TANGGUNG JAWAB bukan lagi pegangan dan acuan bagi para pencari pasangan hati yang hendak membuat hidup jadi lebih berwarna dengan mengutamakan cinta yang berakhir dusta. Seperti berpegangan kuat pada dahan kayu rapuh yang sewaktu-waktu akan copot meski berusaha percaya bahwa dahan kayu tidak akan semena-mena, intinya jangan terlalu berharap banyak pada manusia.
Usai mengantar Owan pulang dengan aman, Mahendra sempat berbincang bersama gangster yang terdiri dari anak-anak SMP. Gangster itu sebetulnya tidak berdiri sendiri karena didasarkan pada kebencian atau emosi yang menyuarakan bentuk-bentuk kriminalitas remaja atau anak-anak, tidak. Mereka sebagai anak-anak yang masih lugu sama-sama bercerita tentang kondisi kehidupan rumah yang kurang nyaman untuk ditinggali. Banyak dari mereka berkeluh kesah bahwa orang tuanya tidak pernah bisa mengerti, selalu egois dihadapan mereka ataupun kerap disalahkan dan dijadikan objek pelampiasan.
"Bapak saya pernah bilang kalau dia itu stres setelah saya lahir ke dunia. Kalau begitu nggak usah bikin anak!"
"Padahal saya sudah berusaha buat membanggakan orang tua tetapi mereka nggak pernah menghargai apa yang sudah saya raih."
"Orang tua saya egois jadi saya memilih untuk tidak akan pernah menceritakan segala masalah yang saya hadapi. Ujung-ujungnya nggak akan pernah diajak bicara."
Kesamaan gangster itu adalah masalah di rumah. Mahendra diam saja ketika mendengar curhatan anak-anak SMP itu yang rela keluar rumah tengah malam hanya untuk merasakan kebebasan bersama teman-teman. Perilaku membawa senjata tajam itu hanyalah imitasi belaka agar mereka bisa terlihat seperti mafia ibarat film-film barat. Ya, masa anak-anak penuh dengan imajinasi dan mencari pengakuan serta jati diri.
Mahendra terbangun dari tidurnya ketika mendapati panggilan telepon dari Rayna berulang kali. Setelah mencuci muka, Mahendra menghubungi rekan kerjanya yang masih terjaga hingga larut malam ini. Atasan dari Polsekta Jakarta Selatan rupanya memberikan tugas kepada tim penyidik untuk menyelidiki kecelakaan beruntun yang baru saja terjadi di simpang lama Mahotama.
Nama-nama korban kecelakaan telah dikumpulkan lewat dokumen rumah sakit dan Mahendra tidak dapat menahan rasa keterkejutannya ketika membaca nama salah satu korban.
***
Selama perawatan psikis di rumah sakit untuk mengobati luka dan trauma yang dialami pasien setelah tertimpa peristiwa yang tidak mengenakkan, Egy kembali jadi orang waras setelah sebelumnya lebih banyak menangis dan mengigau tidak jelas. Dokter telah memberi resep obat yang harus diminum secara teratur dengan takaran yang disesuaikan sebanyak dua kali sehari. Egy diperbolehkan untuk kembali ke rumah.
Sang ayah tiri yang merupakan warga berkebangsaan Australia mengantar Egy pulang bersama ibu kandung. Tatapan mata laki-laki itu masih kosong seraya mengingat memori yang berlalu ketika melewati area gedung SCBD. Ia menyembunyikan air mata yang terjatuh terus-menerus. Sang ibu memeluknya erat-erat untuk memberikan rasa hangat.