ICE CREAM MEMORIES

Diah Puspita
Chapter #2

Bab 2 - The Incident Came and Changed

"Kamu lihat botol minumku nggak?" tanya Varsha.

"Enggak, emangnya kamu bawa?" tanya Vanya.

"Bawa kok, tadi aku abis minum terus aku taruh meja,"

"Hm... coba tanya yang lain, siapa tau ada yang minta,"

Varsha kemudian berjalan menuju dua anak perempuan yang sedang berbincang di meja seberang.

"Kamu lihat botol minumku nggak?" tanya Varsha perlahan. Dua anak perempuan yang sedang berbincang tadi menghentikan perbincangannya dan mulai mengalihkan perhatiannya pada Varsha.

"Botol minum?" tanya balik salah satu anak itu dan Varsha mengangguk.

"Engga tuh, kamu lihat, Ai?" tanya anak tadi pada perempuan satunya.

"Jangan-jangan yang ada di tempat sampah tadi, tadi kulihat ada botol minum di situ, kupikir pemiliknya terlalu kaya jadi sekali pakai buang hahaha," sahut Aida anak perempuan tadi sambil tertawa bersama teman satunya.

Varsha kaget dan bergegas menuju tempat sampah untuk memastikan ucapan anak perempuan tadi. Ketika dia membuka tutup sampahnya dia terkejut karena menemukan botolnya di sana bercampur dengan sampah lain. Varsha mulai mengambil botolnya dari tempat sampah tersebut dan bertanya-tanya siapa yang membuang botolnya.

"Hiii... ada anak jorok, lihat tuhh!!!" seru seseorang dari belakang dan Varsha mulai membalik badannya menuju anak tersebut dan terlihat beberapa anak lain ikut memandang jijik padanya.

"Mungkin dia gapunya duit jadi mungut deh,"

"Jorok ih, kata Mama aku gaboleh deket-deket sama anak kotor,"

"Pasti dia bau sampah,"

"Jangan deket-deket!"

Mereka membicarakan Varsha sambil menertawakan dan memandanginya jijik. Begitu banyak kalimat buruk yang dilontarkan mereka pada Varsha. Varsha ingin menangis tapi dia takut jika tambah dipermalukan. Lalu Vanya datang dan menggeret Varsha berusaha menjauhkannya dari kerumunan tersebut dan berjalan menuju kursi duduknya.

"Vanya!" panggil salah satu teman di kelas. Vanya menengok dan memperhatikan laki-laki yang memanggilnya tadi.

"Jangan dekat-dekat Varsha, dia bau sampah, nanti kamu ikut bau lho..."

"Jangan ditemenin!" seru anak laki-laki tadi. Vanya hanya diam tidak mempedulikan.

"Nih minum punyaku aja, jangan minum yang itu, itu kotor, harus dicuci dulu, kalo nggak kata mama nanti kita jadi sakit kena kuman," kata Vanya mencoba menghibur Varsha dan Varsha tersenyum mendengar Vanya. Varsha bersyukur, masih ada orang yang peduli padanya.

"Nggak usah sok baik deh!" kata Himeka, perempuan yang sama dengan perempuan yang mengganggu adiknya di taman. Vanya dan Varsha hanya terdiam mendengar ejekannya.

"Kamu nggak tahu kan? dia itu punya adik yang cacat lhoo... Temen-temen tahu nggak? kemarin waktu di taman aku ketemu Varsha sama adiknya, terus Adiknya gabisa ngomong sama telinganya juga dipasang alat aneh," Teman-teman sekelas mulai mendengarkan cerita Himeka, sedangkan Varsha terdiam sambil menunduk.

"Terus aku kan cuman pingin ngerti itu benda apa di telinganya, terus Varsha dateng dan aku dilempari pake es krim. Jahat banget kan? padahal aku cuman pingin tahu, Aku malu banget diliatin semua orang di taman, pokoknya dia jahat!"

"Hiii... udah kotor jahat lagi, jangan ditemenin!" seru salah satu anak yang menyimak ceritanya tadi dan mereka mulai berbisik-bisik dan melontarkan beberapa kalimat pedas pada Varsha.

