The Wounded Soul

Risa Chamdiah
Chapter #5

CHAPTER 2 (Don't Kill Me)

24 Desember 2019, Crishtmas day (Flashback)

Alodya merapihkan apartemennya sambil mendengarkan beberapa lagu natal. Hanya ada lagu natal di apartemennya, tidak ada pohon natal, hadiah dan makan malam hangat bersama keluarga di tempat tinggalnya. Hanya dirinya yang sedang merapihkan apartemennya walaupun tidak ada yang harus dia rapihkan. Alodya sudah terbiasa dengan semua kesendirian ini. Lebih baik sendiri dari pada dia ikut perkumpulan keluarga yang diadakan di rumah Kakeknya. Walaupun dia tahu kalau saat ini semua orang di sana sedang mencarinya karena dia adalah pemeran utamanya.

 Wanita muda yang berhasil menyelamatkan Cronwcorp dari kebangkrutan dan membuat perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan terbesar di Eropa, mengalahkan perusahaan keluarga Daddynya yang bergerak di bidang medis. Dia mempertaruhkan seluruh waktu dan hidupnya untuk menyelamatkan satu-satunya peninggalan Maminya. Dulu Crowncorp adalah perusahaan Maminya yang dia bangun dengan kerja keras dari uang tabungan yang di kumpulkan dengan susah payah. Maminya hanya anak yatim piatu jadi dia selalu berusaha sendiri. Setelah kepergiannya, perusahaan itu mendadak mengalami banyak kerugian dan keluarga Daddynya sama sekali tidak peduli, karena dari awal Kakeknya tidak pernah menyetujui pernikahan Daddy dan Mami Alodya tetapi Daddynya membantah dan tetap menikah, tetapi, akhirnya semua itu berujung kepada kematian. Kematian Maminya yang tidak jelas alasannya. Polisi tidak bertindak jauh dan mengatakan jika itu hanya kasus bunuh diri. Dia tidak akan percaya begitu saja karena dia tahu salah satu anggota keluarganya adalah pembunuhnya.

“Prangg!!…”Suara gelas jatuh mengalihkan lamunan Alodya. Suara itu berasal dari dapurnya.

Alodya mengerutkan dahinya. Dia bangkit dari sofa dan mengambil sesuatu di bawah sofanya. Sebuah pistol hitam dengan peluru yang masih penuh. Dia tahu bahwa menyembunyikan beberapa pistol di apartemennya adalah keputusan yang tepat.

Alodya menyembunyikan pistol itu dibelakang punggungnya. Dia melangkah menuju dapur dengan hati-hati, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang pria berdiri di depannya dengan pisau di todongkan kepadanya. Alodya tersenyum sinis.

“Berlutut sekarang juga di depanku,” ancam pria itu sambil menodongkan pisaunya.

Alodya menampakkan pistol dari belakang punggungnya dan menarik pelatuknya. Peluru itu tepat mengenai tangan pria itu. Pisau yang berada di tangan Pria itu pun langsung terjatuh ke lantai dan dia meringis.

“Apakah itu menyakitkan? Seharusnya jika ingin melakukan pembunuhan, lebih baik membawa pistol daripada pisau,” jelas Alodya dengan tatapan dinginnya.

Pria itu masih meringis.

“Sedang apa kau di sini Gerald? Kau merindukan Step sistermu ini?”

Pria itu langsung menatap Alodya dengan tatapan terkejut. ”Bagaimana kau bisa tahu?” Dengan nada gemetar.

Gerald sempat tidak menyadarinya tetapi teranyata Alodya benar-benar menakutkan.

Alodya kembali menarik pelatuk dan menembakkannya ke arah kaki Gerald sampai membuat dia jatuh berlutut. ”Jangan pernah main-main denganku.”

Alodya mendekati Gerald dan mengambil pisau Gerald yang tadi terjatuh. Alodya ikut berlutut di depan Gerald dan menatapnya. ”Apakah kau mengenal Clarissa?”

Gerald terlihat terkejut mendengar nama itu. ”Ya, aku tahu nama itu.” Dia pernah mendengar nama itu karena dia pernah mencoba membunuh orang bernama Clarissa itu.

Alodya menunjukkan senyuman menyeramkannya itu. ”Dia Mamiku dan aku tahu kau pernah mencoba membunuhnya. Kau juga sekarang mencoba membunuhku bukan?”

Gerald menelan air liurnya. Kerongkongannya terasa kering. Dia ketakutan.

Alodya menusukkan pisau yang dia pegang ke perut Gerald dan membuat Gerald berteriak keras. ”How about if you die now, you don’t have to be your mom’s lackeys?” bisik Alodya dengan nada dingingnya.

Gerald menatap Alodya dengan tatapan takut dan sedih. ”Alo…Du…lu kau tidak se…perti i..ni.” Sedetik kemudian, Gerald langsung terjatuh ke lantai.

Alodya mencabut pisau itu dan menatap nanar Gerald. ”Ya karena aku sudah berubah.” 

Alodya mengambil ponselnya dan menelpon David. ”Halo David. Cepat kerumahku sekarang.”

David adalah dokter pribadinya dan Alodya tidak mungkin membunuh seseorang, Dia hanya ingin membuat Gerald sadar dia berurusan dengan siapa walaupun caranya menyeramkan tetapi inilah dia. Dia memang menyeramkan.

David sedikit terkejut melihat Gerald tergeletak di lantai dengan Alodya yang sedang berusaha menghentikan pendarahan Gerald. Dia langsung menghampiri Gerald dan memeriksanya. ”Untung saja lukanya tidak terlalu dalam dan untung saja kau menghentikan pendarahannya tetapi lukanya harus segera di jahit.”

Alodya menjauhkan tangannya dari perut Gerald. ”Ya sudah jahit saja di sini. Oh dan jangan lupa keluarkan peluru di tangan dan kakinya.”

David menghela napas. ”Aku akan meminjam ruang medismu dan kau harus membantuku. Aku tidak bisa melakukannya sendiri.”

Alodya mengangguk dan akhirnya mereka berdua mengangkat Gerald ke ruang medis yang ada di dalam apartemen Alodya. Alodya dan David sudah mengenakan baju operation komer, masker dan sugical cap nya. Lalu mereka berdua memulai operasinya.

“Untung saja kau tidak menusuknya terlalu dalam,” ucap David sambil menjahit luka Gerald. Sedangkan Alodya sedang mengeluarkan peluru yang berada di tangan Gerald.

Lihat selengkapnya