Denis terkejut dengan hebat. Ia akhirnya bisa terbangun dari tidurnya dengan keringat yang tidak henti turun yang Denis singkirkan dengan telapak tangannya. Perasaannya tidak karuan ia masih mencerna situasi dari alam mimpi. Karena terlalu lelah tanpa sadar Denis ketiduran beberapa menit. Di tidur yang singkat itu Denis tak menyangka akan memimpikan Rayhan.
“Bang Ray. Yang tadi itu mimpi? Tapi kok seperti kenyataan,” denis terheran. Ia masih bisa merasakan sensasi tak nyaman. Tegang, sedih yang di dalam mimpi ia rasakan. Ia memegang dadanya sendiri yang terasa sedikit sesak. Berusaha mengontrol emosinya lagi untuk menjadi tenang.
Denispun tersadar akan satu hal. Ia kembali teringat kalau di dalam mimpi Rayhan tengah menulis surat untuknya. “Mungkinkah surat itu …. “
Denis langsung bangkit dan menghampiri meja belajar yang berada dekat jendela kamar. Ia seakan sedang mencari suatu benda, “Seharusnya ada disinikan. Tapi di … Ini dia.” Akhirnya Denis menemukan surat dari Rayhan terselip diantara buku-buku perkuliahannya.
Denis pun perlahan membuka surat itu yang isinya tidak jauh berbeda dari apa yang telah ia dengarkan di dalam mimpi beberapa menit yang lalu. Kali ini Denis bisa melihat apa yang Rayhan tulis secara langsung. Memang tulisan tangan Rayhan bukan tiruan juga di akhir surat juga terdapat tanda tangan milik Rayhan ada emoji bahagia disana sengaja Rayhan tinggalkan untuk mengabarkan ke Denis kalau dia baik-baik saja. Setelahnya Denis pun terdiam. Seketika ia terduduk di lantai mendadak seluruh tubuhnya sangatlah lemas.
Untuk sekian kalinya ia merasakan patah hati akibat abangnya yang terkadang suka mengambil keputusan sendiri. Kali ini ia tidak bisa melarang atau mencegah abangnya seperti dulu lagi karena sudah terlanjur dan Denis pun tidak bisa mengubah apa-apa lagi bahkan untuk bisa bertemu dengan Rayhan saja rasanya sangat mustahil. Tidak tahu apakah suatu hari nanti dirinya masih bisa berjumpa dengan Rayhan atau tidak. Denis hanya ingin meyakini satu hal yang Rayhan ucapkan kalau dirinya akan baik-baik saja.
“Sofia. Sofia. Kenapa kau memilih abangku untuk menemani mu sih. Seperti tidak ada pria lain saja,” seperti keluhan tetapi lebih mengarah sebagai protes bahkan Denis sendiri tidak tau kalau Sofia yang ia keluhkan akan tahu soal keluhannya atau tidak.
Sejenak Denis terdiam seakan sedang memikirkan sesuatu. Ingin rasanya ia beri tahu soal ini kepada kedua orang tuanya tetapi dengan cepat Denis tersadar. Kalaupun ia melakukan itu sungguh akan menjadi masalah baru. Denis harus menjelaskan apa yang ia tahu kepada kedua orang tuanya belum lagi kalau orang tuanya bertanya karena bingung dengan apa yang Denis jelaskan. Seperti beberapa waktu lalu saat Denis menguji ingatan kedua orang tuanya yang sepenuhnya tidak pernah mengingat apa-apa soal Rayhan.
Saat itu Denis yang pusing sendiri. Sangat pusing bahkan saat Denis bertanya kepada Arumi yang jelas-jelas sebelumnya mempunya hubungan yang cukup dekat dengan Rayhan tetapi jawaban dari Arumi sama dengan jawaban kedua orang tuanya.
Denis tidak mau mengulang kebingungan yang sama untuk kedua kalinya jadinya Denis lebih memilih untuk menuruti apa yang diinginkan oleh Rayhan.
“Baiklah. Kalau ini memang maumu Bang akan Denis ikuti. Tapi kalau sampai kita ketemu lagi. Bang Ray harus siap menerima pukulan dari Denis.” denis pun tersenyum sendiri lalu memandangi cuaca cerah dari balik jendela kamarnya.
***
Seiring berjalannya waktu Denis hanyalah perlu mengikuti alur yang saat ini ia hadapi. Denis berusaha sebaik mungkin untuk lulus kuliah walaupun ia sangatlah frustasi dalam mengerjakan skripsinya.
Sedangkan kehidupan di negri fanah juga tak jauh berbeda. Penduduk Negri Fanah melupakan sosok Pangeran Elang disana tidak ada yang mengingat sosoknya potret Pangeran Elang menghilang dari hiasan ornamen bahkan lukisan yang ada di Kerajaan Dendilian tidak terdapat lagi sosok Pangeran Elang.
Putri Andin selaku si sulung menjadi Putri Mahkota yang sebentar lagi akan menikah dengan Pangeran dari Negri tetangga yang berawal karena perjodohan. Soal Larisa. Tidak ada yang mengingat kalau Larisa pernah menjadi Ratu di Kerajaan Dendilian karena sejarah mencatat kalau Ratu Larisa tidak pernah kembali ke Negri Farah setelah dirinya memilih untuk berkelana dan tidak pernah menikah dengan sang Raja.
Hanya saja isu tentang kedekatan Raja Denian yang memiliki seorang sahabat perempuan dan Raja Denian juga masih mencintai sahabatnya itu sampai sekarang masih jadi perbincangan karena sosok mereka yang dikenal sangat serasi. Banyak yang menyayangkan kenapa keduanya tidak bersama sebagai sepasang kekasih.
Sebelum melakukan perjalanan panjang Larisa menitipkan Permata negri yang ia miliki kepada Raja Denian karena suatu bisikan yang menyarankannya untuk menyerahkan Permata itu kepada pemimpin negri. Walau sempat merasa heran Larisa pun pada akhirnya menuruti bisikan misterius itu.
Sedangkan Rangga masih tetap tinggal dengan keluarga Arnas di ibu kota, hidup dengan rukun dan hangat selayaknya keluarga yang sesungguhnya tetapi fakta kalau Rangga ialah anak angkat juga masih ada yang membedakan Rangga di angkat menjadi anak oleh Paman Arnas karena Paman Arnas tidak tega melihat Rangga yang hidupnya lunta-lunta hidup sebatang kara di Kerajaan Liona Shah. Rangga juga seakan amesia yang tidak kenal siapa-siapa selain dirinya sendiri saat itu. Rangga tidak tau siapa orang tuanya atau dari mana ia berasal secara otomatis peristiwa percobaan pembunuhan yang pernah dilakukan oleh Rangga seolah tak pernah terjadi. Rangga tidak pernah mengenal sosok Elang di dalam hidupnya.
Tetapi kadang kilasan balik kebersamaan mereka di masa lampau sempat sesekali muncul dan Rangga hanya bisa bingung sendiri kalau kilasan penglihatannya itu muncul. Membuat Rangga penasaran tapi tidak sampai Rangga telusuri lebih jauh lagi karena ia terlalu fokus menjalani peran sebagai putra sulung keluarga Arnas yang terkenal karena membuat pusaka yang sangat bagus.
Penduduk Negri Fanah juga melupakan sosok Raja Kegelapan melainkan mereka hanya mengenal mitos kalau beberapa tahun yang lalu ada seorang pemuda yang kerasukan makhluk menakutkan yang berasal dari meteor merah yang jatuh dari langit.