Aaron dan Gerald masuk ke dalam kantor kepolisian dengan langkah terburu-buru. Mereka melihat ke arah sekitar dan menemukan Nessa bersama Tiffany sedang duduk di salah satu kursi panjang sambil membicarakan sesuatu. Mereka berdua menghampiri Nessa dan Tiffany dengan napas terengah-engah.
“Apa yang terjadi?”tanya Aaron sambil menetralkan napasnya.
Nessa langsung bernapas lega melihat Aaron dan Gerald berdiri di hadapannya. ”Akhirnya kalian datang. Salah satu bawahan Alodya yang bernama Mario melaporkan Alodya dan memberikan bukti rekaman kepada kepolisian. Aku benar-benar butuh Gerald agar Alodya bisa lepas dari penjara.”
“Apa yang bisa aku lakukan?” tanya Gerald dengan wajah khawatir.
Tiffany bangkit dari tempat duduknya. ”Aku ingin kau bilang bahwa kau belum mati dan Alodya sama sekali tidak membunuhmu. Kau meminta Alodya untuk memalsukan kematianmu dan mengganti identitasmua karena suatu alasan.”
Sebenarnya Nessa sedikit merasa tidak enak meminta Gerald melakukan itu karena pada kenyataannyaa Alodya melukai Gerald. ”Aku mohon padamu untuk membantu Alodya.”
“Baiklah aku akan membantu.”
“Kalian bisa pergi ke meja Jay. Aku akan memeriksa keadaan Alodya.” Lalu Aaron melangkah meninggalkan mereka bertiga.
Akhirnya mereka semua menghampiri meja Jay dan membuat Jay menatap aneh mereka.
“Sedang apa kalian ramai-ramai di hadapanku dan tunggu…” Ucapan Jay terhenti ketika matanya menangkap seseorang yang seharusnya sudah mati.
“Kami membawa Gerald. Gerald belum mati,” cetus Tiffany.
“Bagaiman bisa?” tanya Jay dengan mata membulat.
Gerald memutuskan untuk duduk di hadapan Jay dan meminta Nessa dan Tiffany untuk pergi. ”Jika anda ingin menanyakan sesuatu, tanyakan saja karena saya tidak ingin berbohong.”
Jay masih sedikit terkejut tetapi dia mencoba kembali fokus dengan mengedipkan matanya beberapa kali. ”Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau masih hidup dan apakah Nona Alodya melukaimu?”
“Nona Alodya sama sekali tidak melakukan apa pun padaku. Rekaman itu palsu dan sebenarnya aku yang meminta kepada Nona Alodya untuk memalsukan kematianku. Aku tahu itu melarang hukum tetapi aku akan menerima hukumannya,” jelas Gerald sampai membuat Jay tidak bisa bicara lagi.
Jay hanya dapat terdiam dengan mulut ternganga karena mendengar penjelasan Gerald. Selama berbulan-bulan dia yakin bahwa Alodya bersalah dan sekarang dia malah merasa malu setengah mati. Rasanya dia ingin menenggelamkan dirinya di rawa-rawa saja.
Jay memanggil salah satu polisi dengan jiwa yang masih sedikit terguncang karena terkejut. ”Lepaskan Nona Alodya. Dia tidak bersalah,” tukas Jay, lalu dia langsung bangkit dan pergi ke toilet untuk mencuci wajahnya. Dia butuh menyadarkan dirinya.
Gerald bangkit dan menghampiri Nessa dan Tiffany. ”Alodya akan di bebaskan hari ini,” cetusnya sambil tersenyum senang.
Nessa langsung bangkit dan memeluk Gerald dengan erat. ”Terima kasih banyak Gerald. Aku benar-” Kalimatnya terhenti ketika dia sadar jika dia melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.
Tiffany hanya diam dan menahan senyumannya melihat apa yang terjadi di depan matanya.
Nessa langsung melepaskan pelukannya dan menatap canggung Gerald. ”I’m Sorry.”
Gerald hanya tersenyum canggung dan mengusap tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Aaron berdiri di depan penjara sambil menatap Alodya yang sedang tertidur. Dia bisa melihat wajah Alodya yang berantakan. Terdapat bekas luka dengan darah kering di sudut bibir Alodya. Hatinya terasa sakit melihat Alodya di dalam jeruji besi dengan keadaan seperti ini. Aaron berhenti menatap Alodya ketika seorang polisi memberi hormat kepadanya dan membuka jeruji besi.
“Kepada Nona Alodya,” panggil Polisi berseragam itu.