Matahari pagi menyinari kota besar Alvernia, tempat Hiroshi dan para gadis tinggal sementara.
Suasana damai itu tiba-tiba pecah oleh teriakan penduduk yang panik.
“Monster! Seekor 'Giga Slime' muncul di alun-alun kota!!” seorang warga berteriak.
Aria langsung mencabut pedangnya dengan wajah serius, meski sikapnya tetap tsundere.
“Tsk… waktunya menunjukkan kehebatanku, bukan demi kamu, Hiroshi, jadi jangan salah paham!”
Lilia gemetar sambil membuka buku sihir tebalnya.
“Ini… ini kesempatan untuk riset! Eh, maksudku… melindungi Hiroshi-senpai!”
Selena, gadis priest yang lembut, berdoa dengan penuh khawatir.
“Dewi… lindungilah kami, terutama Hiroshi-sama yang lemah lembut…”
Hiroshi sendiri hanya berdiri, bingung dan pucat.
“Eh!? Kenapa aku juga harus ikut!? Aku cuma mau jadi fudanshi damai, bukan pahlawan isekai!!”
Namun, warga mulai berkerumun dan menatap Hiroshi dengan penuh harapan.
“Itu dia! Pria satu-satunya! Pasti dia adalah pahlawan legendaris yang diramalkan!!”
Hiroshi berteriak panik: “Siapa yang bilang!? Itu rumor siapa!?”
Aria menyikutnya: “Dasar pengecut, ayo tunjukkan keberanianmu!”
Slime raksasa itu bergemuruh, tubuhnya bergelombang seperti gelatin beracun.
Aria melompat ke depan, menebas dengan pedangnya, tapi hanya terpental.
“Tch! Pedangku memantul!? Ini konyol!”
Lilia mencoba mantera api, tapi malah bukunya terbakar.
“Kyaaa!! Bukuku!! Hiroshi-senpai, tolong pegangkan ini!”