THE YOUTH CRIME

Dwi Budiase
Chapter #21

Titik Terang

KEHIDUPAN MODERN saat ini tidak dapat dipungkiri setiap hari kita disorot oleh kamera. Sebaiknya hati-hati dalam bertindak sebab semuanya bisa dengan mudah terekam seenak jidat lalu disebarluaskan dengan kalimat yang memercikkan emosi.

Anak-anak di bulan Desember mayoritas tentu menikmati liburan dengan jalan-jalan bersama keluarga ataupun sibuk membangun usaha bersama saudara. Namun, apa jadinya kalau liburan yang biasanya harus menyiapkan segala perlengkapan dan uang yang tidak sedikit malah bisa secara gratis, kemanapun tempat eksotis yang ada di Indonesia bisa diraih tanpa mengeluarkan uang sepeserpun? Intinya, gratis! Dompet kulit tidak akan menangis dan perut makin berisi.

Ya, fasilitas liburan lengkap berkualitas mewah selama lima belas hari tentu saja sangat didambakan, kapan lagi mendapat kesempatan langka itu? Sayangnya, ini hanya dibatasi bagi Ten Angels saja. Bukan tanpa alasan sebab peraturan sekolah SMANTA tentang sepuluh siswa pilihan juga tercantum dalam buku saku siswa-siswi bahwa siapapun yang menduduki Ten Angels akan mendapatkan fasilitas sekolah lengkap dan tiket jalan-jalan gratis selama liburan akhir semester satu atau akhir semester dua.

Destinasi wisata yang akan dituju terlebih dahulu akan dilakukan voting oleh seluruh siswa. Suara terbanyak akan menentukan kemanakah mereka akan pergi. Sebagai informasi saja, Bulan Juli lalu rombongan Ten Angels mengunjungi Nusa Tenggara Timur untuk menikmati pesona alamnya yang sangat indah dan makanan yang nikmat, ikan cakalang. Apalagi destinasi wisata alam yang tak kalah menarik, cagar suaka margasatwa komodo sebagai salah satu spesies reptil terbesar di dunia. Dari hasil voting, Desember tahun ini Ten Angels akan mengunjungi Bali. Pulau seribu pura dengan keunikan budaya yang masih kental dan keindahan penuh warna di tiap sudutnya.

Aksan sudah lebih dulu tiba di Bandara Soekarno-Hatta yang diikuti oleh teman-temannya. Dengan mengenakan jas, topi bundar dan pakaian bebas para siswa bersepuluh tampak begitu bersemangat dalam perjalanan hidupmu menuju Bali. Para guru ikut mendampingi keberangkatan Ten Angels seraya mengecek kelengkapan surat, paspor dan tiket pesawat yang akan dibutuhkan saat pemeriksaan nanti.

"Katanya Mahendra tidak bisa ikut, dia sibuk dengan tugasnya sebagai penyidik kepolisian," celetuk Fransisca ketika sedang melakukan presensi terhadap guru yang akan ikut serta.

"Ya, tidak masalah. Asalkan mereka–Ten Angels, tidak kurang dari sepuluh. Semua orang punya kesibukannya masing-masing. Anak-anak! Mari kita berangkat!"

Martinus dengan pakaian serba hitam dan mengenakan kacamata berlapis tembaga, tidak lupa mengenakan jam tangan anti air. Ia tidak terlihat seperti kepala sekolah biasanya tetapi wisatawan yang akan berwisata ke luar negeri. Anak-anak seketika takjub terkecuali Aksan. Ya, itu ayahnya sendiri jadi biasa-biasa saja.

"Penerbangan menuju Denpasar, Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia berada di GATE A. Di harapkan kepada para penumpang untuk mematuhi segala peraturan dan lalu lintas bandara yang ada serta segera melakukan check-in sebab boarding akan segera tiba."

PESAWAT GARUDA INDONESIA - TUJUAN CGK KE DPS.

"Selamat datang di maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Boeing 747. Silakan kenakan sabuk pengaman Anda, pesawat akan lepas landas dalam sepuluh menit. Mohon untuk mematikan ponsel dan tidak menyalakan perangkat elektronik lainnya. Terima kasih."