Varsha mulai tidak tahan dan mulai menyangkal cerita dari Himeka.

"Tapi waktu itu Himeka ngejambak rambut sama mau ngerebut paksa alatnya," begitu sangkalnya.

"Bohong! Varsha bohong! aku pingin lihat baik-baik kok. kalau nggak percaya tanya aja sama adiknya, ... Oops! lupa. Adiknya kan gak bisa ngomong nanti jawabnya gagap-gagap," kata Himeka disertai tawanya dan di ikuti tawa dari teman-temannya.

"Jangan-jangan dia malu karna ketahuan punya adik yang cacat makannya dilemparin es krim biar nggak ketahuan kalau adiknya tuli sama bisu," kata anak yang lain.

Begitu banyak lontaran kalimat menyakitkan dan tertawaan mereka pada Varsha, hanya Vanya yang begitu baik pada Varsha dan terus mendukung dan membela Varsha.

-

"Gimana sekolahnya?" tanya Ibuk sambil menyiapkan makan siang untuk Deepa dan Varsha.

"Baik kok," jawab Varsha pelan.

"Kalau punya masalah cerita aja, Ibuk sama Deepa pasti dengerin kok," kata Ibuk dan Deepa mengangguk tersenyum dan memberikan dua ibu jarinya pada Varsha.

"Beneran nggak ada masalah kok," jawab Varsha sambil tersenyum.

-

Kilau emas senja perlahan mulai menyorot belahan dunia, kilaunya bahkan mampu menembus jendela kamar sore hari. Burung-burung beterbangan pulang menuju sarangnya di langit oranye yang cerah sembari membawakan hasil perburuannya untuk anak-anak tersayang mereka. Sepoi-sepoi angin berjalan dengan tenang dan dedaunan pohon tampak menyilaukan karena pantulan sang senja.

Terdangar suara pintu kamar terbuka, nampaknya sosok penghuninya baru saja selesai menyelesaikan mandi sorenya. Varsha menutup pintu kamarnya sambil menguncinya. Ia perlahan membuka lemari pakaiannya dan mencabut gambaran adiknya. Ia mulai berjalan menuju meja belajar depan jendela di kamar. Varsha mulai termenung meratapi gambar tersebut.

Varsha merasa Deepa tidak bersalah di sini, tetapi kenapa dia harus ikut terbawa ke dalam bahan olokan teman-temannya. Varsha mulai memutar memorinya di sekolah, mengingat bagaimana teman-teman sekolahnya begitu kejam dan sampai hati memperlakukannya tanpa memperdulikan perasaannya. Pernah sekali, Varsha mencoba melawan Himeka ketika dia menuangkan air ke dalam bekalnya. Padahal Varsha sendiri baru memakannya sedikit dan dia belum sarapan paginya. Dengan perlakuan dan perkataannya Varsha kesal. Varsha mengamuk, dia bahkan menjambak rambut Himeka dan memukulinya. Varsha sangat kesal dan mencoba melampiaskannya dan Himeka menangis kesakitan. Saat Varsha sedang menjambaknya, tiba-tiba Ibu guru datang mencari asal keributan tersebut dan terkejut melihat bagaimana perlakuan Varsha. Saat itu Varsha diam saja, dia tidak berani berbicara dan terus menangis dalam diam. Sedangkan Himeka mengadu pada Ibu guru dengan berbagai jalan cerita yang dia inginkan agar terlihat semenarik dan semenyedihkan mungkin agar seolah-olah Varsha lah yang paling jahat di sini dan Himeka lah korbannya di sini. Menjelaskanpun rasanya percuma karena Ibu guru sudah terlanjur percaya pada bualannya yang terlihat murni itu. Akibat kejadian itu dia diberi surat peringatan dan Ibuk datang kesekolahnya. Varsha sungguh menyesal, dia tidak ingin mempermalukan Ibuk dan membuat Ibuk menanggung kesalahannya. Sesampainya di rumah Ibuk tidak memarahinya karena dia tahu Varsha pasti menjadi anak yang baik selama ini. Varsha sangat menyayangi Ibuk, baginya dialah Mamanya, dia tidak ingin kehilangan Ibuk sebelum Varsha bisa hidup mandiri tanpanya. Setelah dia mendapatkan skors selama tiga hari dan mulai berangkat sekolah, dia merasa sangat menderita. Ketika Varsha berada di depan pintu dan mulai masuk dia menjadi pusat perhatian dikelasnya. Varsha berjalan menuju bangku belakangnya dengan berbagai tanggapan menyakitkan dan anak-anak yang menertawainya. Terlihat Vanya duduk di bangku sebelahnya tersenyum menyambut kedatangannya. Hanya Vanya lah yang masih menerimanya, Itu sebabnya Varsha masih dapat bertahan di kelas itu.

