Siang ini Aaron dan Nessa berencana untuk melihat keadaan Alodya. Mereka berdua sedang melangkah menuju apartemen Alodya, karena dari tadi pagi Alodya tidak bisa di hubungi dan membuat mereka khawatir. Tadinya David dan Gerald ingin ikut tetapi mereka mempunyai pekerjaan yang harus di kerjakan. Mereka melangkah cepat dan berhenti di depan apartemen Alodya.
Nessa memencet password apartemen Alodya dan memutar knop pintu. Mereka berdua masuk dan terkejut melihat serpihan beling di lantai.
“Aku akan membereskan ini. Sebaiknya kau periksa keadaan Alodya di kamarnya,” pinta Nessa.
Aaron masuk ke kamar Alodya tetapi dia tidak menemukan apa pun. Dia juga memeriksa kamar mandi tetapi Alodya tidak ada di dalamnya. Aaron langsung keluar dari kamar Alodya dengan wajah panik.
Nessa melangkah ke arah dapur untuk mengambil sapu tetapi bukannya sapu yang dia temukan, dia malah menemukan tubuh Alodya yang terkulai lemas di lantai dengan mata terpejam dan puluhan butir pil di dekat tangan Alodya membuat Nessa bertambah panik.
Nessa langsung mendekati tubuh Alodya dan menaruh kepala Alodya di pangkuaannya. ”AARON!CALL NINE ONE ONE NOW!!!” Dengan suara sedikit terisak.
Aaron langsung berlari ke arah dapur dan tertegun dengan apa yang dia lihat. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon 911.
Akhirnya Alodya di bawa ke rumah sakit dengan mulut berbusa. Saat mobil ambulans sampai di rumah sakit dan mengeluarkan pasien, David langsung terkejut setengah mati melihat sahabatnya lah yang keluar dari mobil ambulans.
Alodya di bawa masuk ke dalam UGD dan di lakukan tindakan darurat untuk menyelamatkan Alodya. David memeriksa keadaan Alodya dan ternyata Alodya ovedosis obat tidur. Dia menyuntikkan sebuah obat melalui infus untuk menetralisir obat tidur yang di minum Alodya. Untung saja overdosisnya tidak begitu parah.
“Pindahkan Alodya ke kamar rawat VVIP,” perintah David kepada perawat.
David keluar dari UGD dan menghampiri Aaron yang sedang duduk di ruang tunggu.
“Bagaimana keadaan Alodya?” tanya Aaron dengan cemas.
“Dia baik-baik saja. Ini sudah sering terjadi, Alodya sudah beberapa kali overdosis obat tidur. Untung saja overdosis nya tidak separah yang terakhir kali.”
Aaron menghela napas lega sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
David menoleh ke kanan dan ke kiri. ”Nessa kemana?”
“Dia sedang menerima telpon dari orang tua Alodya.”
Tiba-tiba saja Nessa datang dengan wajah kesal dan emosi. ”Aku benar-benar muak dengan keluarga Alodya. Untuk apa mereka berlagak seperti keluarga baik. Jika dia datang ke sini hanya membuat Alodya semakin tertekan,” cibirnya dengan kesal.
“Bagaimanapun mereka keluarga Alodya, pasti mereka khawatir,” tukas David sambil menepuk pundak Nessa untuk menenangkan.
Nessa langsung menatap tajam David. ”Apa kau bilang? Khawatir? Kemana saja mereka saat Alodya berjuang sendirian selama sepuluh tahun. Benar-benar menjijikkan,” cetusnya.
David hanya dapat diam dan tidak berniat untuk menjawab perkataan Nessa.
Alodya membuka matanya perlahan dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Dia menoleh ke samping dan menemukan Aaron sedang tertidur di sisi kanannya sambil menggenggam tanganya sementara Nessa tertidur di sofa. Alodya hanya diam tanpa berniat membangunkan mereka yang sedang tertidur karena mereka berdua terlihat sangat lelah sampai membuatnya merasa tidak tega.