The World Of The Twins

Anisah Ani06
Chapter #7

Chapter #7 - Roti Yang Lezat

Masih di Ruang baca. Perpustakaan Alam Semesta di lantai seribu lima ratus enam puluh tujuh.

Pangeran Elang dan Peri Lalula masih saja sibuk membicarakan teka teki dari mimpi buruknya Pangeran Elang.

Sedang dari kejauhan di salah satu rak buku di lorong yang paling jauh dari ruangan Pangeran Elang dan Peri Lalula berdiskusi, Peri Lalu masih saja mengawasi Pangeran Elang dan kakanya itu sambil tak jarang mengeluhkan lamanya waktu yang di butuhkan oleh Pangeran Elang dan Peri Lalula untuk berdiskusi tanpa mengajaknya berdiskusi juga.

“Harus berapa lama lagi kira-kira? Huuuuu lamanya.”

Keluh Peri Lalu untuk yang ke sekian kalinnya. Entah jika di hitung sudah berapa kali Peri Lalu mengeluhkan lamannya waktu diskusi yang di butuhkan oleh Pangeran Elang dan Peri Ketua.

Hingga Peri Lisa memutuskan untuk ikut duduk di samping Peri Lalu yang memang sudah terlihat sangat bosan duduk sendiri dan mengeluh sendiri tanpa teman bicara terlihat jelas dari raut wajahnya yang sudah sangat kusut seperti kain yang telah lusu karna tak di setrika dengan rapih.

Karna sedari tadi Peri Lisa hanya sibuk dengan deretan buku-buku di rak yang mereka singgahi serta sibuk meledek akan keluhan dari Peri Lalu. 

Peri Lisa pun pada akhirnya menghibur Peri Lalu yang sudah sangat-sangat merasa bosan dan kelelahan menunggu.

“Haiii Lalu… Apa kau tak lelah sedari tadi terussss saja mengeluh. Aku yang mendengarkan keluhan mu saja merasa terganggu dengan keluh kesal mu…”

“Yaaa… Bagai mana lagi Lisa… Kau tahu Aku sangat bosan.”

“Bilang saja kau ingin bersama Pangeran Elang kan…”

Peri Lisa pun meledek Peri Lalu yang sudah terlihat malas sekali hingga bersandar di antara tumpukan buku yang tak jauh dari dirinya.

Dan Peri Lalu pun menjawab ledekan dari Peri Lisa dengan malasnya.

“Haaaa.  Sudahlah aku tak ingin berdebat dengan mu… seterah mu saja lah mau bilang apa.”

Peri Lalu pun mulai memejamkan matanya sambil menghadap langit-langit.

“Yaaa sudahlah… Dengerin aku ya Lalu.”

“Hemmmm. Iya.”

“Kamu tuhh… Jangan ngeluh mulu dong. Bersikaplah lebih dewasa lagi. Kau sudah besar kan?”

“Hai Lisa apa kau lupa kalau peri itu kecil. Kita ini kecil tidak besar.”

Sela Peri Lalu membuat Peri Lisa sedikit malu dan bingung.

“Kau benar juga…. Ehhhh tapi. Okeeee. Akan ku ganti kata-kata ku yang barusan. Setidaknya kau bisa lebih bersikap dewasa jangan malah ke kanak-kanakan.”

Lanjut Peri Lisa dengan tegas tapi santai.

Sedang Peri Lalu hanya mengiyakan saja.

“Coba deh kamu ingat-ingat lagi bagai mana kondisi Pangeran Elang yang menurutmu itu sangat menyedihkan. Mungkin saja karna itu Pangeran Elang dan Peri Ketua membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membahas itu semua.”

Peri Lisa berusaha menghibur Peri Lalu.

“Betul juga.”

Peri Lalu menanggapi.

Namun tak lama Peri Lalu kembali mengeluh lagi.

“Tapi sama saja… Lama sekali. Aku bosan sangat.”

Peri Lisa pun cemberut dan bingung harus menghibur Peri Lalu dengan cara apa lagi.

Peri Lisa pun melihat Peri Ketua dan Pangeran Elang yang saat itu bersamaan dengan Pangeran Elang juga sedang melihat ke arah Peri Lalu dan Peri Lisa yang langsung membuat Peri Lisa kaget dan salah tingkah.

Hingga Peri Lisa memutuskan untuk menggoyang-goyangkan tubuhnya Peri Lalu dan menyuruh Peri Lalu untuk melihat Pangeran Elang.

“Hayyyy Lalu.. Pangeran Elang… Lalu.”

Peri Lalu pun langsung terduduk.

“Kenapa si. Kenapa.. Kenapa lagi Pangeran Elang?”

“Dari tadi Pangeran Elang melihat kita tau Lu.. itu lihat deh.”

Kata Peri Lisa dengan mimik wajah yang sangat serius tapi lucu.

“Masa..”

Peri Lalu tak percaya.

Peri Lalu pun melihat Pangeran Elang guna memastikan.

Tapi pada saat itu Pangeran Elang masih dengan seru berdiskusi dengan Peri Ketua.

“Ahhh… Kamu bohong. Pangeran Elang aja masih asik diskusi sama kaka ku.. Ihhh ganggu saja kamu Sa.”

Peri Lalu pun melanjutkan lagi sandaranya dan melanjutkan waktu santainya di tumpukan buku.

“Ahhhh Masaa.”

