikan kesempatan ini. Aku sangat menghargainya.”
“Ingat waktumu tidak banyak,” bersamaan dari kalimat itu Sofia pun menghilang dan waktu pun kembali normal seperti sedia kala.
***
Peri Lalu baru saja menyadari akan Pangerannya yang telah siuman setelah melakukan peregangan setelah bangun tidur karena ia juga ikut tertidur di sisi bangkar tak jauh dari Denis menumpukan sebagian darinya.