“Raja dari Palladina itu pasti sedang mencariku untuk bernegosiasi. Baiklah, Dovrix! segera siapkan Silvir!” teriak Flerix dengan nada tinggi.
Dovrix yang sedang berdiri di luar ruangan tersebut, lantas membalas tegas, “Baik, Yang Mulia.”
Segera saja, ia berlari menuju halaman depan, untuk menjalankan perintah dari rajanya. Setelah beberapa jam, Flerix terlihat berjalan ke luar dari istana, lalu masuk ke Silvir dengan menaiki beberapa anak tangga pesawat luar angkasa itu. Raja dari Silverian tersebut langsung tersenyum sinis, begitu melihat pasukan-pasukan Silverian sudah berbaris rapi di lorong, serta Dovrix yang berada di barisan paling depan.
Flerix kemudian berjalan menuju ruang kendali dan berdiri di tengah-tengah, dan berseru dengan wajah serius, “Terbangkan pesawat luar angkasa ini ke Planet Osmia. Kita akan berkeliling di dekat planet itu sambil menunggu kedatangan Arnea!”
“Baik, Yang Mulia!” balas pilot-pilot itu lantang.
Silvir kemudian berubah menjadi sebuah bintang kecil dan melesat ke ruang hampa udara. Pesawat luar angkasa itu lantas berhenti dan melayang di salah satu titik agak jauh dari Planet Osmia. Setelah sabar menanti, akhirnya, yang ditunggu-tunggu datang juga. Dari kejauhan, Interplanetary Train milik Kerajaan Palladina terlihat sedang melesat ke arah Silvir. Tidak butuh waktu lama, kedua transportasi antarplanet tersebut sekarang sudah saling berhadap-hadapan.
Arnea kemudian keluar dari Interplanetary Train miliknya, diikuti beberapa prajurit Palladina, lalu melesat ke depan dan berhenti di samping Silvir, sambil menatap pesawat luar angkasa raksasa itu dengan wajah yang serius serta berseru dengan nada tinggi, “Raja Flerix dari Silverian. Aku memerintahkan kepadamu untuk menghentikan seluruh aksi tidak terpuji yang sudah kau lakukan kepada planet-planet kecil itu! Hentikan semuanya sekarang juga!”
Pintu bagian samping dari Silvir tiba-tiba terbuka. Flerix kemudian keluar, melesat di ruang hampa udara, dan berhenti di hadapan raja dari Palladina tersebut. Prajurit-prajurit Palladina yang ada di belakang Arnea, langsung menjadi waspada, serta mulai mengangkat senjata-senjata kosmik mereka untuk melindungi sang raja.
“Tahan!” seru Arnea sambil mengangkat tangan kanan sebentar, kemudian menurunkannya kembali.
Flerix langsung tersenyum sinis melihat sikap Arnea barusan, lalu menatap tajam raja dari Palladina itu. Mereka lantas saling berhadapan satu sama lain, dengan jarak yang dekat.
“Raja Flerix. Apa yang sedang kau lakukan di sini? Bukankah kau tahu, bahwa kehadiranmu bisa saja menjadi ancaman bagi mereka? Bagaimana jika kita melakukan negosiasi saja, apa yang kau inginkan sebenarnya? Kau tidak perlu berperang. Terlalu banyak korban dan energi kosmik yang terbuang sia-sia,” ucap Arnea sambil menahan emosi.
Flerix tertawa kecil sesaat, kemudian mengangkat tangan kanan, dan begitu sebuah pedang kosmik berwarna hitam legam muncul, ia langsung menggenggamnya erat-erat, lalu berteriak dengan wajah tegas, “Aku ingin kesombonganmu, Palladina, berhenti sampai sini!!”