Perlahan Varsha mengalihkan perhatiannya pada sosok senja yang perlahan mulai menyembunyikan dirinya. Varsha ingin sekali menarik kata-katanya ketika dia menginginkan sekolah segera tiba jika kenyataanya seperti ini. Dia sungguh ingin berhenti sekolah dan diam di rumah bersama Deepa tanpa gangguan-gangguan temannya. Varsha masih terlalu dini menerima perlakuan teman-temannya. Kristal cair bening perlahan mulai mengumpul di pelupuk matanya dan siap untuk terjun kapan saja. Bagaikan aliran sungai yang jernih tanpa limbah, air matanya mulai menyusuri pipinya kemudian Varsha mulai menyembunyikan kepalanya di lipatan sikunya dan sesekali terisak ketika adzan maghrib mulai berkumandang.

Tiba-tiba suara pintu kamarnya terbuka. Varsha segera menghapus jejak-jejak air mata di pipi dan menengok siapa yang baru saja mengagetkannya. Terlihat Deepa mulai berjalan menuju Varsha dan berdiri didekatnya dan mulai menggerakan tangannya meniru gerakan takbiratul ikhram. Varsha tahu apa maksud adiknya, kemudian Varsha mulai menutup korden depannya dan menggenggam siku adiknya untuk menuntunnya berjalan keluar kamarnya. Namun, Deepa diam tidak mengikuti kakaknya dan itu membuat Varsha menatap adiknya heran.

"Kenapa?" tanya Varsha heran.

Sesuatu yang hangat perlahan mulai menyelimuti pipi kirinya dan perlahan mengusap bekas air mata yang sempat terjatuh tadi. Lalu Deepa mulai menggerakan tangannya mencoba mengatakan kalimat 'jangan menangis' dengan cara menggoyangkan tangan di depan wajahnya dan menirukan gerakan menangis. Varsha sungguh ingin menangis kembali, betapa bahagiannya mempunyai orang yang berharga dan menghargainya, rasanya sangat damai. Varsha kemudian tersenyum dan menarik tangannya dan berjalan keluar kamarnya.

-

Riuh tepuk tangan terdengar dari arah bangku penonton. Hari ini adalah hari kelulusan TK Tunas Kelapa, berbagai acara mulai berjalan dari pagi sampai siang dengan persembahan spesial dan terakhir yaitu pertunjukan drama Si Penggembala Domba dan Serigala. Varsha tampil dengan kostum bunga sebagai pemeran pembantu di panggung. Varsha tidak merasa bahagia seperti teman yang lain, Ia tidak berharap ini akan berakhir, tetapi juga tidak pernah mau kembali ke dalam neraka selamanya. Dia sedih karena ini adalah hari terakhirnya bersama Vanya, tadinya Varsha sangat berharap mereka akan dapat kembali satu sekolah, tetapi ternyata Vanya tidak akan tinggal lagi di kota ini. Vanya akan pindah bersama orang tuanya karena pekerjaan ayahnya. Varsha sedih karena dia kehilangan satu-satunya teman berharga yang selalu mendukungnya di sini, dia tidak tahu bagaimana kehidupan selanjutnya berjalan tanpa orang yang membuatnya kuat dalam hidupnya.