Peri Lisa pun memastikan. Dan terkaget karna Peri Lisa melihat kalau Pangeran Elang dan Peri Ketua sedang melangkah menuju tempat mereka. Dan Peri Lisa pun kaget dan kembali menggangu Peri Lalu.

“Hayyy Lalu… Pangeran Elang dan Peri Ketua sedang menuju kesini.  Bangun!!! Bangun!!! Kamu Lalu. Bangun!!!”

“Ahhh. Apa sihhh. Kamu palingan bohong lagi Sa. Sudah ahhh jangan ganggu aku.”

Kali ini Peri Lalu pun membelakangi Peri Lisa.

“Ih kau ini.”

Tak lama Peri Ketua pun memanggil-manggil Lalu. Yang sontak membuat Peri Lalu kaget dan dengan segera terbangun dari rebaannya.

“Eh… Kaka.. Sudah selesai ya ka diskusinya?”

Ujar Peri Lalu sambil kebingungan karna sudah di dapatinya Pangeran Elang dan Peri Ketua Kakanya yang sudah berada di hadapannya.

“Iya sudah.. Kamu sudah selesai berdiskusi. Dan sekarang Pangeran Elang ingin kembali ke Kerajaan Dendilian. Pangeran Elang ingin berpamitan dengan Peri Lisa.”

“Ha… Sama Peri Lisa aja nih.. Dengan ku tidak?”

Sedang Pangeran Elang hanya tersenyum dan Peri Lisa tertawa ria.

“Ya tentu saja tidak Lalu. Kan kau akan ikut bersama dengan Pangeran Elang.”

Peri Ketua menjelaskan.

“Apa…. Kenapa aku… Kesepakatan nyakan aku hanya menemani Pangeran Elang selama Pangeran Elang berada di Perpustakaan saja. Ko ini mendadak Lalu ikut juga dengan Pangeran Elang ikut pulang?”

Peri Lalu berkata panjang kali lebar seolah tak percaya yang sejujurnya Peri Lalu sangat senang.

“Oh.. Jadi kau tak ingin ikut dengan Pangeran Elang. Ya sudah bagai mana kalau kamu saja Peri Lisa yang ikut dengan Pangeran Elang?”

Peri Ketua mengusulkan Peri Lisa. Dan Peri Lisa hanya tersenyum saja. Sedang Pangeran Elang juga hanya tersenyum juga.

“Etttt… Biar Lalu saja ka… lagi pula kan memang akhir-akhir ini Lalu yang menemani Pangeran Elang bukan Peri Lisa.”

Pinta Peri Lalu pada Peri Ketua.

Peri Ketua, Peri Lisa dan Pangeran Elang pun tertawa ringan karna pernyataan Peri Lalu yang padahal tadi sempat perotes.

“Oke deh…. Kalau begitu mari Pangeran kita menuju Lantai Dasar dulu ada sesuatu benda yang ingin ku perlihatkan pada mu.”

Pangeran Elang pun hanya mengiyakan dan menuruti saja.

                                                  ***

Di Lantai Dasar. Pangeran Elang serta Peri Lalu yang hinggap di pundak sebelah kanan Pangeran Elang tengah mengekori Peri Ketua yang sedang membuka sebuah lemari kayu yang karismatik dengan kekuatannya.

Lantas Peri Ketua mengambil gulungan kertas hijau yang tersimpan rapih di sebuah kotak besar yang sangat tua namun kokoh. Dan Peri Ketua pun memberikan gulungan kertas hijau kepada Pangeran Elang yang di terima oleh Pangeran Elang dengan keheranan.

“Gulungan apa ini Peri?”

Tanya Pangeran Elang setelah menerima gulungan itu.

“Sebelum pendiri Perpustakaan Alam Semesta pergi pendiri perpustakaan berpesan untuk memberikan gulungan kertas itu kepada orang yang kelak akan memberikan Permata Biru yang ia miliki kepada kami Pangeran, yaitu orang itu adalah kamu Pangeran.”

“Ohhh. Oke deh terima kasih.. Tapiiii apa isi dari gulungan ini?”

“Aku pun tak tau Pangeran.”

“Ohhh. Kalau begitu akan ku lihat nanti setelah sampai Istana.”

Pangeran Elang pun menyimpan gulungan kertas itu dengan rapih dan aman.

Peri Ketua pun tersenyum.

“Sebelumnya.. Bagai mana cara ku untuk bisa kembali? Aku tidak tau caranya?”

Tanya Pangeran Elang.

“Yaaa.. Dengan cara seperti kau datang kemari Pangeran.”

Peri Lalu menimpali.

“Ohhh begitu ya. Oke deh. Kalau begitu kami pamit dulu ya Peri Ketua. Sampai jumpa kembali.”

“Dah.. Ka.. Jangan rindukan aku ya.”

Ledek Peri Lalu pada Peri Ketua. Yang di timpali dengan senyuman saja dengan Peri Ketua.

Pangeran Elang dan Peri Lalu pun pergi melintasi waktu dan menghilang dari pandangan Peri Lalula.

                                                  ***

Seketika Pangeran Elang dan Peri Lalu pun telah tiba di Kerajaan Dendilian dan mereka muncul tepat di depan pintu Perpustakaan Kerajaan Dendilian.

“Akhirnya sudah sampai rumah… Ah.. Aku ngantuk mau tidur ah..”

Lihat selengkapnya