Tolong jangan cari mama !!!!!
Mama baik-baik saja.
Berhentilah mencari mama.
Itu hanya akan menyita waktu berhargamu nak.
Anakku sayang.
Temuilah adikmu.
Kenali dan jaga ia sebisamu.
Sama sepertimu.
Adikmu,
Denis juga merindukan mama.
Kau sudah tau sedikit tentang mama kan?.
Mama percaya pada mu nak…
Kamu berbeda.
Kau pasti paham maksud mama.
Adikmu, Denis.
Ada di negri yang berbeda dengan mu.
Negri yang sangat jauh tapi tidak terlalu jauh.
Kau juga akan tau sedikit tentang negri itu.
Hari-hari mu mungkin akan jauh berbeda di negri itu.
Berhati-hatilah ya nak….
Tolong perbaiki apa yang tak bisa mama akhiri ya nak..
Mama yakin akan keistimewaan mu.
Maka dari itu mama memilih mu.
Dengar baik-baik ya nak.!!!!
Ini permintaan mama.
Tiga permata negri fanah.
Memang tidak bersama lagi.
Terulang lagi.
Pecah menjadi api, dingin dan kehangatan.
Di kemudian hari bisa menghancurkan.
Tapi di kemudian hari berikutnya bisa membanggakan.
Mama yakin,
Kau bisa menyatukan permata negri fanah.
Maafkan mama.
Jaga dirimu baik-baik ya nak.
Jangan lupa makan.
Jangan sakit.
Mama sayang kalian.
Elang, Denis
***
“Haaa…..”
Pangeran Elang terbangun dari tidurnya.
Nampak jelas Pangeran Elang bingung tak menentu tentang apa yang barusan terjadi padanya.
Seperti terbawa ke alam mimpi. Tapi hanya suara yang terdengar, suara yang tak asing di telinganya. Suara itu begitu lembut meneduhkan. Suara yang sangat ia rindukan.
Begitu rindu Pangeran Elang ingin mendengar suara itu. Tanpa ada komando butiran air menetes dari kelopak matanya yang masih tegang menatap cermin terbang yang berada jauh di hadapan nya. Ada sedikit kelegaan di rongga hatinya.. Karna sedikit rindu yang terobati walau tak saling temu.
“Suara itu! Suara ibu ku.”
“Syukurlah kau sudah sadar Pangeran”
Peri Lalu pun hinggap di depan Pangeran Elang yang masih sedikit syok.
“Suara itu. Suara ibu. Apa tadi ada ibu ku di sini? Suara itu. Aku tak salah mendengar suara itu.”
Pangeran Elang bertanya ke peri Lalu guna meyakinkan apa yang barusan ia dengar.
“Suara apa? Di ruangan ini hanya ada kau dan aku pangeran.”
Peri Lalu heran.
“Hanya ada kita. Tapi aku jelas-jelas mendengarnya, suara ibu ku. Kenapa bisa begitu. Aggghhhh Kepala ku. Aku merasa pusing.”
Pangeran Elang pun nyaris pingsan lagi. Kepala nya hendak terjun ke lantai. Namun untung saja dengan sigap Peri Lalu terbang menahan kepala Pangeran Elang yang sepoyongan pusing.
Peri Lalu pun membaringkan Pangeran Elang pada sebuah bantal putih yang tebal namun empuk.
Peri Lalu terbang berdiri ke sudut meja dekat dengan Pangeran Elang.
“Pangeran nampaknya kau belum pulih. Sebaiknya kau berbaring dulu ya. Jangan fikirkan apa-apa dulu. Aku akan menjaga mu lagi”
Lalu Peri Lalu duduk di sudut meja.
“Belum pulih!. Berapa lama aku tak sadarkan diri?.”