Varsha dan Vanya mulai berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum kepindahan Vanya. Vanya berpesan padanya sebelum mereka pulang, "Walaupun kita nggak satu tempat lagi, jangan khawatir. Kamu tetep jadi temenku kok. Jadi kamu harus selalu inget sama aku, karena hubungan pertemanan nggak akan putus hanya karena jarak," katanya sebelum perpisahan menjemput mereka. Dan itulah terakhir kalinya mereka berjumpa.

-

Setelah libur panjang dan menghabiskan waktu bersama Deepa dan Ibuk, hari pendaftaran sekolah dasar di mulai. Kali ini yang mengurus pendaftaran adalah Ibuk, Mama tidak bisa datang lagi-lagi karena alasan yang sama, sibuk.

Jarak sekolah menuju rumahnya tidak terlalu jauh, tetapi juga tidak terlalu dekat. Oleh sebab itu, hari ini Varsha mendapatkan sebuah sepeda baru untuk bersekolah. Varsha senang, tapi tidak sesenang dan seantusias dulu. Dia takut kejadian semasa TKnya terulang kembali. Itu membuatnya trauma dan menjadikan Varsha pemalu dan penakut sekarang, bukan seperti dulu ketika Varsha belum mengenal bullying.

Seiring berjalannya waktu, Varsha memulai tahun ajaran baru disekolahnya. Kali ini dia lebih banyak diam dan tidak ingin memulai berkenalan atau berbicara duluan, hanya duduk sendirian di bangku belakang karena jumlah murid yang ganjil. Varsha sangat bersyukur karena tidak satu sekolah dengan Himeka lagi, meskipun terdapat beberapa anak lain yang berasal dari TK yang sama dengannya dulu, tapi mereka tidak mengganggunya kembali dan hanya tidak memperdulikan dan tidak menganggap Varsha ada. Menurut Varsha, lebih baik dianggap tidak ada daripada harus menerima berbagai lontaran yang menyakitkan setiap hari.

Meski Varsha mendapat bullying di kelas ini, baginya ini masih bisa ia terima karena mereka tidak terlalu sering mengoloknya, tidak membawa-bawa adiknya dalam hal ini, dan tidak melakukan perbuatan secara fisik. Varsha hanya dibully hanya karena dia satu-satunya murid yang pendiam dan sangat tertutup. Varsha selalu mengabaikan bagaimana mereka membicarakan dirinya, yang harus ia lakukan adalah belajar dan meraih peringkat satu, karena dia menginginkan hadiah ponsel dari Mamanya.

Tibalah saatnya menjelang Ujian Kenaikan Kelas, Varsha sangat sibuk akhir-akhir ini. Hari-harinya selalu ia isi dengan belajar bahkan dia sudah tidak terlalu sering bermain bersama Deepa. Dia hanya akan bermain ketika waktunya memang senggang. Namun, itu semua dia lakukan agar ia dapat meraih peringkat satu dan jika Varsha berhasil, maka nantinya Deepa dan Varsha bisa berkomunikasi dengan Mamanya setiap saat. Walaupun demikian, memang teman-teman di kelasnya sering mengoloknya dan tidak memperdulikannya, tapi itu tidak membuat Varsha untuk patah semangat. Justru dengan sikap mereka seperti itu membuat Varsha termotivasi untuk terus mengejar dan membuktikan bahwa Varsha pasti bisa.

-

"Selamat ya, Varsha. Kamu berhasil meraih peringkat satu di kelas. Terus pertahankan ya," kata wali kelas pengampu Varsha.

"Terimakasih Ibu," kata Varsha sambil tersenyum lebar, begitu pula Deepa yang duduk di samping Ibuk. Setelah perbincangan singkat dengan wali kelasnya, mereka mulai berjalan pulang. Sebelum itu, Ibuk berjanji akan membawa mereka ke kedai es krim kesukaan mereka, sekalian untuk merayakan perjuangan dan usaha Varsha yang telah berhasil meraih peringkat satu.

"Ibuk, kata Mama, kalau Varsha dapet peringkat satu, Varsha mau dikasih hadiah ponsel, kabarin Mama dong Buk, biar Mama tahu," kata Varsha berhenti sejenak dari acara menikmati es krimnya.

Lihat selengkapnya