ICE CREAM MEMORIES

Diah Puspita
Chapter #3

Bab 3 - Early Meet Strangers

Semenjak kematian neneknya, Varsha menjadi lebih pendiam. Ia tidak peduli dengan apa yang terjadi diluar sana, mungkin saja ia masih kecewa dengan kejadian malang yang menimpanya. Menjadi seorang gadis yang cupu, pendiam, dan seringkali dimanfaatkan dan dibully itulah pengalaman yang dia dapatkan selama masa-masa remajanya di sekolah menengah pertamanya. Tidak hanya lingkungan luar yang ia abaikan, bahkan ia mulai menjauhi adiknya sendiri mulai saat itu. Varsha belum bisa memaafkan adiknya, Deepa atas kejadian yang menimpa neneknya itu. Namun untungnya, Deepa masih mau memperhatikan kakaknya, meskipun ia lebih sering di abaikan. Deepa sadar ia tidak harus bersikap jahat pada Varsha, karena menurutnya ia sendirilah penyebab masalah kakaknya. Ketika kakaknya mengabaikannya, dia tahu jika itu memang pantas ia dapatkan, ia hanya harus berusaha mendapatkan kembali perhatian kakaknya dan mendapatkan maafnya.

Menjelang kenaikan sekolah Varsha menuju tahap selanjutnya, yaitu SMA, Varsha ingin menyelesaikan segala hal buruk tentangnya. Bullying dan selalu dimanfaatkan bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Ia ingin menyudahi semuanya. SMA ini dia harus merubah penampilannya. Ia tidak ingin kembali mendapatkan bullying, meski kepercayaan dirinya masih rendah, tapi ia akan tetap mencoba.

-

Varsha baru saja menyelesaikan mandi paginya, seperti yang biasa dia lakukan, ia mulai menyatok rambut halus dan indahnya agak bergelombang di bagian bawahnya dan tidak lupa mencatok poni manisnya. Setelah men-stalk instagram para selebgram di luar sana, ia mulai belajar bagaimana menyatok rambutnya sampai bagaimana mematchingkan pakaian agar lebih terlihat tidak kuno dan norak. Hari pertamanya masuk sekolah benar-benar luar biasa, hanya dengan penampilan orang-orang mulai tertarik dengannya dan sampai sekarang ia mempunyai banyak teman dan kenalan di luar sana. Setelah menyelesaikan rambutnya, ia mengambil tasnya dan keluar kamar menuju meja makan. Terlihat di sana Deepa telah sampai lebih dulu dan sedang menikmati sarapannya bersama Bibi Rin yang sedang menyiapkan bekal mereka. Bibi Rin adalah pelayan baru yang di pekerjakan oleh Mama untuk membantu dan melayani kebutuhan mereka karena mamanya sangat jarang di rumah. Tidak hanya mengurusi rumah, Bibi Rin juga pandai bahasa isyarat. Mama sengaja mempekerjakan Bibi Rin agar mampu memahami dan mengajari Deepa.

Deepa tersenyum dan melambaikan tangannya ketika Varsha mulai duduk di bangku meja makan. Varsha seperti biasa akan mengabaikan dan pura-pura tidak melihat Deepa. Deepa pun sudah terbiasa dengan sikap kakaknya. Setelah menyelesaikan sarapannya, Bibi Rin yang akan mengantar mereka berdua menuju sekolah masing-masing.

"Varsha pulang jam berapa nanti?" tanya Bibi Rin.

"Gausah jemput nanti Bi, ntar pulangnya dianter temen kok," jawab Varsha sambil memandangi layar ponselnya.

"Jangan malem-malem pulangnya ya,"

"Iya santai aja,"

Tidak lama setelahnya Varsha sampai di depan sekolahnya. sebelum membuka pintu mobilnya, Deepa mengatakan 'hati-hati, semangat' dengan bahasa isyarat yang dia ketahui karena sudah sejak lama Deepa menunjukan bahasa itu sebelum Varsha berangkat sekolah. Lagi dan selalu Varsha hanya melirik kearahnya tanpa menjawab atau pun meresponnya.

-

"Ntar pulang sekolah temenin gua yak," pinta Zora. Zora adalah teman satu bangkunya, ia memiliki mata yang bulat dan poni seperti dora di dahinya, berbeda dengan Varsha dengan poni panjang di bagian kanan. Varsha memiliki banyak teman memang, tapi Zoralah yang paling dekat dengannya.

"Lo udah bilang itu tadi malem tolong," jawab Varsha. Tidak hanya penampilan Varsha yang berubah, bahkan cara berbicara dan tingkah laku gayanya pun ikut berubah. Beginilah Varsha sekarang, seseorang yang merasa lelah selalu tertindas di luar sana dan ingin mendapatkan kemerdekaannya di luar sana.

