Suasana menjadi semakin tegang di sana. Tentu saja, Klara baru menyadari bahwa tujuannya ikut dalam pertempuran ini sebagai seorang Healer, sudah sangat telat.
Flerix kemudian mendekatkan wajahnya di samping telinga Arnea, lalu berbisik lagi, “Kau pikir kau adalah penjaga dari galaksi ini .... Namun, kau sangat lemah dan tidak pantas untuk mendapatkan status itu. Hanya aku, Flerix, dan para Silverian, yang pantas menjadi penguasa, serta penjaga galaksi ini karena energi gelap milik kami … melebihi kekuatan dari energi cahaya milik kalian. Sekarang, pergilah dengan damai, Yang Mulia Bodoh.”
Arnea hanya bisa melotot tajam ke arah Flerix. Kemudian, dengan cepat, raja dari Silverian itu mencabut pedang miliknya yang sudah menancap lama menembus dada kiri sang lawan.
“Ah!! Terkutuk kau, Flerix! Kau bukanlah seorang Crossbreed ...!” seru Arnea sambil membuka lebar kedua matanya menatap raja dari Silverian tersebut dengan penuh amarah.
Flerix hanya tersenyum sinis dan membalas, “Selamat tinggal!”
Setelah beberapa detik, tubuh raja dari Palladina itu dengan cepat berubah menjadi debu-debu halus yang lalu menghilang di ruang hampa udara. Waktu seolah terhenti, dan semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut, hanya bisa terdiam.
“Sialan,” ucap Xyon yang tiba-tiba menggeram sambil mengepalkan kedua tangan dengan wajah dipenuhi amarah serta dendam.
Ia lantas melesat menuju salah satu jendela dari Interplanetary Train milik sang permaisuri, lalu menunduk sambil mengernyit dan berseru, “Yang Mulia Permaisuri, berikan kami perintahmu sekarang juga!”
“Serang mereka!!” teriak Klara setelah menurunkan kedua tangan dari mulutnya, tanpa berpikir panjang lagi, serta menunjuk-nunjuk ke arah Flerix dengan mata yang memerah.
“Serang mereka sekarang juga!” ujar Xyon keras penuh amarah, kepada seluruh prajurit Palladina.
“Serang!!” teriak Arex yang berada di belakang sang jenderal senior, sambil mengangkat tangan kanan ke depan.
Xyon serta keempat jenderal yang ikut dengannya, Weim, Sey, Nordian, juga Arex, kemudian melesat dengan cepat di ruang hampa udara, diikuti oleh prajurit-prajurit dari Palladina yang langsung berpencar ke segala arah, mengelilingi Flerix dan Silvir, hingga raja dari Silverian itu mulai berkeringat dingin.
Sebuah pedang kosmik berwarna putih panjang, tiba-tiba muncul di dalam genggaman tangan kiri jenderal senior yang wajahnya sedang dipenuhi kekesalan tersebut. Ia bahkan tidak ragu untuk bersiap menyerang sang lawan, bahkan berseru sambil menahan emosi, “Serang mereka semua!”
“Serang para Silverian itu!” balas Nordian yang ada di sampingnya.