The Wounded Soul

Risa Chamdiah
Chapter #7

CHAPTER 4 (Gerald)

Aaron menatap sekeliling ruangan dengan terkesima. Apartemen Alodya benar-benar rapih dan bersih. Semuanya berwarna putih tetapi ada satu yang benar-benar menarik perhatiannya. Sebuah foto dengan bingkai putih yang besar berisikan foto Alodya, seorang wanita cantik dan seorang pria yang bisa Aaron pastikan bahwa mereka adalah orang tua Alodya.

Namun, bukan itu yang membuatnya tertarik tetapi jas putih yang di pakai oleh Alodya, jas putih itu seperti snelli dokter. Di foto itu Alodya terlihat tersenyum bahagia, senyumannya sangat bahagia dan tatapannya sangat hangat. Aaron ikut tersenyum ketika melihat Alodya tersenyum di foto itu.

Suara cangkir yang di letakkan di atas meja mengagetkan Aaron yang sedang sibuk menatap foto itu. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke Alodya yang sedang duduk di hadapannya dan melayangkan tatapan bertanya.

Aaron tahu maksud tatapan itu. ”Saya hanya ingin lihat-lihat saja,” katanya mencoba mengelak.

Alodya menyandarkan punggungnya di sofa dan melipatkan kedua tangannya di depan dada. ”Aku hanya ingin bilang kalau aku tahu siapa kau dan niat kau di sini. Aku tahu kau masih menyelidiki kasus kematian Gerald tetapi lebih baik kau menjauh dari kasus ini karena jika kau masih melanjutkan kasus ini berarti kau berurusan denganku.”

Aaron menatap balik Alodya dengan intens. ”Kenapa aku harus menghentikannya? Memangnya kau siapa bisa menghentikanku seperti itu?”

Alodya kembali menunjukkan tawa sinisnya. ”Aku memiliki segalanya dan aku bisa melakukan sesuatu yang tidak akan pernah kau bayangkan. Bahkan jika kau mau aku bisa membuat daddy mu di pecat dari Broklyn Hospital.”

Rahang Aaron mengeras, wanita di depan benar-benar menyebalkan. Dia tarik semua belas kasihan yang tadi dia rasakan. ”Baik aku akan menghentikan kasus ini jika kau bisa menjawab pertanyaan ku dengan jujur.”

Alodya hanya mengangguk arogan sebagai jawaban.

“Apakah kau membunuh Gerald?” tanya Aaron dengan tatapan menelusur.

“Ya, aku membunuhnya dan aku bisa membunuh semua orang yang mencari masalah denganku,” tukas Alodya dengan sedikit penekanan di akhir kalimat.

Aaron tersenyum lebar.”Kau berbohong.”

Sebelum Alodya sempat mengatakan sesuatu suara pintu kamar yang terbuka membuat mereka berdua terdiam.

Kamar tamu yang berada di sebelah kanan ruang tamu terbuka dan menampakkan seorang pria dengan pakaian baju tidur menatap mereka dengan wajah bingung.

“Oh sepertinya aku mengganggu.”

Aaron mengerutkan alisnya. Dia mengenal pria di depannya ini. Sementara, Alodya terdiam di tempatnya sambil memejamkan matanya dan menghembuskan napas kesal.

Aaron bangkit dan mendekati pria itu yang masih berdiri di depan pintu. ”Bukannya kau Gerald?” tanyanya dengan nada bingung.

Gerald hanya tersenyum dan menggaruk dahinya yang tidak gatal. Seharunya dia tidak keluar kamar karena Alodya memerintahnya untuk tidak keluar kamar jika ada tamu tetapi dia begitu lapar dan ingin mengambil beberapa makanan di dalam kulkas. Dia juga mengira kalau pria itu David karena suaranya sangat mirip.

Sebelum Gerald menjawab Aaron. Alodya langsung menyela. ”Sepertinya aku tertangkap basah. Bisakah kau kembali duduk di sofa Aaron? Dan kau Gerald, aku tahu kau lapar jadi silahkan pergi ke dapur dan jangan ganggu kami berdua,” perintahnya.

Aaron kembali duduk di sofa dan menatap bingung Alodya. ”Jadi bisakah anda jelaskan semua ini Nona Alodya?” tanyanya dengan tatapan memaksa.

Alodya menghembuskan napasnya lagi dan lagi. ”Oke sebelumnya tolong jangan terlalu formal denganku jika kita tidak di kantor, panggil saja aku Alodya. Jadi aku memang sempat melukai Gerald karena Gerald berencana membunuhku, tetapi karena kebaikan hatiku. Aku memutuskan menolong pria bodoh itu,” jelasnya dengan singkat.

  Aaron memejamkan matanya sejenak dan memijat pelipisnya.

“Sebaiknya kau minum dulu teh yang aku buat sebelum tehnya dingin,” tukas Alodya.

Aaron menyeruput teh buatan Alodya.

“Apakah detektif mau jika membantuku?” tanya Alodya sambil menatap entah kemana.

Aaron langsung menatap Alodya dengan sedikit terkejut karena wanita arogan seperti dia bisa meminta tolong juga rupanya. ”Kau ingin meminta bantuan? Bukannya kau habis mengancamku beberapa menit yang lalu.” Sambil tertawa kecil.

Lihat selengkapnya