The Wounded Soul

Risa Chamdiah
Chapter #14

CHAPTER 11 (Taman)

Aaron duduk di hadapan Mr. Wang. ”Informasi penting apa yang kau temukan Mr. Wang?”

Mr. Wang mengeluarkan beberapa foto dan menyerahkannya kepada Aaron. ”Sebenarnya aku tidak ingin terlibat dengan kasus ini lagi tetapi sepertinya aku tidak bisa tinggal diam karena kasus ini benar-benar menarik,” tukasnya.

Aaron mengambil foto itu dan matanya membulat. ”Bagaimana bisa ada Nona Clarissa di belakangmu?” tanyanya dengan bingung

“Dua tahun yang lalu aku datang ke pesta pernikahan saudara ku di Paris dan seperti selayaknya seorang keluarga, aku berfoto bersama. Awalnya aku tidak sadar tetapi ketika aku ingin mencetak foto ini, I realise there is something wrong, Aku melihat Nona Clarissa ada di foto itu. Saat aku tanyakan kepada saudaraku, dia bilang itu adalah salah satu tamu dan namanya adalah Corald. Wanita itu bekerja di cafe saudaraku. Keesokan harinya saat aku ingin bertemu dengan wanita itu, saudaraku bilang wanita itu sudah berhenti dari pekerjaannya dan dia tidak tahu dimana alamat wanita itu tinggal. Aku tidak ingin mengatakannya karena aku mungkin salah lihat tetapi aku pikir bisa saja ini menjadi titik terang dari kasus ini,” jelas Mr. Wang yang membuat Aaron terdiam.

Aaron kembali menatap foto itu dengan bingung. ”Jadi menurutmu bisa saja Nona Clarissa masih hidup?”

Mr. Wang mengangguk.

“Jika Nona Clarissa masih hidup, jenazah siapa yang ada di makam Nona Clarissa?”

Mr. Wang menatap Aaron dengan serius. ”Kita tidak pernah tahu karena jenazah itu juga tidak di otopsi. Hanya sebuah kalung yang membuktikan bahwa itu adalah Nona Clarissa. Keluarganya juga meminta untuk menutup kasus ini.”

Aaron terdiam, dia merasa lidahnya kelu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Alodya jika dia mengetahui semua hal ini. Aaron hanya takut Alodya tersakiti lagi. Dia berjuang dan melakukan semuanya karena dia kira Clarissa sudah mati di bunuh. Alodya bekerja keras untuk Crowncorp dan mencari pembunuh Clarissa tetapi jika seperti ini dia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Alodya.

“Aku akan terbang ke Paris besok. Bisakah kau membantu ku untuk mendapatkan cuti?”ntanya Aaron.

Mr. Wang mengangguk. ”Baiklah, aku akan membantumu. Aku harap kau bisa mendapatkan titik terang dari masalah ini.”

***

Alodya duduk di kursi putarnya sambil mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Hari ini dia banyak sekali pekerjaan hanya karena beberapa hari ini dia tidak fokus. Pekerjaannya benar-benar menumpuk. Alodya memilah-milah lembaran kertas di mejanya. Ada banyak sekali dokumen yang harus dia tanda tangani. Sepertinya dia sudah berkali-kali menandatangi dokumen-dokumen itu tetapi sama sekali tidak ada habisnya sampai membuat tangannya lelah.

Ponsel Alodya berdering dan menghentikan kegiatannya. Alodya melihat nama Aaron di layar ponselnya, lalu dia langsung menggeser tanda hijau di layar ponselnya.

“Halo detektif,” sapa Alodya sambil mengapit ponselnya di antara telinga dan bahunya lalu melanjutkan pekerjaannya.

“Bisakah kita bertemu malam ini di taman depan apartemen mu?” tanya Aaron di seberang sana dengan hati-hati.

“Baiklah nanti malam jam sebilan.”

“Ya sudah. Maaf mengganggu, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu. Semangat Alodya,” ucap Aaron, lalu dia langsung mematikan telponnya.

Alodya tidak tahu mengapa tetapi ketika mendengar Aaron menyemangatinya, dia tersenyum senang.

 

Alodya duduk di bangku taman sambil menatap langit. Sudah pukul sembilan lewat lima belas tetapi Aaron masih belum menampakkan dirinya. Sebenarnya dia tidak suka dengan keterlambatan dan biasanya dia akan pergi jika orang yang dia temui terlambat seperti ini tetapi entah mengapa dia ingin menunggu kedatangan Aaron.

Alodya merapatkan mantelnya karena udara bertambah dingin, tiba-tiba dia merasakan sebuah benda hangat menempel pada pipinyaa. Alodya langsung menengok ke samping.

“Aku kira siapa ternyata kau,” ucap Alodya sambil menghela napas.

Aaron tersenyum dan mengambil tempat di samping Alodya. ”Maaf telat, tadi aku mampir ke kafe untuk membeli kopi dan roti. Ini kopimu, aku tahu kau suka kopi latte hangat,” tukas Aaron sambil memberikan kopi itu kepada Alodya.

Seulas senyuman terlihat di bibir Alodya. ”Terima kasih tapi bagaimana kau tahu kopi kesukaanku?” Sambil mengambil kopi pemberian Aaron.

“Aku bertanya pada Nessa,” jawabnya singkat lalu Aaron meminum kopinya.

“Jadi apa yang ingin kau katakan kepadaku?” tanya Alodya sambil memegang gelas kopi dengan kedua tangan untuk menghangatkan.

Aaron tersenyum tenang dan menatap Alodya. ”Hanya ingin saja.”

Alodya tersenyum kecil. ”Benarkah hanya ingin saja? atau kau rindu padaku detektif?” cibir Alodya.

Aaron tertawa kecil. ”Sepertinya kau banyak berubah dan menjadi semakin narsis.”

Senyuman Alodya tiba-tiba saja menghilang. ”Ya sepertinya aku memang banyak berubah. Jadi sekarang waktunya serius, kenapa kau memanggilku?” tanya Alodya sambil menatap Aaron tepat di mata.

“Besok aku akan pergi ke suatu tempat karena ada beberapa urusan dari kepolisian.”

Sebenarnya Aaron tidak ingin berbohong tetapi ini lebih baik dari pada mengatakan yang sebenarnya.

Alodya sedikit sedih mendengar bahwa Aaron akan pergi tetapi dia mencoba untuk menutupinya. ”Aaahh, baiklah hati-hati. Semoga kau baik-baik saja,” ucap Alodya dengan nada sedikit canggung.

“Mungkin untuk beberapa hari aku tidak bisa membantu.”

Alodya tersenyum tenang. ”Tidak apa apa seharusnya aku minta maaf karena memintamu untuk membantuku. Sepertinya aku harus masuk sekarang karena besok aku harus bekerja. Terima kasih kopinya,” ucap Alodya sambil bangkit dari kursi taman dan melangkah pergi meninggal Aaron yang masih menatapnya.

Lihat selengkapnya