Ketika Alodya turun dari mobilnya, para wartawan langsung mengerubuninya seperti semut. Mereka melontarkan berbagai pertanyaan kepada Alodya dan Alodya sama sekali tidak berniat untuk menjawab.
“Apakah selama ini anda tahu jika Nona Clarissa masih hidup?”
“Apakah anda juga terlihat dalam pembunuhan yang di lakukan Nona Clarissa?”
“Kenapa Nona Clarissa memalsukan kematiannya dan membunuh sekretaris kepercayaannya?”
Beberapa bodyguard Alodya berusaha menyingkirkan para wartawan yang menghalangi jalan Alodya dan akhirnya Alodya berhasil masuk ke dalam kantor polisi.
Ketika Alodya menginjakkan kakinya di dalam kantor polisi, dia langsung berpapasan dengan Mr. Broklyn dan Ryan tetapi Alodya hanya berhenti sebentar dan menunduk hormat lalu melanjutkan langkahnya.
Seluruh pekerja yang berada di kantor polisi melihat kejadian itu dan membuat mereka merinding. Ternyata menjadi orang kaya tidak seperti yang mereka pikirkan. Menjadi orang kaya sangat melelahkan dan apapun bisa terjadi walaupun itu tidak masuk akal.
Aaron menatap Alodya dari tempat duduknya. Sudah beberapa hari ini, dia tidak berbicara maupun berhubungan dengan Alodya karena Alodya juga tidak mengangkat telepon darinya.
“Orang kaya dan berkuasa benar-benar sangat menyeramkan. Mereka bisa membunuh dan melakukan apapun sesuka hati,” cetus Jay yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Aaron.
Alodya duduk di hadapan Clarissa. Sudah lima menit tetapi ke dua wanita itu sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. Alodya menatap dingin Clarissa, dia sama sekali tidak merasa kasihan dengan Clarissa karena inilah hukuman yang harus di hadapi Clarissa karena semua hal telah dia lakukan.
Akhirnya Alodya memutuskan untuk membuka suaranya lebih dulu. ”Kenapa kau melakukan semua ini kepadaku? Kenapa kau membuat hidupku seperti ini?” tanyanya dengan suara yang stabil, dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Clarissa.
Clarissa menatap anaknya dengan dingin. ”Karena aku ingin kau menjadi kuat. Aku tahu kau tidak akan mau menjadi pewaris Crowncorp atau Broklyn Company jika aku tidak melakukan semua ini.”
Alodya tersenyum masam. Dia tidak mengerti dengan pemikiran ibunya, hanya karena itu Clarissa sampai mengacaukan kehidupan Alodya. ”Hanya karena itu? Apakah kau sakit jiwa? Kau bertindak sejauh ini hanya karena itu?”
Clarissa menatap dingin Alodya. ”Ya hanya karena itu. Aku tidak ingin kau menjadi wanita lemah, aku ingin kau menjadi senjata yang kuat. Aku tidak ingin kau menjadi Alodya yang naif dan polos seperti dulu, karena pada akhirnya kenaifan dan kepolosanmu lah yang akan membuatmu terjerumus”
Alodya benar-benar tidak mengerti harus menanggapinya seperti apa.
“Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi Nona Clarissa. Sekarang kita hanyalah dua orang asing,”ucap Alodya lalu dia melangkah pergi.
Alodya mengatur napasnya. Dadanya terasa sangat perih. Dia tahu akan seperti ini jika dia memutuskan bertemu Clarissa. Namun, dia harus bertemu Clarissa agar mengetahui alasan Clarissa melakukan semua ini. Alodya meremas dadanya dan dia terjatuh terduduk di lantai. Dia menghirup dan menghembuskan napas beberapa kali untuk menstabilkan napasnya, tetapi tiba-tiba saja sebuah tangan merangkul bahunya. Alodya mendongak dan melihat wajah Aaron yang begitu dekat dengannya. Dia langsung merasa lebih tenang walaupun masih sedikit sesak napas.
“Kau harus tenang. Tarik napas dan buang napas, jangan panik ada aku disini,” tukas Aaron sambil mengusap punggung Alodya beberapa kali.
Beberapa menit kemudian, Alodya kembali tenang dan napasnya sudah teratur.
“Ayo aku antarkan kau pulang.” Aaron membantu Alodya bangkit dan terus merangkul Alodya.