The Wounded Soul

Risa Chamdiah
Chapter #12

CHAPTER 9 (She is Know)

Nessa masuk ke dalam apartemen Alodya dengan langkah berat dan membuat Alodya yang sedang terduduk di sofa langsung menatap Nessa heran. Sudah seminggu dia tidak bertemu Aaron dan sudah seminggu juga dia memutuskan untuk tidak datang ke kantor. Dia hanya ingin istirahat, tetapi dia tetap memantau pekejaan dari rumah walau dia harus sedikit merepotkan Nessa.

Nessa melemparkan tubuhnya ke sofa panjang di hadapan Alodya. ”Sampai kapan kau akan di rumah? Aku bosan bekerja sendirian di kantor. Tidak ada wanita dingin dan bawel lagi di kantor. Aku jadi kesepian,” ucapnya sambil tersenyum sedih ke arah Alodya.

Alodya kembali mengalihkan matanya ke buku jurnal bisnis yang sedang dia baca. ”Mungkin besok aku akan kembali. Aku hanya ingin beristirahat. Segalanya terlalu berat dan melelahkan untukku”

Nessa menghembukan napas lembut. ”Baiklah kalau begitu kau tidak usah bekerja. Terserah kau mau libur sampai kapan. Kau harus beristirahat setelah sepuluh tahun berjuang,” tukasnya sambil tertawa kecil.

Alodya menutup bukunya dan tertawa geli mendengar ucapan Nessa. ”Kalau seperti itu nanti perusahaan ku akan bangkrut. Apalagi jika kau yang memegangnya untuk sementara.”

Nessa hanya dapat mendengus kesal mendengar ucapan Alodya. Dia membuka ponselnya dan lagi-lagi menemukan pesan dari Aaron. Dia menghela napas keras. ”Sebenarnya ada apa dengan Aaron. Jika dia khawatir kenapa tidak datang ke sini dan bertanya langsung padamu. Sudah seminggu ini, dia selalu mengirimkan pesan untuk menanyakan kabarmu.” Dengan nada mencibir.

Alodya menatap Nessa dengan tatapan yang sulit di jelaskan. ”Biarkan saja dia. Hapus saja pesannya jika kau merasa terganggu.”

Nessa menatap Alodya bingung dan sedikit kesal. ”Bisakah kali ini kau membuka hatimu? Menurutku Aaron adalah pria yang baik,” sarannya dengan alis berkerut.

“Ya, dia pria yang baik karena itu aku tidak akan mendekatinya karena aku tidak mau dia masuk ke dalam kehidupanku,” tukas Alodya dengan nada datar.

Nessa tertegun mendengar ucapan Alodya.

“Kehidupanku terlalu sulit untuk seseorang seperti dia. Aku tidak akan pernah membuka hatiku untuk siapa-siapa. Aku akan seperti ini sampai aku mati.” Lanjut Alodya, lalu dia melangkah pergi masuk ke dalam kamarnya.

Nessa masih terdiam di tempatnya. Dia tidak pernah mengira Alodya akan berpikir sampai sejauh itu. Menurut Alodya membuka hatinya sama dengan membuka seluruh rahasia hidupnya dan masalah yang mengikutinya.

 

Aaron menatap lembaran kertas di depannya. Hanya beberapa berkas tentang Clarissa yang dia dapatkan. Ketika dia bertanya dengan Mr. Wang, atasannya dulu. Mr. Wang mengatakan bahwa memang itu berkas yang ada karena penyelidikan tidak berlajan lama setelah ditemukan bukti bahwa Clarissa bunuh diri dengan mengemudikan mobil keluar jalur dan masuk ke dalam jurang. Jenazahnya ditemukan beberapa hari setelah pencarian. Walaupun jenazah tidak bisa di identifikasi karena sudah bengkak dan mulai membusuk tetapi ada tanda pengenal berupa kalung yang di pakai jenazah. Kalung itu adalah kalung pernikahan yang diberikan Ryan kepada Clarissa. Setelah itu, kasus di tutup tanpa diselidiki terlalu jauh.

Namun, Mr. Wang mengatakan bahwa ada beberapa kejanggalan. Saat mobil yang di kendarai Clarissa di periksa. Ternyata mobil tersebut mengalami kerusakan di bagian rem dan beberapa kerusakan dibagian mesin. Orang mekanik mengatakan bahwa kerusakan itu bukan kerusakan alami tetapi kerusakan yang dikarenakan oleh tangan manusia. Kejanggalan juga ditemukan dengan sidik jari Clarissa yang tidak ditemukan di kemudi mobil, tidak berhenti sampai di situ. Kejanggalan selanjutnya adalah keanehan pihak keluarga Broklyn yang tidak ingin kasus ini diselidiki lebih jauh. Bahkan ketika Mr. Wang melaporkan adanya kejanggalan terhadap kasus, kepolisian hanya diam dan meminta kasus ini di tutup karena mereka hanya ingin Clarissa beristirahat dengan tenang. Bahkan atasan dari kepolisian kota London sampai turun tangan untuk menutup kasus ini.

Mr. Wang yang sejak tadi duduk di hadapan Aaron akhirnya membuka suara. ”Aku harap kau tidak akan menyelidikinya lagi karena waktu itu saat aku memaksa dan menyelidikinya diam-diam. Aku hampir saja mati, mungkin kau akan berpikir bahwa itu hanya kebetulan. Tetapi aku ingat sekali bahwa waktu itu aku hampir saja mati tertusuk, hampir tertabrak truk, hampir tenggelam dan semua itu terjadi ketika aku bersikeras untuk menyelidiki kasus ini.”

Aaron menatap nanar Mr. Wang. ”Tetapi aku harus melakukannya.”

Mr. Wang menepuk bahu Aaron. ”Aku harap kau hati-hati.” Lalu dia bangkit dan meninggalkan Aaron di tempatnya.

Aaron mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. Nada sambung terganti dengan suara serak pria.

“Halo Aaron.”

“Halo. Bisakah besok kita bertemu?”

***

Alodya melepaskan helmnya dan turun dari motor besar berwarna hitam dengan merek Harley Davidson. Seluruh karyawan Crowncorp yang akan melangkah masuk ke dalam gedung menatap Alodya dengan mata terpukai. Alodya memang jarang memakai motornya tetapi hari ini dia ingin mencari angin segar dengan mengendarai motornya. Sudah beberapa tahun ini dia tidak mengendarai motor kesayangannya. Namun, mulai hari ini dia akan kembali mengendarai motor kesayangannya ini.

Alodya melepas jaket hitamnya tanpa memperdulikan tatapan terpukai dari setiap karyawan yang membungkuk hormat kepadanya.

Seorang security mendekati Alodya dan membungkuk hormat. ”Selamat pagi Nona Alodya. Apakah motor ini akan di parkir di sini atau ingin dipindahkan ke basemant?” tanyanya sopan.

“Pindahkan saja ke basemant tapi nanti jangan lupa untuk membawa motor ini kembali ke atas saat sudah jam delapan malam.” Perintahnya sambil menyerahkan kunci motornya kepada security.

Lihat selengkapnya