Anak-anak mengenakan sabuk pengaman diikuti suara-suara pramugari yang sedang mengarahkan para penumpang untuk menyimpan ponsel. Pesawat mulai berjalan dan diarahkan oleh petugas parkir.

Pesawat akhirnya benar-benar meninggalkan daratan Jakarta.

Selama perjalanan di atas langit yang berlangsung sekitar dua setengah jam, Ten Angels disuguhkan dengan hidangan ala barat dan sajian dari Indonesia. Steak sapi, spaghetti, roti tawar, nasi gudeg, nasi goreng, puyung hai dan masakan Asia lainnya. Selain itu diberikan pula kenyamanan dalam menonton film ataupun drama favorit yang telah disediakan secara gratis, penumpang dengan santai menekan-nekan tombol untuk mencari tayangan menarik. Minumannya pun tidak kalah enak, beragam pula. Dari yang namanya normal sampai bisa dibilang abnormal karena memakai istilah-istilah Inggris. Dari namanya sudah aneh begitu bagaimana dengan rasanya?

Aksan memilih untuk menikmati pemandangan awan lewat jendela pesawat. Begitu sunyi dan sepi. Ada perasaan damai yang menjalar dihati. Ketika siswa lain sibuk tidur dan bercanda sepuasnya, Aksan menghitung perkiraan biaya yang harus dikeluarkan untuk penerbangan domestik dari Jakarta ke Bali. Rata-rata penerbangan nasional memang terbilang mahal meskipun jaraknya berdekatan. Bandingkan dengan penerbangan internasional yang jaraknya memang tidak main-main tetapi kenapa justru harganya cenderung lebih murah? Astaga, biarpun begitu ini hanya valid untuk negara tetangga di Asia Tenggara saja. Di luar itu harga penerbangan mahalnya minta ampun. Intinya, nasional harus siapkan jutaan rupiah sementara internasional di wilayah Asia Tenggara cukup dengan ratusan ribu rupiah saja.

"Kepada para penumpang budiman dan budiwoman, dimohonkan untuk memakai sabuk pengaman karena pesawat akan segera mendarat di Bali. Terima kasih."

"HELLO BALI!"

Ten Angels bersama para guru lainnya melakukan foto bersama di depan gedung International Airport I Gusti Ngurah Rai dengan gaya yang nyentrik. Sebelumnya di Jakarta waktu menunjukkan pukul dua siang tetapi kini di waktu Bali menunjukkan pukul lima sore. Ya, matahari hampir terbenam di ufuk barat dan di sini pemandangannya sangat indah ketimbang Jakarta yang terhalangi oleh gedung-gedung tinggi.

Tentu saja kewajiban yang harus dipenuhi, para siswa menyebar momen membahagiakan itu ke status Instagram maupun WhatsApp untuk memamerkan diri. Dengan tingkah nyeleneh dan lucu, mereka berusaha membagikan momen yang pas.

"Foto selfie? Cekrek!"

"Foto bareng? Cekrek!"

"Foto jomblo tanpa ditemani doi? Cekrek!"

Sedetikpun semua gambar dan video dengan mudah tersimpan dalam memori ponsel. Begitu mudah dan simpel. Dunia seolah penuh dengan kamera di mana-mana, merekam apa pun yang terjadi. Tanpa disadari itu akan menjadi bumerang yang berbahaya.

Untuk mengisi perut yang sudah keroncongan, Martinus telah memesan bus dengan kapasitas lima puluh orang. Mereka semua dengan riang gembira memandangi langit pulau Bali yang begitu asri dengan hiasan awan-awan putih yang memesona. Di tambah lagi semburat warna kemerahan bercampur kekuningan menambah corak langit layaknya lukisan abstrak. Ten Angels berkesempatan mengunjungi Sanur, wilayah kecil dengan panorama pantai yang eksotis dan tidak kalah terkenalnya dengan Kuta. Makan malam bersama dilakukan di restoran terkenal yang berhadapan langsung dengan laut, suasana yang begitu romantis. Sayangnya kaum jomblo masih banyak bertebaran di mana-mana. Anak-anak dan para guru begitu bahagia menikmati pantai dan makanan enak hampir-hampir tidak bisa menyembunyikan senyum. Kecuali Aksan yang tampak biasa-biasa saja seraya memandangi ponselnya. Ada notifikasi yang terus bermunculan.

Lihat selengkapnya