Nessa membolak-balik majalah yang dia baca dengan geram. ”Kenapa mereka lama sekali. Apakah mereka berkencan?!” Entah Nessa bertanya dengan siapa tetapi dia terlihat sangat kesal.
David yang sedang memainkan ponselnya hanya menatap Nessa sejenak dan kembali fokus dengan ponselnya. Dia tidak ingin berurusan dengan Nessa yang sedang terlihat kesal karena David tidak ingin membahayakan dirinya.
Gerald yang dari tadi acuh akhirnya membuka suara. ”Mungkin mereka memang kencan,” ucapnya tanpa rasa takut.
Nessa membalas jawaban Gerald dengan mata melebar dan dia langsung melempar majalah yang dia pegang ke arah Gerald. Majalah itu mengenai kepala Gerald sampai membuat Gerald meringis.
“Jangan berbicara yang aneh-aneh!” teriak Nessa, lalu dia melangkah pergi entah kemana. Mungkin mencari air dingin di kulkas.
David tertawa kecil. Keputusannya untuk tidak ikut campur adalah keputusan yang benar.
Gerald menatap kepergian Nessa sambil menggeleng. Dia tidak habis pikir kenapa ada wanita kasar seperti itu. ”Dia benar-benar kasar,” gumamnya sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit.
Alodya berdiri di depan apartemant The Art Council sambil menatapnya nanar. Jantungnya sedikit berdegup kencang dari biasanya. Tadi malam seseorang menelponnya dan memintanya untuk datang ke apartemant ini.
“Kau harus datang Alodya. Aku menunggumu, ini sangat penting.”
Kalimat itulah yang membuat dirinya datang. Ini adalah pertama kalinya Alodya kembali bertemu dengan seseorang yang menelponnya itu setelah sepuluh tahun lamanya.
“Ayo. Kenapa kau hanya berdiri di sini saja?” tanya Aaron.
Alodya mengangguk dan melangkah masuk ke gedung apartemen bersama Aaron. Sebelum Alodya menghampiri resepsionis, dia melihat seorang wanita dengan potongan rambut pendek menatapnya dari ruang tunggu di lobi. Dia mengurungkan niatnya untuk ke resepsionis dan menghampiri wanita itu dengan ekspresi yang tak bisa di jelaskan.
“Hei Sarah. Sudah lama kita tidak bertemu.” Sambil mengulurkan tangannya.
Sarah tersenyum canggung dan menyambut uluran tangan itu. ”Hei juga Alodya. Lebih baik kita bicara di lobi saja. Silahkan duduk.”
Alodya mendudukkan dirinya di sofa.
Sarah beralih menatap Aaron yang masih setia berdiri dan mengalihkan tatapannya ke Alodya. ”Apakah pria ini temanmu? Bisakah kita hanya berbicara berdua?”
Alodya menatap dingin Sarah. ”Biarkan dia di sini.”
Alodya beralih menatap Aaron. ”Kau bisa duduk detektif.”
Akhirnya Aaron mendaratkan bokongnya di samping Alodya.
“Jadi aku memintamu ke sini karena ada hal yang serius yang harus kau tahu. Sebenarnya mantan suamimu tidak pernah berniat meninggalkanmu. Dia meninggalkanmu karena dia sedang merencanakan sesuatu. Jika kau ingat, lima tahun yang lalu saat Crowncorp sedang dalam masalah dan mencari perusahaan yang ingin bekerja sama. Perusahaan yang membantu mu adalah Merboscorp, itu adalah perusahaan yang Reynold bangun sejak lama di Amerika. Dia memang tidak pernah memberitahumu, yang kau tahu adalah Reynold direktur pemasaran di Broklyn Company dan orang kepercayaan Mr. Broklyn,”jelas Sarah.
Aaron membeku di tempatnya ketika mendengar Alodya memiliki mantan suami. Dia tidak mengerti tetapi rasanya tidak nyaman mendengar ini semua.
Alodya masih mempertahankan tatapan dinginnya. ”Hanya itu yang ingin kau katakan?”
“Bukan hanya itu. Sebenarnya Reynold meninggalkanmu bukan karena masa lalumu. Aku berbohong karena Reynold yang menyuruhku. Dia meninggalkanmu karena ada sesuatu hal yang penting.”