Tak lama setelah pelajaran di mulai, tibalah saat yang sangat siswa-siswi dambakan yaitu alunan nada bel istirahat yang berdering. Varsha dan tiga teman-temannya berjalan menuju kantin, ketiga temannya yaitu Zora, Anna, Greesa. Mereka adalah teman dekat dan main Varsha, tapi Zora yang lebih dekat dengannya. Seperti biasa ketika mereka sedang pergi memesan makanan masing-masing, Varsha lah yang akan mencari tempat dan duduk terlebih dulu karena dia selalu membawa bekalnya, alasan ia selalu membawa bekal yaitu ia malas untuk berdesakan memesan makanan.

Sambil menunggu temannya datang, Varsha memainkan ponselnya untuk mengurangi rasa bosannya. Namun, tak lama sesudahnya mereka mulai datang dan duduk di meja bersama.

"Kalian liat kakel yang duduk di pojok depan sana nggak?" tanya Greesa.

"Yang mana? banyak cuy," jawab Zora, sedangkan Anna dan Varsha hanya celingukan mencari orang yang dimaksud.

"Jangan nengok langsung, pelan-pelan aja, Itu cowok yang lagi megang dagu," tunjuk Greesa dengan dagunya.

"Oh.. kak Abimanyu," jawab Anna.

"Kenapa emangnya? Lo suka?" tanya Varsha sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulut.

"Coba deh liat, ganteng banget si gila, siapa yang nonton basket tadi malem?" tanya Greesa.

"Nggak," jawab mereka bertiga.

"Gila keren sumpah, waktu dia ngeshoot bolanya, bikin gua mimisan anjir!" jawab Greesa.

"Bukannya dia juga suka manggung di caffe-caffe juga ya," kata Varsha.

"Oh iya!! Waktu itu gua ke caffe ngepasin kak Abi manggung sama bandnya, cuman waktu itu gua gatau namanya," jawab Anna.

"Udah pinter, jago olah raga, bisa nyanyi lagi, multitalenta banget gils," kata Zora.

"Gausah ikut naksir lo!" kata Greesa sambil menyenggol pinggang Zora dengan siku tangannya.

"Yee... emang lo siapanya? pacar? bukan kan?" kata Zora.

"Nggak! Nggak! Nggak! Nggak! Kak Abi hanya milik gua," kata Greesa.

"Ooh... Jadi hanya milik Greesa seorang nih," kata Zora. Zora pun mulai berteriak.

"WOYY!!! hmmppp--" belum menyelesaikan kalimatnya, mulut Zora sudah di bekap dengan tangan Greesa. Berkat teriakan Zora seluruh penjuru kantin mengalihkan perhatiannya ke arah meja mereka.

"Jangan malu-malu in dong," bisik Greesa.

"Udah-udah balik kelas yuk, dah mau bell," ajak Varsha dan diikuti oleh mereka bertiga.

-

Selama Varsha dan Zora berada di Mall, mereka menggunakan hoodie untuk menutupi seragam sekolah mereka. Mereka ke sana diantar oleh supir pribadi Zora. Maklum, Zora memang termasuk orang kaya di kelas, tetapi meskipun kaya, Zora tetaplah seorang wanita yang menggilai sale-sale diskon di mall. Seperti saat ini, mendengar toko yang sering ia kunjungi sedang sale besar, jiwanya memberontak ingin memborong.

"Lo kagak mau beli apa-apa, Sha?" Tanya Zora.

"Ada, gua mau beli yang crop tuh, cakep!" kata Varsha sambil berjalan mengambil baju yang dia suka dan memilih ukurannya.

"Baju lu kebanyak putih mulu, ganti warna kek," kata Zora.

"Eh... Gua juga punya baju warna lain kok," jawab Varsha.

"Yang sering lu pake warna putih tapi," kata Zora malas.

"Iyain deh, by the way beli masker rambut yuk," ajak Varsha.

"Oh iya bener, gua mau cat rambut gua buat malem minggu besok, acara final basket hehe," kata Zora.

"Bener! setuju banget. Make yourself sparkling," kata Varsha dan mereka pun tertawa sambil berjalan menuju kasir dan kemudian berjalan menuju toko selanjutnya.

-

"Thanks!! Udah nemenin gua yak," kata Zora dengan kepalanya keluar dari jendela mobil.

"Iyaa, thanks juga udah nganterin gua ya, tiatii," kata Varsha sambil melambaikan tangannya. Setelah mobil Zora melaju, Varsha mulai melangkahkan kakinya menuju dan membuka gerbang rumahnya dan mulai masuk ke dalam. Ketika ia membuka pintu rumahnya, ia melihat Deepa sedang menonton televisi. Varsha pun menutup pintu rumahnya agak keras sengaja untuk membuat Deepa kaget dan benar saja setelah Deepa melihat Varsha pulang, Deepa melambaikan tangannya dan tersenyum cerah pada Varsha. Namun, lagi-lagi kembali diabaikan dan Varsha langsung masuk menuju kamarnya dan mengambil pakaiannya untuk bergegas mandi.

Lihat selengkapnya