Reynold tidak pernah menyangkan jika dirinya akan kembali. Dia akan pulang ke rumahnya, bertemu dengan wanita yang dia cintai. Ya, dia mencintai Alodya tetapi dia tidak yakin jika wanita itu masih menerimanya atau tidak. Dia takut jika Alodya menbencinya karena dia sadar kalau dia meninggalkan Alodya ketika keadaannya sedang berantakan. Jika Alodya pikir Reynold meninggalkannya karena masa lalunya, itu salah besar. Ya, Reynold mengetahui masa lalu Alodya yang membunuh Profesor Richard. Dia tahu itu sejak lama, bahkan sebelum dirinya menikah dengan Alodya karena saat itu dia adalah orang kepercayaan Mr. Broklyn, dia lah yang menyelesaikan seluruh kasus itu. Tetapi Alodya tidak pernah tahu jika Dia mengetahui segalanya.
Reynold tidak menyangka jika saat dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ballroom, dia akan langsung bertatapan dengan Alodya, yang pertama dia sadari dari tatapan Alodya adalah wanita itu sangat terluka. Reynold ingin sekali merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya. Alodya sudah banyak berubah. Dia sadar bahwa tatapan hangat Alodya sudah menghilang, hanya ada tatapan dingin. Alodya terlihat dingin, rapuh dan tak tersentuh. Wajah bahagia dan ceria Alodya sudah menghilang. Reynold masih terus menatap Alodya. Wanita itu menjadi sangat kurus dan wajah cantik terlihat sangat pucat.
Reynold tidak mengerti tetapi semua terasa begitu cepat. Alodya terlihat linglung dan tiba-tiba saja wanita itu sudah jatuh pingsan. Tanpa berpikir panjang Reynold langsung mengikuti mereka yang membawa Alodya keluar dari ballroom.
Ambulan datang tidak lama kemudian. Petugas ambulan mengangkat Alodya ke atas ranjang darurat dengan beberapa karyawan dan Nessa yang ikut melihat Alodya dimasukkan ke dalam mobil ambulans.
“Siapa yang akan ikut? Hanya satu orang yang boleh ikut mengantar pasien,” tukas Petugas ambulans.
Nessa yang tadinya akan mengatakan akan ikut langsung tertahan ketika terdengar suara berat dari belakangnya dan membuat matanya membulat ketika melihat siapa yang berbicara.
“Saya akan ikut. Saya suaminya,” cetus Reynold tanpa berpikir panjang dia langsung masuk ke dalam ambulans.
Ucapan Reynold mengejutkan beberapa karyawan yang tadi membantu mengangkat Alodya dan itu juga mengejutkan Nessa setengah mati.
“Kalian masuk ke dalam sekarang. Saya akan menyusul Nona Alodya dan saya harap kalian pura-pura tidak mendengar apa yang pria tadi katakan.” Dengan nada memerintah.
Para karyawan mengangguk mengerti dan kembali ke dalam, sementara Nessa melangkah menuju basemant untuk mengambil mobilnya.
Reynold menggenggam tangan Alodya sambil menatap rindu wanita itu. Wanita itu terpejam dengan alat bantu pernapasan yang menutupi mulutnya. Reynold sadar jika wanita di hadapannya sangat kelelahan. Selama di New York dia tahu apa saja yang di kerjakan Alodya dari David sahabat Alodya. Reynold tahu seberapa keras Alodya berusaha mempertahankan Crowncorp. Seharusnya dia berada di sisi Alodya tetapi dia malah menghilang. Reynold tahu jika Alodya sering tidak memperdulikan rasa sakitnya.
***
Alodya mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Bau obat-obatan dan anestesi memenuhi rongga hidung Alodya. Dia menaikkan bagian atas ranjang dengan remot dan perlahan-lahan mengubah posisinya agar sedikit duduk. Alodya menyandarkan punggungnya ke bantal dan mengambil ponselnya yang berada di saku jasnya. Dia memeriksa e-mail yang masuk, lalu melihat kearah jam tangannya. Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Sepertinya dia pingsan terlalu lama.
Pintu ruangan terbuka dan seorang pria yang tidak ingin Alodya lihat masuk menghampiri Alodya yang tidak sadar akan keberadaannya karena sibuk dengan ponsel.
“Kau harus istirahat,” tukasnya membuat Alodya langsung mengalihkan tatapannya ke sumber suara.
Tidak ada tatapan terkejut dari Alodya tetapi hanya sebuah tatapan dingin yang menusuk. Reynold benar bahwa Alodya sudah banyak berubah selama rentang waktu sepuluh tahun.