The Wounded Soul

Risa Chamdiah
Chapter #15

CHAPTER 12 (Prison)

Alodya terdiam dengan tangan terborgol. Dia tidak peduli para polisi sedang apa, mereka hanya melihatnya sebentar lalu kembali fokus dengan kertas-kertas. Alodya menatap borgol yang melingkar di tangannya. Dia hanya berpikir ternyata memakai borgol tidak begitu menyeramkan, seperti memakai gelang.

Suara berat membuat Alodya tersentak dari lamunannya dan terlihat begitu terkejut.

“Oh maaf jika membuat anda terkejut Nona Alodya. Saya detektif Jay yang tadi menangkap anda di ruang rapat. Saya minta maaf karena sudah mengganggu rapat anda,” tukasnya dengan senyuman yang tidak bersalah.

Alodya menatap Jay dengan dingin dan hampa. ”Tidak apa-apa itu memang tugas mu untuk menangkap orang tetapi aku tidak tahu kenapa kau menangkapku.”

“Anda di tangkap karena kasus pembunuhan Nona,” tukasnya dengan tenang.

“Bukti apa yang kau punya sampai bisa mengatakan bahwa aku membunuh seseorang?”

“Saya mendapat laporan kesaksian yang katanya adalah bawahan anda tetapi dia dengan senang hati menjadi saksi. Namanya Mario, apakah anda kenal?”

Mata Alodya melebar mendengar nama itu.

Jay tersenyum penuh kemenangan melihat wajah terkejut wanita cantik di hadapannya. ”Dari reaksimu sepertinya kau mengenalnya. Oh sepertinya sekretaris galakmu sudah datang bersama dengan pengacara,” tukasnya sambil menatap ke belakang Alodya.

Nessa menghampiri Alodya dengan cemas bersama dengan Tiffany yang merupakan teman sekaligus pengacara kepercayaan Alodya.

“Kau baik-baik saja Alo?” tanya Nessa dengan khawatir.

Alodya hanya mengangguk lemah.

Jay bangkit dan memanggil beberapa polisi. ”Bawa Nona Alodya ke dalam penjara. Kita akan mengintrogasinya nanti,” perintah Jay langsung di turuti oleh ke dua polisi itu.

Nessa menatap Jay dengan terkejut. ”Apa maksud anda? Alodya belum terbukti bersalah. Kenapa harus di masukkan ke dalam penjara?” tanya Nessa dengan marah dan Tifanny langsung berusaha menenangkannya.

Jay tersenyum menyebalkan. ”Sudah ada bukti jika Nona Alodya bersalah, jadi kau bisa berbicara denganku bersama pengacara, sementara Nona Alodya menunggu di dalam penjara.”

Alodya bangkit dengan dua polisi di ke dua sisinya. Mereka mencengkram ke dua siku Alodya dengan kencang sampai membuat Alodya ingin meringis, namun dia menahannya karena tidak ingin membuat sahabatnya khawatir.

Nessa dan Tiffany menatap kepergian Alodya dengan tatapan lirih.

Jay masih dengan senyumannya. ”Mari kita bicarakan kasus ini,” cetusnya memancing pandangan tidak menyenangkan dari Nessa.

Polisi itu melepaskan borgol di tangan Alodya dan memasukkan Alodya ke dalam penjara. Alodya hanya dapat menerima semua ini dan diam. Dia memutuskan untuk duduk di lantai dan menatap entah kemana. Penjara sama sekali tidak terasa menyeramkan, karena selama ini dia sudah hidup di dalam penjara. Kehidupannya adalah penjara, begitu dingin, gelap dan menyeramkan. Jadi masuk ke dalam penjara bukanlah suatu hal yang mengerikan untuknya.

Alodya sadar jika sedari tadi seorang wanita yang berada di dalam jeruji yang sama dengannya, menatapnya dengan tatapan sinis.

Wanita itu menghampiri Alodya yang sedang duduk bersela dan hanya diam. ”Hei sepertinya kau orang kaya, sedang apa orang kaya sepertimu disini?” Cetus wanita itu sambil menendang kaki Alodya.

Alodya hanya terdiam dan sebisa mungkin untuk menahan dirinya. Dia hanya menatap wanita itu sebentar lalu memejamkan matanya.

Wanita itu kembali menggangu Alodya tetapi kali ini dia menjambak rambut Alodya sampai membuat Alodya meringis. ”Seharusnya kau menjawab pertanyaanku. Orang kaya memang selalu sombong,” tukasnya lalu dia melepaskan jambakannya dengan kasar.

Alodya bangkit dan merapihkan rambutnya dengan kesal. ”Apakah kau tidak punya etika?”

Wanita itu langsung menatap marah Alodya, dia mendekati Alodya dan ingin menampar Alodya tetapi Alodya langsung menahan tangan wanita itu. Alodya mengepalkan tangannya lalu melemparkan tinjuan ke wajah wanita usang di hadapannya sampai wanita itu tersungkur jatuh.

”Jangan pernah menjambak rambutku. Aku tidak suka wanita tidak beretika seperti anda menyentuh rambutku,” cetus Alodya sambil menatap dingin wanita itu.

Wanita itu menyentuh bibirnya dan meringis. Dia sadar jika bibirnya berdarah dan menambah rasa kesalnya. Wanita itu langsung bangkit dan meninju Alodya dengan sangat keras dan tiba-tiba sampai membuat Alodya tidak sempat menghindar.

Alodya tersungkur jatuh. Dia mengusap sudut bibirnya dan menemukan darah menempel pada punggung tangannya.

Wanita itu tersenyum sinis sambil menatap kesal Alodya. ”Dasar wanita kaya brengsek.”

Alodya menghela napasnya. Dia benar-benar lelah. Alodya tidak berniat membalas tinjuan wanita itu walaupun dia tahu bahwa dirinya sanggup. Alodya hanya diam dan kembali duduk di tempatnya, lalu dia memejamkan matanya.

Lihat selengkapnya