LIBUR TELAH tiba. Siapa yang tidak suka liburan? Setelah menerima raport, sekolah yang biasa diramaikan oleh para siswa dan guru kini diisi oleh kesunyian tanpa orang berlalu-lalang. Setidaknya mereka bisa menghabiskan waktu untuk melakukan hal-hal baru sebagai pengisi hari libur.
Mahendra tetap bekerja di Polsekta walaupun ia juga merasakan liburan sekolah, profesi tetapnya sebagai penyidik tidak boleh dianggap sepele. Kali ini dia bisa lebih leluasa mengunjungi kantor Polsekta Jakarta Selatan yang biasanya dia hanya mendapatkan tugas sif malam.
Ruang Penyidik Anak mulai disibukkan dengan aktivitas Mahendra dan Reyhan yang sedang mengecek dan mengamati berkas-berkas kasus yang akan dipecahkan serta terfokus pada masalah anak-anak utamanya remaja. Rayna datang belakangan sembari membawa setumpuk dokumen yang baru saja dicetak tidak lupa meletakkan segelas kopi panas di masing-masing meja penyidik. Seperti biasa, awali pagi dengan minuman bergizi.
"Terima kasih!" sahut Mahendra lantas menyeruput kopi yang masih panas.
"Kopi memang cocok buat teman kerja, nggak bakal ketiduran!" canda Reyhan yang asyik memutar-mutar mouse, mencari sesuatu yang bisa menarik perhatiannya di layar laptop.
Rayna mendengus. "Jadi selama kamu minum kopi, selama itu juga kamu tidak akan tertidur?"
Reyhan mengangguk singkat. "Yah, intinya begitu."
Rayna meletakkan tas di meja kerja seraya menyalakan televisi berukuran empat inci, mencari siaran berita. Ketika asyik membaca jurnal harian yang belum sempat ditulis kemarin malam karena kecapekan, Mahendra sontak tertarik perhatiannya ketika menatap layar televisi yang kini menampilkan berita tentang kasus pembunuhan yang bisa dibilang ... sadis. Reyhan merebut remot di meja kerja Rayna untuk memperbesar volume suara.
"Pemirsa, warga Jakarta Pusat digegerkan dengan temuan dua mayat berjenis kelamin laki-laki dan satu korban laki-laki yang ditemukan dalam kondisi kritis. Pihak polisi menduga bahwa kedua korban tewas akibat tusukan, hal ini diperkuat dengan adanya bukti sebuah pisau tajam yang ditemukan di TKP. Kasus ini sedang ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian setempat bersama tim forensik yang masih belum menemukan titik terang siapakah dalang dari kasus kekerasan dan pembunuhan tersebut. Kabar terbaru terus bermunculan bahwa ketiga korban berhasil diidentifikasi. Di ketahui korban pertama berinisial E dalam kondisi kritis dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit, korban kedua berinisial V dan korban terakhir berinisial P. Berita akan kami lanjutkan setelah jeda pariwara berikut ini ...."
"Egy, Viki dan Pramoedya?! Ketiga siswa itu?!" Mahendra tiba-tiba saja berdiri setelah menyimak berita tersebut. Reyhan dan Ratna ikut berpandangan ke arahnya.
"Kenapa? Kau kenal dengan mereka bertiga?" tanya Rayna bingung.
"Ya. Mereka adalah komplotan siswa SMANTA. Mereka bertiga terkenal sebagai anak kelas 12 yang sangat bandel dan kerap mendapat pemanggilan orang tua berkali-kali yang menurutku sangat tidak masuk akal. Kupikir orang tuanya sama tidak becusnya dengan perilaku ketiga anak itu."
"Hm, pertanyaannya kenapa mereka bertiga kecuali Egy bisa terbunuh? Apa ada sangkut pautnya dengan pihak sekolahmu?" tanya Reyhan melipat tangannya.
"Sebenarnya—"
Ketua Polsekta Jakarta Selatan, Teguh Arimbawa datang secara tiba-tiba ke ruang Penyidik Anak seraya memberikan dokumen lengkap dengan foto dan gambar. "Selamat pagi! Kalian bertiga pasti sudah tahu kan tentang berita yang sedang trending? Bapak harap kalian semua menjalankan tugas dengan baik dan bertanggung jawab."
"Siap, Pak!"
Mahendra membuka dokumen yang berisikan biodata lengkap tiap korban termasuk catatan hidup yang diterima dari pihak sekolah terkait dan orang tua bersangkutan. Dia mengamati foto Egy, Viki dan Pramoedya yang sudah tidak asing baginya dan membaca dengan cermat informasi yang telah ditulis dalam dokumen. Tidak lupa dia menggarisbawahi kata-kata yang menurutnya penting untuk diingat dengan pulpen.
___________________________________
DOKUMEN KASUS ANAK / PENYIDIK ANAK - 16 DESEMBER 2018
1. Egy Septian - Kelahiran 02 Februari 2002 - Saat ini bersekolah di SMA Nasional Jakarta, Kelas XII.D - Korban sedang dalam kondisi kritis, mengalami luka-luka memar di area lengan dan ulu hati.
2. Viki Gautama - Kelahiran 31 Desember 2003 - Saat ini bersekolah di SMA Nasional Jakarta, Kelas XII.E - Korban dinyatakan meninggal dunia akibat kehabisan darah, mengalami luka tusuk di area kepala dan luka memar akibat pukulan di area sekujur tubuh.
3. Pramoedya Laksana - Kelahiran 15 Mei 2003 - Saat ini bersekolah di SMA Nasional Jakarta, Kelas XII.E - Korban dinyatakan meninggal dunia akibat kehabisan darah, mengalami luka tusuk di area lengan dan bekas luka lebam di kepala. Rambut kepala korban dipotong habis tak bersisa.
Tempat Kejadian Perkara: Perumahan Tua Jakarta Selatan.
Saksi mata: Jusuf Rizali - Petugas bersih-bersih SCBD. Ketiga korban ditemukan sekitar pukul 05.00 dini hari dan saksi segera melaporkan penemuan ini pada pihak berwajib.
CATATAN
- Kemungkinan ketiga korban dibius sebelum dilakukan pembunuhan
- Kemungkinan usia pelaku lebih tua dari usia korban
- Dari ponsel ketiga korban, ketiganya sama-sama mendapat pesan singkat di Instagram dari seorang wanita berusia 20 tahun yang membujuk mereka untuk datang ke TKP.