ICE CREAM MEMORIES

Diah Puspita
Chapter #5

Bab 5 - Say Goodbye, please!

Setelah menaruh sesendok gula dan meletakkan kantung tehnya pada cangkir, Varsha menuangkan air panas pada cangkir tersebut hingga penuh. Lalu ia pun duduk di kursi meja makan sambil menyeruput sedikit tehnya yang panas dan mengaduk-aduknya kembali. Pikirannya kembali melayang di kedai es tadi sore ketika Partha mengungkapkan isi pikiran dan hatinya.

Ia bingung dengan dirinya sendiri, harusnya ia bahagia tapi hatinya kenapa menjadi resah?

Varsha pun mulai berjalan menuju kamarnya sambil membawa secangkir teh panas yang ia buat tadi. Setelah meletakkan teh di meja dekat kasurnya, Ia membuka kunci layar ponselnya, terlihat beberapa pesan masuk dari Partha. Salah satu pesannya yaitu meminta Varsha untuk menemaninya ke toko buku sepulang sekolah besok.

-

"Nggak usah jemput Bi, nanti pulangnya di anter temen kok," kata Varsha ketika mobilnya sampai di depan gerbang sekolahnya.

"Jangan malem-malem pulangnya," kata Bibi Rin. Varsha pun langsung keluar dari mobilnya dan berjalan menuju kelas.

"Tumben nggak bawa motor?" tanya Zora ketika Varsha baru meletakkan tasnya di meja.

"Mau tau banget lu," ujar Varsha.

"Biar gua tebak. Pasti mau jalan sama Bang Partha," kata Zora dan langsung membuat Greesa dan Anna yang di duduk di depannya menghadap ke belakang.

"Demi apa lo, Sha?" tanya Anna.

"Udah jadian lo?" tanya Greesa.

"Apaan sih! Lebay deh, orang cuman nemenin beli buku doang buat ujian," jawab Varsha.

"Terus? udah jadian dong berarti?" tanya Greesa lagi.

"Nggak ada yang jadian di sini. Udah ah balik! balik!" kata Varsha sambil menyuruh mereka kembali menghadap ke depan.

-

Sepulang sekolah tadi, Partha menjemputnya di sekolahan Varsha. Setelah beberapa menit mengendarai motornya dan tiba di toko buku tersebut, Ia mulai memarkirkan motornya dan berjalan masuk ke dalam.

Ketika Partha menuju buku bagian pelajaran, Varsha melangkahkan kakinya meninggalkan Partha menuju ke bagian buku fiksi.

Setelah lumayan lama Varsha membaca-baca sekilas sinopsis dari novel-novel di toko, Ia mengalihkan perhatiannya mencari Partha di buku bagian pelajaran. Namun, ia tidak menemukan Partha di sana. Setelah berjalan memutari toko tersebut Ia menemukan Partha sedang berjongkok di buku-buku fiksi bagian novel.

"Mau beli novel?" tanya Varsha.

"Nggak. Cuman liat-liat doang," kata Partha.

"Gua kira anak basket model kaya lo nggak suka baca novel," kata Varsha sambil mengambil salah satu novel di rak tersebut dan membaca sinopsisnya.

"Yah... Lumayan lah," kata Partha.

"Lo tau nggak?" lanjutnya sambil menyerahkan novel yang baru ia pegang ke Varsha.

"Dulu waktu gua masih kecil, gua pernah lihat suatu kejadian di taman ketika gua abis beli es krim sama nyokap gua,'' lanjutnya lagi.

"Terus?" tanya Varsha tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku di tangannya.

Tiba-tiba ponsel milik Partha berdering, lalu ia meminta izin sebentar pada Varsha dan langsung mengangkat ponselnya. Setelah selesai mengangkat panggilan tersebut ia mengajak Varsha untuk membayar buku latihan ujiannya tadi dan langsung mengantarkan Varsha pulang.

"Sorry ya, gua mendadak ngajak lo pulang. Gua harus pulang soalnya," kata Partha ketika sampai di depan rumah Varsha setelah mengantarnya.

"Iya ngga papa," kata Varsha.

Ketika Partha baru ingin memutar motornya, tiba-tiba dari arah berlawanan Deepa datang membawa kantung plastik yang sepertinya berisi gula. Deepa yang melihat kakaknya bersama laki-laki yang belum pernah ia lihat sebelumnya, langsung berpikir bahwa laki-laki tersebut pasti punya hubungan dengan kakaknya. Deepa pun langsung menghampiri kedua orang tersebut dan menyapa kakak dan laki-laki tersebut dengan bahasa isyarat.

Varsha terkejut ketika melihat Deepa mulai mendekati dan menyapanya. Dengan terpaksa Varsha membalas lambaian tersebut.

Deepa pun menghampiri Partha dan bertanya dengan gerakan isyaratnya yang membuat Partha terkejut sekaligus bingung tidak tahu arti gerakan tersebut. Partha pun menolehkan kepalanya ke arah Varsha. Varsha yang tahu maksud dari Partha ia menerjemahkan gerakan tersebut yang berarti, 'Apa kau temannya?' dan Deepa pun menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan kakaknya dan Partha hanya mengangguk tidak tahu harus menjawab apa.

