THE YOUTH CRIME

Dwi Budiase
Chapter #9

Tatapan Membunuh

KALAU SENANG jangan terlalu begitupun sedih sebab keduanya kadang bisa terjadi secara bersamaan dan itu pertanda buruk.

Mahendra terpilih sebagai panitia yang akan menyusun serta mengatur tata acara agar berjalan lancar. Sejak pagi dia bersama warga sekolah melakukan pelatihan dan persiapan atau biasa disebut gladi bersih. Penampilan anak-anak perlu diperhatikan agar tidak terjadi masalah-masalah yang bisa menghambat lancarnya acara.

"Check sound, check, satu, dua tiga ...."

Mahendra mengetes kejelasan dan volume suara agar pas dan cocok untuk didengar penonton.

Fransisca tampak mengamati gladi bersih acara yang sudah mencapai sembilan puluh persen. Sebelumnya ia sudah berkomunikasi dengan asisten bintang tamu yang akan datang pukul sembilan malam nanti untuk membicarakan jadwal pasti.

Bintang tamu yang akan diundang ialah trio penyanyi yang sebelumnya sempat terkenal dan populer di media sosial sekitar awal tahun 2010-an yang menimbulkan gejolak anak-anak muda menaruh kecintaannya terhadap musik modern Indonesia. Bukan hanya tentang percintaan atau perjalanan lika-liku romansa dua sejoli, trio penyanyi ini lebih mengedepankan sisi nilai kehidupan dan naluri semangat. GAC!

Melihat antusiasme warga sekolah yang begitu besar, tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal-hal buruk. Misalnya gerbang sekolah yang tidak akan ditutup sampai larut malam dan satpam hanya berjaga di area depan sekolah. Di bagian belakang sekolah yang berbatasan langsung dengan jalan permukiman penduduk tentunya bisa saja menimbulkan rasa was-was akan kehadiran orang asing. Kendati banyak orang yang menganggap perayaan anniversary ke-50 ini akan lebih meriah, keamanan dan kelancaran acara juga harus diperhatikan.

Mahendra berjalan menuju ruang kepala sekolah. Sang kepala sekolah sempat berpesan apabila memiliki keluhan dan saran maka bisa secepatnya dilaporkan ke ruang pribadinya. Martinus tampak sedang mengamati berkas dan daftar susunan acara ulang tahun.

"Selamat pagi, Pak. Untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, apa sebaiknya kita mengerahkan pihak keamanan, Pak? Misalnya polisi?" tanya Mahendra.

"Kalau itu tidak usah ditanya lagi, polisi sudah siap berpatroli di sini untuk menjaga kelancaran acara kita."

"Tapi belakangan ini saya mendengar bahwa jumlah polisi yang akan berpatroli jumlahnya kurang dari sepuluh? Bukanlah lebih baik ditambah lagi?"

"Ah, tenang saja. Tahun lalu perayaannya semeriah sekarang dan tidak ada masalah berarti." Martinus tersenyum optimis seraya mengangkat tangan kanannya, tanda ia tak ingin diberi pertanyaan lagi.

"Saya mengerti, Pak. Tapi—"

Martinus menginjak lantai ruang kepala sekolah dengan keras hingga giginya berbunyi pertanda ia begitu marah.

"Kenapa kau sering membantah ucapanku?! Jalankan tugasmu dengan baik dan jangan berpikir yang tidak-tidak!"

Waktu seolah membeku ketika luapan emosi Martinus dikeluarkan lewat pelemparan berkas-berkas.

"Tunggu apa lagi? Keluar!"

Mahendra sedikit tertegun dan menunduk takut, dia berjalan menuju pintu. "Baik, Pak."

Beragam karangan bunga berdatangan, memenuhi sudut depan sekolah yang telah dipadati oleh gerombolan siswa dengan membawa peralatan acara. Karangan indah nan dipenuhi kata-kata mutiara itu ialah hal biasa sebagai bentuk partisipasi beberapa pihak yang turut andil dalam perayaan ulang tahun. Salah satu karangan bunga yang menarik perhatian mata hitam Mahendra, itu paling besar dan paling lebar. Di sana tertulis dengan huruf tercetak tebal:

HAPPY ANNIVERSARY KE - 50

SMA NASIONAL JAKARTA

1 Agustus 1968 - 1 Agustus 2018

Ganesha Juara

Lihat selengkapnya