TAHUN BARU melahirkan harapan dan impian baru bagi para insan di dunia khususnya anak-anak muda untuk menampakkan geliat semangat demi mencapai cita-cita.
Seorang anak kecil berjalan keluar dari jeruji besi seraya membawa sebuah kertas yang diikatkan pada balon berwarna hijau. Penghuni lapas diberikan waktu untuk berolahraga sejenak menatapi dunia yang terus berjalan tiada henti. Kendati belum bebas dan masih berkutat dengan urusan kepolisian setidaknya para tahanan tidak perlu risau untuk menghirup udara segar sesekali. Jayadi menatap jauh ke arah pagar besi yang tinggi. Pagar itu membatasi area luar gedung kepolisian dengan jalanan rumah penduduk. Ia mengusap air mata yang berjatuhan ke tanah, membasahi rumput kering.
"Setidaknya aku masih bisa tersenyum di sini daripada di rumah ...."
Jayadi melengkungkan bibir dan melepas pegangan pada kertas di tangan kanannya. Kertas itu melayang-layang di udara bersama balon, tidak perlu menunggu lama untuk melihat kertas itu perlahan hilang menyatu bersama langit.
Mahendra mengembuskan napas pelan ketika melihat anak kecil itu sedang menatapi langit cerah. Satu jam sebelumnya, Jayadi meminta kertas kepadanya untuk menuliskan cita-cita yang diinginkan selama ini.
"Saya ingin jadi seperti Bapak."
Apa? Ia tidak salah bicara? Padahal ia sudah terjerat sebagai pelaku dalam kasus pembunuhan dan dijebloskan ke penjara. Tidakkah ia memikirkan bagaimana pandangan dengan orang-orang disekitarnya? Itulah beberapa pertanyaan yang terlintas di benak Mahendra ketika mendengar ucapan lelaki kecil itu dengan senyum senang. Hanya di sini dia bisa melihat senyum tulus Jayadi.
"Saya tidak peduli. Biarkan saja dunia tahu bagaimana kisah saya yang sudah tertulis dalam lembaran kertas kehidupan tetapi hanya saya yang tahu betapa luar biasanya seorang penyidik kepolisian yang pernah saya kenal seumur hidup ini ... Pak Hendra!"
Mereka berdua berpelukan singkat dan Jayadi berlari-lari ke area lapangan penjara yang dipenuhi dengan tahanan lain. Mahendra memandangi Jayadi, membawanya pada masa kecil. Membayangkan bagaimana masa kecilnya dahulu yang dipenuhi oleh rasa takut dan gentar seakan-akan dialah yang paling menderita. Namun, dunia memberi petuah. Selalu ada yang lebih menderita dan lebih baik di luar sana. Jangan berpikir bahwa hidup ini ada untuk berlomba-lomba menjadi nomor satu tetapi sesungguhnya untuk saling bersatu. Kini rasa ketakutan tidak perlu lagi dikhawatirkan.
Di pintu kedatangan area bandara I Gusti Ngurah Rai tiba-tiba saja dipadati oleh beberapa pria dan wanita berseragam hitam dengan mengenakan jaket kulit. Mereka kompak dengan kacamata hitam seolah sedang menjalankan tugas sebagai intelijen negara yang siap untuk memata-matai penjahat dunia kelas kakap. Mahendra berdiri di antara para pasukan polisi, berjejer rapi menuju bus yang sudah tersedia.
Agenda hari ini ialah mengunjungi dan mengisi acara Forum Anak Daerah sekaligus bertemu dengan orang tua Mahendra yang sudah lama tidak berjumpa. Kalau dihitung-hitung sudah sembilan tahun ya! Lama juga.
Forum Anak Daerah adalah perkumpulan anak-anak terpilih yang mewakili daerah masing-masing khususnya di Bali sebagai wadah untuk menyalurkan potensi dan bakat agar berguna bagi tanah kelahiran, Indonesia. Setiap bulannya dilakukan rapat dengan anak-anak dari sembilan kabupaten di Bali. Polsekta Jakarta Selatan diundang secara resmi untuk mengisi rapat tentang betapa pentingnya peran generasi muda dalam menghadapi perubahan zaman.
FORUM ANAK DAERAH, IBUKOTA DENPASAR, PROVINSI BALI.
"Jakarta disebut dengan metropolitan. Karena Jakarta bukan hanya satu kota tetapi terdiri dari beberapa kota yang masing-masing begitu fungsional dan berperan penting dalam pembangunan dan penguatan ekonomi Indonesia yang secara khusus terpusat di pulau Jawa. Jujur saja populasi manusia semakin bertambah tetapi lahan hijau pun semakin menyusut. Tidak lama lagi akan terjadi kesenjangan sosial yang begitu tampak. Terutama anak-anak."
Mahendra mengawali rapat pagi itu dengan memberi pemahaman singkat bagaimana lingkungan memengaruhi perkembangan anak.
"Saatnya anak muda bersuara. Saatnya anak muda berkarya. Dan saatnya anak muda membuktikan energinya bahwa tidak ada yang lahir dengan sia-sia!"
Tepuk tangan mengiringi kata-kata penyemangat Rayna.
Liburan sudah usai. Pertanda anak-anak kembali ke sekolah dengan lesu. Ada rumor yang beredar terkait Olimpiade Sains Nasional yakni akan segera dilakukan seleksi dari dua mata pelajaran, IPA dan IPS. Peserta yang dicari hanyalah dua orang dan kemungkinan siswa yang mengikuti seleksi lebih dari batas peserta itu. Animo anak-anak untuk menjadi yang terbaik dan membawa pulang medali memang semakin tinggi tiap tahunnya.
"Seleksi peserta OSN 2019!"
Aula sekolah dipenuhi oleh puluhan siswa berkacamata yang mengambil posisi duduk masing-masing. Para guru akan memberikan serangkaian tes dan soal latihan untuk menentukan siapa yang berhak untuk mengikuti olimpiade bergengsi tersebut.