"Masuk sana! Bibi nyariin tuh," kata Varsha berbohong agar Deepa segera masuk ke rumah. Setalah kakaknya mengucapkan kata tersebut, Deepa tahu maksud dari perkataan Varsha. Ia pun langsung masuk ke dalam rumah.

"Itu adek lo?" tanya Partha dan hanya dijawab cengiran oleh Varsha.

"Gua lanjutin ceritanya yang tadi besok ya," kata Partha. Setelah Varsha menganggukan kepalanya Partha pun mulai menjalankan motornya.

-

Varsha merasa takut jika Partha akan menjauhinya mulai besok atau merasa malu dengan dirinya. Jelas saja, Partha adalah laki-laki dengan segala kesempurnaan yang dia punya, seperti terkenal, banyak teman, tampan, pintar, mandiri, dan lain-lain. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak mau jika seandainya Partha mulai membenci dan menjauhinya.

Varsha pun bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju kamar Deepa.

"Maksudnya apa tadi?" tanya Varsha tiba-tiba ketika Deepa tengah membaca buku dan membuatnya terlonjak kaget dengan kehadiran dan pertanyaan Varsha.

"Gua kan udah pernah ngomong, jangan muncul di depan temen-temen gua," kata Varsha datar.

'' Lo mau gua dipermalukan? gua udah capek dipermaluiin terus dari dulu, nggak usah mulai lagi deh. Gua juga pingin bebas!" kata Varsha masih datar namun agak menaikkan nada suaranya.

"Demi apa! gua baru aja deket sama dia, lo emang sengaja apa gimana sih? pingin hubungan gua sama dia hancur dan gua dipermalukan?" tanya Varsha masih dengan raut dan nada datar.

"Kalo sampai hal itu terjadi, nggak cuman hubungan gua sama teman-teman di luar sana yang hilang, tapi hubungan gua sama lo juga," kata Varsha sambil membanting pintu kamar meninggalkan Deepa yang tengah menangis sesenggukan. Seandainya ia tahu jika perbuatannya tadi menimbulkan hal yang fatal untuk kehidupan kakaknya, pasti ia tidak akan melakukannya.

-

Sudah satu bulan Partha tidak menghubunginya, mungkin memang benar, ia malu untuk dekat dengannya lagi. Satu bulan yang lalu semenjak Partha mengantarnya pulang ke rumah ia tidak pernah lagi menghubunginya, terakhir ketika Varsha mengirimi pesan hanya centang satu alias tidak masuk pesannya. Varsha pun menghela napasnya kembali dan meletakkan kepalanya di meja.

"Kenapa sih lo?" tanya Zora yang melihat Varsha selalu menghela napasnya akhir-akhir ini dan Varsha hanya menggelengkan kepalanya.

"Oh iya, by the way, lo tau nggak bang Partha mau masuk jurusan sama universitas mana?" tanya Zora. Mendengar nama Partha, Varsha kembali menghela napasnya dan menggelengkan kepalanya.

"Kayaknya lo lagi ada masalah ya sama bang Partha?" tanya Zora, Lagi-lagi Varsha menghela napasnya dan menggelengkan kepalanya.

"Yaudah kalo nggak mau bahas dulu," kata Zora.

"By the way, malem minggu ke caffe biasanya ya," ajak Zora.

"Mau ngapain?" tanya Varsha dengan posisi kepalanya masih di atas meja.

"Gua mau manggung besok," kata Zora dengan ekspresi bahagianya. Sontak Varsha langsung mengangkat kepalanya dan duduk tegap menghadap Zora.

"Demi apa?" tanya Varsha bersemangat.

"Demi! gua nggak boong," kata Zora sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas.

"Gilak lo keren banget, Ra! Selamat ya," ucapnya sambil memeluk Zora.

Setelah melepas pelukannya, tiba-tiba Greesa datang dari luar sehabis dari kantin dan berjalan cepat ke arah mereka berdua.

"ZORA!!!" teriak Greesa membuat mereka berdua terdiam.

"Jawab gue! Lo deket sama bang Abi?" tanya Greesa sambil duduk di bangkunya depan Zora.

"Wait wait wait! Nggak salah denger nih gua?" tanya Varsha pada Greesa.

"Jadi lo juga belom tahu? Sumpah demi apapun! gua ga sengaja nguping pembicaraan kakak kelas di kantin tadi, jujur sama gua, Ra!" kata Greesa sambil memegang kedua pipi Zora.

"Lepas ih! Apaan sih!" kata Zora sambil menepis kedua tangan Greesa.

"Jujur aja, Ra! gua nggak bakal marah kok, kan lo tau sendiri gua lagi deket sama kelas sebelah," kata Greesa lagi.

"Diem deh! gua juga mau kasih tau, tapi nunggu waktu yang tepat," kata Zora sambil cengengesan.

"Jadi kebenarannya?" tanya Varsha dan diangguki oleh Greesa.

"Iya gua deket, tapi nggak pacaran, cuman deket doang, gua juga deket gara-gara ekstra kok, terus dia nawarin ikut manggung besok malem minggu, dateng ya! awas kalo nggak dateng," ancam Zora.

"Gilak! manggung bareng bang Abi! keren banget sumpah," kata Greesa sambil memegang pipinya sendiri.

"Denger-denger kak Abi ikut jalur SNMPTN ya?" tanya Varsha.

Lihat selengkapnya