The Wounded Soul

Risa Chamdiah
Chapter #8

CHAPTER 5 (Pemakaman)

Hari ini adalah hari minggu dan Alodya memutuskan untuk tidak datang ke kantor, walaupun sebenarnya dia selalu datang ke kantor setiap hari untuk menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk. Selama sepuluh tahun tidak ada waktu libur untuknya karena jika ada waktu libur, dia tidak akan dapat membuat Crowncorp menjadi sebesar ini. Dia harus membuat banyak pengorbanan untuk melakukannya.

Alodya mendudukkan dirinya di kursi sambil memeriksa ipadnya. Dia mungkin tidak datang ke kantor tetapi dia akan melakukan pekerjaannya di rumah. Alodya tetaplah manusia ambisius yang tidak akan meninggalkan pekerjaan. Hari ini dia memutuskan untuk tinggal di rumah karena ada suatu hal yang harus dia lakukan.

“Oh kau sudah bangun?” tanya Gerald sambil mendudukan dirinya di hadapan Alodya.

Biasanya meja makan ini hanya akan menjadi pajangan tetapi hari ini, meja makan sedikit terlihat lebih ramai dengan makanan-makanan. Gerald tertegun menatap Alodya dan tidak percaya jika Alodya yang memasaknya.

Alodya menaruh ipadnya di atas meja dan balik Gerald. ”Aku tahu kau tidak percaya jika aku yang memasaknya tetapi kenyataannya memang aku yang memasaknya. Cobalah,” suruh Alodya sambil mengambil beberapa sup jagung buatannya dan garlic bread yang harum.

Gerald masih diam saja dan menatap Alodya tidak percaya. Dia kira wanita pekerja seperti Alodya tidak akan bisa masak.

Alodya mendengus dan kembali menatap Gerald. ”Cepat ambil sebelum dingin,” cetusnya tegas.

Gerald menyunggingkan seulas senyuman kecil dan mengambil sup di hadapannya.

Mereka sibuk dengan makanannya masing-masing dan tidak ada ucapan yang keluar dari mulut mereka. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk.

Suara bel apartemen menghentikan kegiatan makan Alodya. Dia bangkit dan melangkah menuju pintu apartemennya. Ketika dia membuka pintu tersebut, dia melihat Aaron, Nessa dan David berdiri sejajar di depan pintu apartemennya.

Alodya melihat mereka dengan tatapan bingung. ”Bagaimana bisa kalian datang bersamaan?” Sambil menunjuk mereka bertiga dengan jari telunjuknya.

Mereka saling menatap lalu Nessa yang menjawab pertanyaan Alodya. ”Kami bertemu di bawah dan sepertinya aku butuh penjelasanmu kenapa Aaron ikut dalam rencana rahasia kita ini.” Tanpa dipersilahkan masuk, Nessa melangkah masuk melewati Alodya yang masih berdiri di depan pintu.

“Kalian berdua juga masuk, aku sudah menyiapkan sarapan,” tukas Alodya sambil melangkah masuk dengan Aaron dan David yang mengikutinya dari belakang.

Sebenarnya Aaron sedikit terkejut melihat Alodya dengan celana jeans dan sweater berwarna coklat mocca dengan rambut yang di cepol tidak karuan, Alodya terlihat seperti seorang remaja yang naif. Namun, tatapan dingin Alodya benar-benar merusak penampilan naif nya.

“Jangan tertipu dengan penampilannya. Dia menyeramkan.” bisik David di telinga Aaron sampai membuat Aaron terkejut.

Aaron sepertinya tertangkap basah menatap Alodya yang sedang berjalan di depannya. Dia hanya tersenyum malu dan mengusap tengkuk lehernya.

“AAaaaaaa!!!Oh My God..”Suara teriakan Nessa membuat mereka bertiga melangkah cepat menuju ruang makan.

Alodya menatap Nessa dengan khawatir. ”Ada apa?Apa yang terjadi?”Di ikuti dengan Aaron dan David yang menatap Nessa dengan bingung.

Nessa melebarkan matanya dan menatap Alodya dengan tidak percaya. ”Kau memasak? Setelah sepuluh tahun lamanya akhirnya kau memasak lagi,” ucapnya tak percaya membuat Alodya menghembuskan napasnya dan ingin sekali melempar Nessa dengan sepatunya.

Gerald yang sedang sibuk dengan makanannya, langsung menatap Nessa. ”Aku kira kau terkejut karena melihatku.”

Nessa berkacak pinggang di depan Gerald. “Untuk apa aku terkejut. Aku tahu semua yang di lakukan Alodya termasuk memalsukan kematian mu. Aku juga melihat mu tiga hari yang lalu saat menginap di sini. Kau memang tidak berpengalaman dalam bersembunyi.”

Gerald menatap Nessa sebentar dengan kesal lalu kembali sibuk dengan makanannya.

“Oke ada baiknya kalian bertiga duduk dan makan supnya. Aku ingin ke kamar sebentar,” perintah Alodya.

Aaron, David dan Nessa mengangguk dan menuruti perintah Alodya.

Nessa terus menatap Aaron dan membuatnya sedikit risih. Aaron balik menatap Nessa dengan tatapan bertanya.

Nessa meletakkan sendoknya dan mengusap mulutnya dengan tisu. ”Jadi kenapa kau bisa bergabung dengan tim ini?” tanya Nessa dengan tatapan menuntut.

“Sebenarnya aku seorang detektif dari kepolisian dan aku berpura-pura menjadi sekretaris untuk menyelidiki kematian Gerald…”

Nessa menatap Aaron dengan marah, sementara Gerald hanya menatap Aaron dengan acuh.

“Kau-” Sebelum Nessa melanjutkan amarahnya David langsung memotong.

“Dengarkan dia sampai selesai Nes,”tukas David dengan bijak.

Nessa hanya menghembuskan napas keras dan tidak jadi melanjutkan kalimatnya.

Aaron berdeham canggung dan kembali melanjutkan penjelasannya. ”Awalnya aku kira tidak akan ketahuan dan ternyata sebelum dua puluh empat jam, Alodya sudah mengetahui semuanya. Intinya aku tidak lagi menyelidiki kasus Gerald dan sekarang aku membantu Alodya untuk menyelidiki kasus Nona Clarissa,” jelasnya dengan singkat.

Nessa menatap sinis Aaron.  ”Aku harap kau tidak macam-macam jika tidak mau mati. Kau harus tahu kalau Alodya lebih kejam dari pada yang kau tahu.”

Aaron hanya terdiam dan menjawab ancaman Nessa dengan anggukkan.

Alodya menghampiri meja makan sambil merapihkan rambutnya.

Lihat selengkapnya