Varsha dan Mama kini tengah berada di sebuah restoran di Bali, mamanya juga membawa seorang anak laki-laki tersebut. Sudah 15 menit berlalu, mereka hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata. Varsha menatap ke arah anak laki-laki yang berada di samping mamanya sedang sibuk menikmati makanannya.
"Itu siapa, Ma?" tanya Varsha. Karena Mama tak kunjung membuka mulutnya dan menjelaskan sesuatu padanya, Varsha akhirnya mengawali percakapannya.
"Saat nenek kamu meninggal," katanya tanpa menjawab pertanyaan Varsha, lalu memberinya jeda sebentar. Varsha hanya terdiam mendengarkan.
"Mama sama papa memutuskan untuk bercerai," katanya lagi.
Varsha hanya terdiam mendengarkan karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Marah, kecewa, dan sedih ia rasakan bersama. Ia tidak tahu harus bereaksi apa, ia juga tidak tahu harus melakukan apa.
"Maafin mama ya," ucap Mamanya sambil menunduk, ia merasa sangat bersalah pada Varsha karena menelantarkannya juga tidak memberitahu perceraian dan pernikahannya.
"Kenapa Mama nggak cerita si sama Varsha," ujar Varsha pelan.
"Mama nggak bisa, kamu masih terpukul sama kematian nenekmu, waktu itu kamu stress, memang apa yang akan kamu lakukan jika mama kasih tau kamu kalau mama bercerai?" tanya Mama.
Varsha hanya terdiam mendengar jawaban Mamanya. Mungkin Mama benar, tapi kenapa sampai sekarang ia tidak memberitahunya. Jujur saja ia merasa kecewa dengan mamanya, tapi daripada ia sesalkan, semuanya sudah berlalu dan terlanjur terjadi. Varsha tidak mau menjadi seseorang yang selalu merasa dendam dengan masa lalunya seperti dulu. Bagaimana pun juga tujuannya sekarang tiba di sini bukan untuk membahas sesuatu yang sudah berlalu, tetapi mengusahakan sesuatu yang sedang terjadi sekarang.
Cukup lama mereka terdiam, Varsha mendengar isakan kecil dari mamanya.
"Maafin Mama, Sha... Mama nggak bermaksud buat kamu jadi kepikiran. Mama tau, Mama salah. Harusnya dari awal Mama coba kasih tau kamu, harusnya..." potongnya dengan nada terisak.
"Mama..." lanjutnya masih terisak.
"Nggak menelantarkan kamu," lanjutnya lagi masih dengan terisak.
Varsha hanya terdiam mendengarkan. Tiba-tiba air matanya perlahan keluar ikut menetes, dengan cepat langsung ia hapus air mata tersebut agar mamanya tidak melihatnya menangis. Untungnya mereka berada di restoran yang memiliki bilik tiap mejanya, jadi orang-orang tidak akan tahu mereka sedang menangis di sini.
Anak kecil tersebut mendekati Mamanya lalu mengusap pelan air matanya yang jatuh dan memeluk erat mamanya.
"Mama kenapa menangis?" tanya anak kecil tersebut.
"Mama nggak papa," kata Mama sambil mengusap air matanya dan mencoba tersenyum.
"Udah, Ma. Varsha udah maafin Mama kok, udah terlanjur juga, yang penting Mama nggak kesepian lagi, yang penting Mama bahagia sama kehidupan baru Mama sekarang," kata Varsha, mamanya tersenyum mendengarkan kalimatnya.
"Mah, Varsha boleh minta tolong nggak?" tanya Varsha.
"Minta tolong apa?" tanyanya penasaran, lagi pula pasti Varsha punya alasan kenapa ia jauh jauh datang ke Bali hanya untuk mencari Mamanya.
"Deepa sama Bibi Rin kecelakaan, Ma. Mama pulang yuk," ajak Varsha.
Mama benar-benar terkejut mendengar pernyataan Varsha. Bagaimana bisa mereka kecelakaan?
"Varsha udah hubungin Mama berkali-kali, tapi nggak bisa," katanya.
"Maafin Mama. ponsel Mama rusak, jatuh di air," kata Mama.
"Keadaan mereka gimana sekarang," tanya Mama.