Ujian Kenaikan Kelas 11 sudah ia lalui, sekarang Varsha sudah menempati kelas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Tentunya umurnya ikut bertambah, bahkan sekarang ia sudah memiliki motor sendiri termasuk SIM-nya agar tidak tertilang seperti dulu lagi. Ia memang diberitahu Mamanya jika ia akan dikirimi sebuah motor dan untuk SIM-nya ia dapatkan dengan ditemani oleh Bibi Rin. Tidak hanya itu, bahkan semester dua besok, Varsha telah didaftarkan dalam les-lesan yang lumayan terkenal di kotanya. Memang secara materiil kebutuhan Varsha selalu terpenuhi, tapi tidak dengan kebersamaan dan kasih sayang dari orang tuanya. Menunggu Papa pulang sama dengan menungguinya pensiun sedangkan Mama ia tidak tahu kapan.
-
"Jadi les lo?" Tanya Zora.
"Mau gimana lagi, udah keburu didaftarin sama nyokap gua," kata Varsha sambil mengangkat bahunya.
"Mantep deh, gua kayanya masih mau mendalami ekstra padus aja," kata Zora.
"Coba deh, Ra... Lo manggung gitu kayak bang Abi di caffe-caffe, lumayan tahu," kata Varsha.
"Pingin sih gua, tapi gatau deh liat nanti," ujarnya.
"Mulai masuk les kapan lo?" tanyanya kembali.
"Minggu depan," jawab Varsha. Sampailah mereka di parkiran motor sekolah lalu mereka pun pergi dengan tujuan mereka masing-masing. Sepulang sekolah ini, Varsha dimintai tolong oleh Bibi Rin untuk menjemput Deepa pulang, tadinya Varsha menolak. Padahal Bibi tahu bagaimana hubungan kakak beradik tersebut, tapi malah dengan sengaja memintanya untuk menjemputnya. Dengan alasan bahwa Bibi ada perlu untuk ke rumah sakit menjenguk saudaranya yang sedang di rawat dan diminta menungguinya sampai malam sehingga ia meminta bantuan Varsha untuk menjemputnya dan dengan berat hati Varsha mengabulkan permintaannya.
Varsha tahu ia telat satu jam untuk menjemput adiknya, tapi itu memang sengaja ia lakukan bahkan Deepa saja mungkin tidak tahu bahwa kakaknya lah yang menjemputnya hari ini. Setelah siap dengan maskernya dan tiba di sekolah tersebut Varsha melihat Deepa duduk sendiri di pinggir jalan dengan melamun, tidak menyadari keberadaan Varsha. Lalu dengan sengaja Varsha menendang kerikil yang berada di dekatnya ke arah Deepa karena terlalu malas memanggilnya. Ketika kerikil tersebut mengenai sepatunya, Deepa menengok ke arah Varsha, Varsha bisa lihat senyumnya yang perlahan mengembang di wajahnya dan tangannya yang mulai melambai melihat kakaknya menjemputnya pertama kali setelah sekian lama sejak neneknya meninggal. Dengan malas ia memberikan helm cadangan yang ia bawa tadi pagi dari rumah pada Deepa dan dengan senang hati Deepa menerimanya dan mulai membonceng motornya. Karena Deepa memakai rok panjang beserta kerudungnya, ia membonceng ke arah samping dan meletakkan tangannya pada pinggang Varsha. Dengan kesal Varsha menyentak tangannya dan menyuruh Deepa melepaskan tangannya dari pinggangnya.
Motor pun mulai melaju menuju rumah mereka. Jalan yang mereka lewati begitu banyak menyimpan kenangan masa kecil mereka berdua. Varsha sedikit memutar kembali memori kecilnya ketika ia melewati taman kota dan di sanalah saat mereka berdua bertemu Himeka dan itu adalah awal mulanya penyebab Varsha dibully, lalu ketika mereka melewati toko peralatan sekolah yang sering mereka kunjungi dulu bersama neneknya, jujur saja Varsha merindukan momen tersebut, hingga tiba saatnya mereka melewati kedai es krim tempat di mana mereka sering sekali membeli es krim di sana, tapi di sana jugalah semuanya berakhir yaitu neneknya meninggal di jalan ini. Mengingat kembali kenangan tersebut membuat Varsha kesal kembali dan mulai menaikkan sedikit kecepatan motornya hingga membuat Deepa berpegangan pada tasnya.
