Kerumunan desa makin riuh, semua perempuan menatap Hiroshi dengan rasa ingin tahu bercampur kagum.
Hiroshi berdiri kaku, merasa seperti hewan pameran di kebun binatang.
“Eh, kalian kenapa heboh banget? Aku cuma manusia biasa, kok…” katanya dengan suara gemetar.
Seorang nenek tua mendekat, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki.
“Tidak salah lagi… ini laki-laki sungguhan. Aku masih ingat cerita ibuku tentang mereka.”
Hiroshi berkeringat dingin. “Tunggu sebentar, jangan bilang aku dianggap kayak… fosil hidup.”
Gadis-gadis muda berbisik dengan pipi memerah.
“Dia imut banget…”
“Aku nggak pernah lihat laki-laki, ternyata bentuknya kayak gini ya?”
Hiroshi makin gugup.
Seorang wanita berpakaian elegan, tampak seperti pejabat desa, datang ke depan kerumunan.
“Nama saya 'Selena', kepala desa. Kau… siapa namamu, wahai pria misterius?”
Hiroshi tersentak. “Ah, aku… Takeda Hiroshi. Tapi panggil saja Hiroshi.”
Selena mendekat, lalu menyentuh dagunya dengan jemari halus.
“Begitu lembut… benar-benar berbeda dengan kulit wanita.”
Hiroshi langsung mundur panik. “H-hei, jangan pegang sembarangan dong!”
Kerumunan bersorak kecil. “Kyaa~ suaranya lucu!”
“Imut sekali kalau malu!”
Hiroshi menutup wajah dengan tangan. "Astaga, apa ini dunia idol? Aku bukan artis K-Pop, woy!"
Selena tersenyum. “Baiklah, Hiroshi. Demi keamanan, kau harus ikut kami ke balai desa.”