Sesampainya mereka di rumah, Varsha tidak melakukan pembicaraan apa-apa. Setelah memarkirkan motornya, ia langsung beranjak menuju kamarnya dan beristirahat sejenak sebelum mandi sore.
Selama perjalanan tadi, Deepa pun mengingat kembali kenangannya bersama kakaknya dulu, tapi semuanya memang sudah berubah dengan kejadian terakhir di kedai es krim yang biasa ia kunjungi. Saat itulah, terakhir kalinya Deepa menikmati es krimnya hingga saat ini ia tidak pernah lagi mencicipi es krim. Karena es krim selalu mengingatkannya akan peristiwa yang tidak pernah bisa ia lupakan dan itu juga awal yang membuat kakaknya membencinya. Sebelum mandi, Deepa berinisiatif untuk membuatkan kakaknya juga dirinya makanan walaupun hanya sekadar menggorengkan telur yang ia bisa karena ia tidak bisa memasak bahkan tidak pernah, semua dilakukan oleh Bibi Rin.
Varsha hampir saja tertidur ketika tiba-tiba ia mencium bau gosong sampai ke dalam kamarnya, dengan panik ia langsung berlari menuju dapur dan melihat Deepa tengah kebingungan karena telurnya telah gosong dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan cepat Varsha berjalan dan mulai mematikan kompor tersebut.
"Ngapain sih? kalo nggak bisa masak nggak usah sok-sokan masak deh," kata Varsha jengkel sambil menaruh wajan tersebut ke cucian piring. Niat hati ingin membuat kakaknya senang dengan memasakkan makanan malah menjadikannya musibah untuk Deepa. Varsha pun berjalan menuju kamar mandi, belum sampai di kamar mandi, ia mendengar suara cacing-cacing yang kelaparan di perut Deepa. Dengan enggan ia berbalik dan dengan malas-malasan ia memasakkan telur untuk Deepa yang sedang kelaparan. Saat Varsha sedang menggoreng telur, Deepa duduk diam memperhatikan kakaknya yang sedang memasak untuknya. Setelah matang, Varsha memberikan telur tersebut pada Deepa.
Sebelum Varsha pergi, Deepa bertanya dengan isyarat yang Varsha tahu, Deepa bertanya 'Kakak nggak makan?'
"Nggak! males," jawab Varsha sambil berjalan menuju kamar mandi lalu menutup pintunya. Deepa pun tersenyum melihat telur buatan kakaknya dan dengan lahap mulai memakan dan menghabiskannya.
-
Setiap hari rabu dan sabtu, Varsha mendapatkan jadwal lesnya. Hari pertama memasuki les tersebut, Varsha agak kaget karena ia berada dalam satu tempat dan jadwal les yang sama dengan si bieber ndower tersebut. Meskipun berbeda kelompok, Jelas saja berbeda karena Varsha masih kelas sebelas dan dia sudah kelas dua belas. Akan tetapi, jadwal yang sama membuat mereka berdua menjadi lebih sering bertemu dan bertatap muka. Seperti saat ini ketika ia berada di kantin les tersebut. Sebenarnya bukan masalah menurut Varsha jika mereka satu tempat les, tetapi bebarapa kejadian saat bertemu dengannya sebelum itu memang selalu memalukan.
"Mau jajan apa, Fal?" tanya Varsha pada teman baru les-lesannya, Falisha. Mereka berbeda sekolah, sekolah Falisha merupakan sekolah yang bertanding dengan sekolahan Varsha di babak final basket kemarin, ya bisa dibilang adik kelas dari si bieber ndower.
"Gua cuman beli air aja, haus soalnya," kata Falisha sambil membayar minumnya dengan uang pas.
"Yaudah yuk balik, cepet!" ajak Varsha, karena ia melihat si bieber ndower sedang berjalan ke kantin tersebut dan ternyata bersama mantan gebetan Greesa, kak Abimanyu. Wait, kenapa jadi salah tingkah begini, pikir Varsha.
"Katanya laper, nggak jadi beli?" tanya Falisha.
"Nggak-nggak, udah kenyang tiba-tiba," kata Varsha sambil menggeret tangan milik Falisha menjauh dari kantin dan melewati si bieber ndower dan kak Abi. Ketika melewati kedua lelaki tersebut, si Bieber Ndower tersebut menghentikan mereka berdua yang membuat Varsha dan Falisha kaget termasuk kak Abi.
Varsha yang merasa terganggu jalannya hanya melirik dan mendengus kesal ke arahnya serta mengangkat sebelah alisnya mengisyaratkan pertanyaan pada si bieber ndower tersebut.
"Nggak mau tanggung jawab, dek?" tanya lelaki tersebut dan teman satunya mendahuluinya menuju ke kantin. Mendengar pertanyaan lelaki tersebut Varsha kembali mendengus bosan dan kembali melanjutkan jalannya dengan menarik tangan Falisha dengan raut wajah kebingungan tidak tahu apa yang terjadi.
"Nggak," kata Varsha sambil berjalan tanpa menolehkan kepalanya ke arah si Bieber Ndower.
Ketika sampai di kelas les mereka, Falisha yang sudah terlanjur kepo menyerbu Varsha dengan berbagai pertanyaan.
"Lo kenal kak Partha?" tanya Falisha sambil memegang kedua bahu Varsha.
"Siapa?" tanya Varsha.
"Kak Partha, Gilak! dia termasuk salah satu kakak kelas yang terkenal di sekolah gua," katanya masih memegang erat kedua bahunya.
"Apaan sih, nggak kenal gua," kata Varsha sambil menepis kedua tangan Falisha di bahunya.
"Lah terus itu, tadi kok ada tanggung jawab tanggung jawab gitu?" tanya Falisha lagi.
"Berisik ah," kata Varsha yang masih tidak mau memberitahunya.
-
"Jodoh emang nggak kemana cuy," kata Greesa. Jam istirahat ini Varsha gunakan untuk menceritakan kisahnya di les-lesan sambil menikmati makanannya di kantin.
"Apaan sih Grees!" kata Varsha sebal.
"Sampai sekarang masih ganggu lo?" tanya Anna.
"Tadi malem masa nge-follow insta gua," kata Varsha. "Terus nge dm nggak jelas njir," lanjutnya.
"Oke!! gua tahu!" seru Zora dan mereka bertiga mengalihkan perhatiannya ke Zora.
"Pasti dia masih dendam sama lo, Sha. Gegara kejadian waktu di toko pizza kemarin, lecetkan motornya? pasti dia minta tanggung jawab," tebak Zora.
"Tapi bisa aja si bang Partha suka sama lo, Sha!" kata Greesa yang membuat mereka bertiga melongo mendengar pernyataan Greesa.
"Maksudnya? Pemikiran dari mana tuh?" tanya Varsha bingung. Menurutnya, pendapat Zora lebih masuk akal daripada pendapat Greesa.
"Coba dengerin dulu pendapat sang dokter cinta," ujar Anna sambil menggigit sendoknya.
"Menurut pengalaman dan survei gua nih ya, kebanyak cowok menganggu ceweknya karena pingin lebih deket sama ceweknya, intinya gitu sih," kata Greesa menjelaskan.
"Gua setuju sama Greesa," kata Zora dan ketiga temannya hanya menengok ke arahnya.
"Woy! nggak nyambung sumpah. Nggak ada relasinya sama sekali. Gua baru ketemu waktu di caffe kemarin, terus pertemuan gua sama dia nggak pernah damai," jelas Varsha menentang pendapat Greesa.